ANGKANA 19•

6.5K 327 9
                                    

Kamu tau apa yang paling aku benci? Pergi tanpa pamit dan datang kembali tanpa rasa bersalah.

•••

Malu sekali rasanya jika Seyna mengingat kejadian semalam, ia tidak habis pikir dengan dirinya sendiri, mengapa semalam ia dengan mudah mengizinkan Angkasa untuk mencium dirinya.

Bahkan semalam tanpa basa-basi Seyna langsung masuk ke dalam kamar dan menguncinya, membiarkan Angkasa tertawa geli melihat tingkahnya, dan mengabaikan jajanan yang sudah dibeli oleh dirinya, Seyna membiarkan Angkasa menghabisi makanan itu sendirian karena tak lama setelah berganti pakaian Seyna langsung mencoba tidur untuk menghilangkan pikiran kejadian itu yang membuatnya malu hingga akhirnya ia benar-benar tertidur.

Kini, jam setengah 7 pagi Angkasa sudah bersiap dengan pakaian untuk jogging, pagi ini ada sebuah car-free day tepat di jalanan depan Apartemen. Angkasa sudah mengajak istri mungilnya itu, namun nampaknya Seyna masih malu hingga memutuskan untuk tetap dirumah.

Tok! Tok!

Angkasa mengetuk pintu kamar Seyna, "Na, lo beneran kagak mau ikut?" tanya Angkasa memastikan, siapa tau gadis itu berubah pikiran.

"Enggak!" jawab Seyna dari dalam kamar, sepertinya ia tidak berniat untuk membuka pintu untuk suaminya itu.

"Yaudah, lo mau nitip apa? Jajanan?" tawar Angkasa, kali saja gadis itu masih ingin memakan jajanan karena semalam jajanan pameran ia makan.

"Bubur aja, gua lagi males masak buat sarapan." balas Seyna tidak sepenuhnya berbohong karena emang dia sedang malas untuk masak, malu adalah point tambahannya.

Angkasa mengangguk, namun sepersekian detik kemudian ia sadar mana mungkin Seyna mampu melihatnya mengangguk. "Oke, gua beliin bubur, gak pake daun bawang, kan?" Angkasa tau Seyna tidak menyukai daun bawang, ia hanya memastikan lagi.

"IYA!" ujar Seyna dengan sedikit berteriak.

"Yaudah, gua berangkat, kalo ada apa apa kabarin gua langsung." pesan Angkasa.

"IYA ANGKASA!" balas Seyna dengan berteriak.

Sudah mendengar jawaban dari Seyna, Angkasa langsung beranjak keluar dari Apartemen. Ia berjalan menuju lift lalu langsung masuk ke dalam karena ia bertepatan dengan orang yang baru saja keluar dari dalam lift. Angkasa sempatkan untuk tersenyum simpul pada cowok yang merupakan tetangga kamar Apartemen-nya itu.

Begitu keluar dari dalam Apartemen, Angkasa langsung melihat jalanan yang biasa di padati oleh motor dan mobil kini di padati oleh para pejalan kaki, atau orang yang sedang berlari kecil, di pinggir jalan pun banyak sekali pedagang kaki lima.

Ia mulai berlari kecil di jalanan, bergabung dengan orang-orang di jalanan yang juga sedang lari kecil. Terasa udara pagi ini cukup sejuk, cuacanya pun tidak mendung namun juga tidak panas, sangat cocok untuk berlari pagi.

Setelah lari sekitar 5 menit, Angkasa berhenti sebentar, ia berjalan ke pinggir ke arah penjual minuman, rasanya tenggorokannya kering padahal baru berlari 5 menit. Sudah lama tidak olahraga membuat jogging pagi ini terasa melelahkan bagi Angkasa.

"Bu, air mineralnya satu." pinta Angkasa pada Wanita penjual minuman itu, ia mengeluarkan uang dari saku celana training miliknya.

ANGKANA [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang