ANGKANA 03•

9.8K 586 4
                                    

Mencintaimu serupa air laut, pasang surut akan selalu ada. Namun rasa air laut tidak akan pernah berubah.

•••

Sebenarnya semalam selepas pulang sekolah Angkasa ingin sekali pergi ke club namun atas larangan dari Varo dan Adrian ia tidak jadi pergi. Varo dan Adrian hampir adu jotos dengan Angkasa hanya untuk menahan pemuda itu supaya dia tidak pergi.

Dan hari ini Angkasa memilih untuk membolos sekolah, kejadian kemarin benar benar membuatnya down. Sejak umur 10 tahun Angkasa jarang sekali yang namanya mendapatkan kasih sayang padahal kedua orangtuanya utuh, dan tepat pada hari ini kedua orangtua Angkasa resmi berpisah.

Angkasa memilih tidak ikut tinggal bersama Mamah atau pun Papahnya, ia memilih tinggal sendiri didalam Apartemen yang diberikan oleh Mamahnya sejak pertama kali ia masuk Sekolah Menengah Atas.

Kini Angkasa merenung di dalam ruang tengah Apartemen-nya sejak pagi hari, ia hanya merebahkan tubuhnya diatas sofa seraya bermain ponsel, ia seperti tidak ada semangat untuk beranjak dari kamar kecuali ketika ingin ke toilet. Sarapan pun Angkasa lewatkan karena terlalu malas keluar dari Apartemen.

Tok tok!

Angkasa mendudukkan tubuhnya saat mendengar suara dari pintu utama, siapa yang datang ke-Apartemen? Tidak mungkin Seyna, kan?

"Angkasa, tolong buka pintunya, sayang." Itu adalah suara Vina. Angkasa sedikit terkejut karena tiba tiba Mamahnya datang begitu saja ke-Apartemen, lagi pun Mamahnya itu tau dari mana kalau ia tidak bersekolah?

"Sayang, izinin Mamah ketemu kamu, sebentar aja." Mohon Vina yang membuat Angkasa menghela nafasnya kemudian ia beranjak.

Cklek!

"Apa apa Mah?" Tanya Angkasa saat pintu itu baru saja ia buka.

Vina tidak menjawab ia hanya tersenyum manis kemudian masuk begitu saja dan kemudian Vina duduk di sofa tempat Angkasa tadi merebahkan tubuhnya.

"Sini, sayang." Panggil Vina, ia menepuk bagian kosong di sampingnya.

Angkasa menurut, ia duduk di samping kanan Vina. "Udah selesai semua?" Tanya Angkasa, ia menatap sendu sang Mamah.

"Ya, semuanya telah selesai, sayang." Ungkap Vina, ia mengelus sebentar rambut hitam legam milik Angkasa.

Angkasa menghembuskan nafas. "Setelah ini Mamah bakalan tinggal di rumah Omah?"

Vina mengangguk, "iya sayang," kemudian Vina menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa, ia memejamkan matanya. "Kalau bukan sama Omah, Mamah akan ditinggal dimana?"

Angkasa tersenyum kecut. "Maaf, Mah. Saat ini Angkasa masih pengen tinggal sendiri dulu."

"Gapapa, sayang. Mamah ngerti gimana perasaan kamu." Vina kembali membuka matanya, menatap anak semata wayangnya itu dengan lembut. "Mamah tau kamu pasti butuh waktu untuk semua ini. Jadi, Mamah cuman minta sama Angkasa, jangan sampai kamu kenapa-napa, ya? Hindari hal buruk dalam hidup kamu. Mamah gak mau kamu terluka, sayang." Lanjut Vina menasihati Angkasa.

Mata Angkasa berlinang air mata, situasi saat ini sangat berat untuknya, ia benar-benar merasa hampir putus asa karena masalah ini.

"Sini sayang." Vina membuka kedua lengannya, meminta Angkasa agar memeluk dirinya.

Melihat itu Angkasa langsung melempar pelan tubuhnya, memeluk tubuh sang Mamah yang sudah lama tidak ia rasakan kehangatannya, air matanya pun langsung turun begitu saja kala kehangatan itu kembali ia rasakan.

ANGKANA [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang