ANGKANA 22•

6.8K 357 17
                                    

Bagaimana aku tak jatuh cinta? Senyumanmu dan tatapan sendumu mirip seperti senja.

•••

Seyna melipat sajadah dan mukena yang baru saja ia kenakan untuk sholat Ashar, kemudian ia menaruhnya kembali ke dalam lemari pakaian, setelah ia meletakannya dengan rapih, ia berjalan keluar dari kamar dengan berjalan perlahan karena punggungnya masih terasa nyeri akibat kejadian kemarin saat Cheryl mendorongnya.

Ia keluar dari kamar, berjalan menuju ruang tengah menghampiri Vina yang duduk di sofa seraya menonton televisi. Wanita itu datang berkunjung sejak satu jam yang lalu.

"Mamah udah makan?" Seyna duduk tepat di samping kiri Vina dengan perlahan.

Vina menoleh, menatap lembut menantunya. "Masih sakit banget?" Ia sudah di ceritakan oleh Angkasa tentang kejadian kemarin dan ia pun langsung menelepon Azam tanpa basa-basi, nyuruh Pria itu menjaga anak tirinya agar tidak menjaga Angkasa dan Seyna.

"Lumayan masih terasa nyeri gitu, Mah." Seyna mengusap punggungnya dengan perlahan, memberikan sedikit pijatan.

Vina jadi tidak tega melihat Seyna, jadi ia bangkit dari duduknya. "Kamu punya balsem?" tanya Vina.

Seyna mendongkak. "Buat apa Mah?" tanya Seyna, ia berpikir bahwa Vina pasti mau memijat punggungnya.

"Mamah mau mijetin punggung kamu." kan, benar saja apa yang di duga oleh Seyna. Vina pasti tengah merasa bersalah pada Seyna, padahal jelas itu bukan kesalahannya.

"Gausah Mah, aku udah kasih balsem kok, nanti juga sembuh." tolak Seyna halus, ia tak enak jika mertuanya itu harus memijit dirinya.

Vina menggeleng pelan. "Gapapa, udah cepat kasih tau Mamah dimana tempatnya." Vina mulai berjalan pelan menuju kamar yang Angkasa tempati.

"Tapi Mamah belum makan loh, Mamah makan dulu atuh baru mijitin aku." ujar Seyna berusaha membujuk Vina.

"Mamah belum laper banget." Vina memegang gagang pintu kamar hendak membukanya.

Seyna sontak berdiri dengan cepat. "Bukan disitu Mah." Ia takut Vina mengetahui bahwa ia dan Angkasa tidak satu kamar.

Vina membalikan tubuhnya, ia menatap Seyna yang masih berdiri. "Terus dimana?"

Seyna melirik kamar yang biasa ia tempati lalu menunjuknya dengan ibu jari. "Di sana Mah, ada di atas meja rias aku." kata Seyna yang di angguki oleh Vina.

"Kamu duduk lagi, pelan-pelan aja, nanti nambah sakit." ujar Vina seraya membuka pintu kamar, ia mendengar suara sofa mendecit saat Seyna berdiri dengan cepat jadi ia tau kalau Seyna tidak santai saat berdiri.

Seyna menurut, ia kembali duduk dengan perlahan, punggungnya memang terasa sedikit lebih nyeri lagi akibat gerakan tiba-tiba tadi.

Tak lama Vina keluar dari dalam kamar, ia membawa balsem di lengan kanannya, lalu ia kembali duduk di tempat semula.

"Kamu sekarang duduk ngebelakangin Mamah." suruh Vina yang langsung dilaksanakan oleh Seyna. Gadis itu langsung duduk membelakangi Vina, dengan kaki yang bersila di atas sofa.

"Maaf ya, Mamah angkat bajunya." izin Vina dengan perlahan ia mengangkat baju bagian belakang Seyna hingga bahu.

Seyna mengangguk. "Iya gapapa Mah." Ia membantu Vina merapihkan baju bagian belakangnya agar tidak jatuh dan tetap terselip di bahunya.

"Kalau sakit bilang." kata Vina, ia mulai mengambil sedikit balsem menggunakan jarinya, mengoleskan pada tengah-tengah punggung Seyna.

"Iya Mah." Seyna mengangguk singkat. Lalu Vina mulai memijat dengan perlahan dan memfokuskan pada titik yang menurut Seyna paling kerasa nyeri.

ANGKANA [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang