ANGKANA 45•

798 21 0
                                    

Wajah sehangat dan seindah senja ternyata bisa membuat luka sedalam samudra.

•••

Murid SMA Merah-Putih dari jam 05.00 sampai 09.30, mereka berada di Bromo untuk melakukan Trip. Tak banyak yang mereka lakukan di sana, banyaknya berfoto-foto bersama teman, sahabat, pacar, satu kelas dan juga satu Angkatan.

Untunglah perjalanan menuju Bromo itu bagus, tidak banyak guncangannya, jadi Angkasa bisa bernafas lega, ia takut janin di dalam perut Seyna kenapa-napa jika banyak terguncang di perjalanan.

Saat Dzuhur mereka semua melakukan Ishoma - istirahat, sholat, makan di salah satu Restoran yang tidak terlalu jauh jaraknya dari Malioboro, karena sehabis Ishoma mereka semua akan pergi ke Malioboro.

Sehabis Dzuhur, tepatnya jam 13.30 merena semua berangkat ke Malioboro yang jaraknya kurang lebih 30 menit dari Restoran. Jadi tepat jam 14.00 saat matahari sudah tidak terlalu panas, mereka sudah berada di Malioboro.

Mereka di bebaskan untuk berpergian di sekitar Malioboro hingga sehabis Magrib, jadi mereka bisa berbelanja, jajan, foto dan lain hal di daerah sana selama 4 jam lamanya.

Seperti Seyna dan Angkasa yang sudah memisahkan diri dari ketiga sahabat mereka, tujuan pertama mereka adalah berbelanja oleh-oleh untuk keluarga mereka berdua.

"Panas gak?" Angkasa menunduk menatap sang istri yang terus mengerutkan keningnya.

Seyna tak mau mendongkak menatap Angkasa, nanti matanya bisa melihat matahari. "Lumayan panas."

"Mau beli topi dulu?" tanya Angkasa, pasalnya mereka berdua memang tidak membawa topi.

"Gausah, bentar lagi juga masuk area pasarnya, di sana tertutup." tolak Seyna karena ia juga jarang sekali memakai topi, takutnya nanti udah di beli tapi tak pernah di pakai.

"Yaudah sayang." Angkasa langsung menaruh kedua telapak tangan di atas kepala Seyna, agar sedikit menghalau cahaya matahari.

"Kamu jalannya jangan cepat-cepat, biar badan aku ngehalangin cahaya." perintah Angkasa saat Seyna berjalan sedikit cepat.

Seyna terkekeh kecil, "panas. Gak kuat, pengen cepet-cepet sampe pasarnya."

"Pusing gak?" tanya Angkasa khawatir, ia melirik wajah Seyna yang sudah bercucuran keringat.

"Sedikit." lirih Seyna, ia memang sedikit merasa pusing, apa lagi tadi di mobil Bus ia sempat hampir muntah lagi.

Angkasa menghentikan langkahnya di bawah sebuah pohon yang cukup rindang, itu membuat Seyna pun menghentikan langkahnya, ia menatap Angkasa yang membuka jaket denim yang cowok itu kenakan.

"Buat apa?" tanya Seyna bingung kala Angkasa menutupi kepalanya dengan jaket itu.

Angkasa sedikit menunduk lalu tersenyum lembut, "biar kamu gak kepanasan."

Seyna tak mampu menahan senyumnya di perlakukan seperti itu, "nanti badan kamu panas loh kalo gak pakai jaket."

"Gapapa sayang, yang penting kamu gak pusing." ungkap Angkasa, ia sungguh tak mau jika Seyna dan bayi mereka kenapa-napa.

"Yaudah, kita lanjut lagi." ajak Seyna, lalu ia mulai kembali berjalan.

Angkasa menyamai langkahnya dengan langkah Seyna, dengan lengan yang masih memayungi kepala istrinya dengan jaket miliknya. Sedikit sulit jalan seraya memegang jaket di atas kepala Seyna, tapi itu tak masalah untuk Angkasa.

ANGKANA [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang