ANGKANA 13•

7.4K 381 2
                                    

Cinta itu bagaikan api, ia tidak boleh dipermainkan, bila ia dipermainkan dia akan membakar diri anda.

•••

Happy Reading!

Angkasa menatap rincian saldo yang ada di rekening miliknya, ia menghela nafas berat, uang dari pembagian harta itu kini sisa 50 juta, karena memang Azam memberikan hartanya hanya 70 juta, 15 juta sudah ia berikan pada Vina untuk menambah tabungan wanita itu, dan yang 5 juta ia sudah pakai untuk kebutuhan hidup.

Besok sore Angkasa mulai mencoba untuk melamar di sebuah pabrik yang menyediakan part time tapi Varo bilang harus lewat yayasan dan membayar sekitar 1 juta, untuk gaji 3 juta karena ia akan mengambil yang bagian part time, untunglah salah satu orang yayasan itu tetangga Varo, jadi bisa bantu masuk walau masih sekolah.

Rencananya besok ia akan mencairkan uang 15 juta, yang 10 juta ia akan berikan kepada keluarga Seyna untuk biaya pernikahan, karena walaupun hanya ijab qobul, mereka tetap akan membuat prasmanan tentu saja untuk hidangan, sedangkan yang 5 juga untuk pegangannya, sekalian untuk biaya yayasan.

Ia menghela nafas berat, "Emang harus bener-bener kerja gua." Namanya kebutuhan pasti ada saja yang tidak terduga, jadi ia tidak bisa memprediksi apapun yang akan terjadi di kemudian hari.

Angkasa mendongkak menatap langit-langit kamar, ia terus bertanya dalam hatinya mengapa ini semua harus terjadi. Ia tau, ia mencintai Seyna tapi bukan begini caranya untuk mendapatkan gadis itu.

Cowok itu menatap lurus ke depan, lalu ia meletakan ponselnya ke atas kasur, ia mulai beranjak untuk keluar dari kamar, ia berjalan menuju dapur karena saat ini perutnya terasa lapar.

"Gila, gua lupa belanja." gerutu Angkasa begitu ia membuka kulkas. Sibuk dengan hal-hal yang terjadi kemarin membuat Angkasa lupa untuk mengisi kulkas hingga hanya tersisa beberapa buah cabai, malam ini rasanya ia ingin memakan makanan yang berkuah seperti mie instan.

"Duit gua sisa berapa ya?" gumam Angkasa, ia menutup kembali pintu kulkas lalu berbalik untuk kembali masuk ke dalam kamar.

Ia mengambil dompet yang berada di atas meja nakas, lalu membuka benda itu untuk melihat isi di dalamnya.

"Anjir, cok. Tinggal seratus ribu?" ucap Angkasa terkejut. Perasaan terakhir ia hitung ada 500 ribu di dalam dompet, lalu mengapa sekarang tinggal 100 ribu.

Angkasa nampak menghela nafas, memang pengeluaran yang tidak di sadari lebih mengejutkan.

"Yaudah, belanja lima puluh aja dah gua, sisanya buat besok." gumam Angkasa, ia menutup kembali dompet itu, memasukkannya ke dalam saku celana pendek yang ia kenakan.

Ia mengambil hoodie berwarna hitam dari dalam lemari lalu memakainya, ia akan pergi ke minimarket yang jaraknya tidak terlalu jauh, hanya sekitar 5 menit jika berjalan ke sana.

Cowok itu berjalan keluar dari dalam Apartemen menuju minimarket, udara malam ini terasa sedikit lebih dingin membuat Angkasa menyesal memakai celana pendek.

Jalanan masih terlihat ramai karena ini masih pukul 20.30 malam, jadi masih banyak kendaraan yang berlalu-lalang atau para pedagang kaki lima yang berada di pinggir-pinggir jalan.

Tak lama ia sampai di minimarket, ia masuk dan tentu langsung mendapat sapaan dari Mba kasir, ia mengangguk saat mendengar sapaan itu lalu berjalan menuju rak mie.

ANGKANA [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang