ANGKANA 02•

12.4K 719 14
                                    

Karena semenjak kamu hadir dan membuatku nyaman, aku tak pernah tertarik dengan siapa pun selain kamu.

•••

Pukul 1 dini hari terlihat Angkasa baru pulang ke rumah setelah kembali menenangkan fikirannya, dengan cara balapan liar bersama salah satu adik kelasnya di sekolah.

Ya, memang tadi sepulang sekolah ada salah satu adik kelasnya yang menantang dirinya untuk balap liar dengan hadiah 10 juta rupiah.

Adik kelas bernama Davin itu memang bukan sekali dua kali mengajak Angkasa untuk taruhan dalam balap, ia tak akan berhenti sampai ia menang melawan Angkasa, namun nyatanya hingga kini pun Angkasa-lah yang tetap menjadi pemenangnya.

Cklek!

Pintu rumah Angkasa buka secara hati-hati, ia tidak mau ada yang sadar jika malam ini ia kembali pulang dengan sangat larut malam. Ia pun masuk ke dalam rumah yang sudah terlihat sepi dan jangan lupakan lampu yang sudah pada padam di sekitar ruang tamu sehingga ia harus berjalan hati-hati agar tidak menabrak.

Klek!

Bunyi saklar lampu itu membuat Angkasa membalikkan tubuhnya, dan di sana terdapat Azam Adhitama–sang Papah yang tengah bersedekap dada

"Habis dari mana kamu?" tanya Azam dengan intonasi suara yang keras, ia menatap tajam anak tunggalnya itu.

Angkasa menatap jengah ke arah Azam. "Peduli apa Papah sama Angkasa?" Angkasa tak menyangka bahwa malam ini Papahnya pulang kerumah, biasanya sebulan sekali Pria itu baru datang ke rumah dengan alasan kerjaan padahal Angkasa tau bahwa Papahnya itu berselingkuh dengan seorang wanita.

"Angkasa jaga bicara kamu." peringat Azam yang membuat Angkasa memutar kedua bola matanya malas. Sering datang sebulan sekali, sekali datang marah-marah, membuat Angkasa malas melihat keberadaan pria itu di rumah ini.

Angkasa bersedekap dada. "Udahlah Pah, Angkasa lagi males debat sama Papah jadi biarin Angkasa buat ke kamar." Angkasa membalikkan kembali tubuhnya dan hendak menaiki tangga namun di tahan oleh Azam.

"Papah belum selesai bicara, Angkasa!" Azam membentak anak semata wayangnya itu. Menurutnya, Angkasa benar-benar tidak tahu sopan santun kepadanya yang jelas-jelas orang tua dari anak itu.

"Angkasa capek. Angkasa pengen istirahat!" Angkasa berteriak keras, ia lelah, setiap Papahnya pulang pasti akan ada pertengkaran ntah antara dirinya dengan sang Papah ataupun Mamahnya dan Papahnya.

Azam terkekeh sinis mendengar teriakan Angkasa. "Jelas kamu capek, kan kamu habis pulang balap."

Angkasa berdecih pelan mendengar itu dan menoleh kearah Azam seraya menatap sinis Papahnya itu. "Kalau udah tau kenapa harus nanya?" ketus Angkasa kemudian ia melanjutkan jalannya yang tadi tertunda.

"ANGKASA TIDAK SOPAN SEKALI KAMU!" Lagi, Azam kembali membentak Angkasa, namun dengan suara yang lebih besar.

Angkasa menghiraukan teriakan Azam, ia hanya ingin istirahat untuk saat ini karena tubuhnya benar benar terasa sangat lelah.

Angkasa menutup pintu kamarnya kemudian mengunci pintu agar Azam di tidak bisa masuk ke dalam.

Angkasa meletakkan kunci motornya di atas meja belajar kemudian ia membuka jaket kulit berwarna hitamnya dan memperlihatkan kaos oblong berwarna putih.

Lalu dengan perlahan ia melangkah menuju balkon kamarnya, ia membuka pintu kaca yang menjadi pembatas antara kamar dan balkon, dan langsung melangkah masuk ke area balkon.

Angkasa berdiri tepat di belakang besi pembatas, menatap sekeliling rumah, menikmati semilir angin yang benar-benar dingin karena kini waktu sudah menunjukan pukul 1 lebih 30 menit.

Dan selama 5 menit Angkasa hanya berdiam diri, tak ada yang ia lakukan selain melamun menatap halaman rumah.

Dugh!

Angkasa tersentak kaget kala sebuah batu yang jatuh tempat di samping kaki kanannya, batu itu seperti di lempar oleh seseorang. Maka dengan cepat Angkasa menoleh ke kanan dan ke kiri, berusaha mencari siapa yang melempar batu itu.

"Woi, siapa yang ngelempar!" teriak Angkasa yang tak mendapatkan balasan apapun.

Angkasa memang tak mendapatkan balasan dari teriakan itu tapi matanya mendapatkan balasan dari pertanyaannya. Matanya menangkap penampakan, wanita berbaju putih panjang dengan rambut panjang, tubuhnya membelakangi Angkasa, dan wanita itu berada dirumah sebrang rumah Angkasa.

Wanita itu tak berdiri melainkan melayang disamping pohon mangga milik tetangganya itu. Maka tanpa pikir panjang Angkasa langsung bergegas masuk kembali ke dalam kamar, buru-buru mengunci pintu dan menutup gorden.

"Anjing, apaan itu?" Angkasa ini, bukannya istighfar malah mengumpat. Ia pun memegangi dadanya yang berdegub dengan kencang. Seluruh badannya pun merinding.

Ya, sepertinya itu adalah Mba Kunti yang memberitahu Angkasa bahwa ini adalah jamnya dia untuk berkeliaran.

Hi hi hi hihihihi~

Suara ketawa itu membuat Angkasa terkejut bukan main. "Bangsat!" umpat Angkasa lagi.

Dengan tergesa ia langsung tidur diatas kasur, menarik selimut agar menutupi seluruh tubuhnya, badannya bergetar karna takut.

"Astaghfirullah.." Nah, kini ia pun beristighfar. Ia juga mulai berdoa, membaca ayat kursi dan beberapa ayat Al-Qur'an yang ia hapal.

ANGKANA [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang