Jimin menggusrak surainya pelan. Ia tidak bisa fokus seharian ini. Lombanya akan dimulai minggu depan dan perusahaannya sudah bersiap untuk menerima tumpukkan naskah. Para editor yang bekerja di perusahaan Jimin setidaknya ada 10 orang sudah mulai merampungkan tugasnya untuk mengantisipasi adanya tumpukkan naskah yang belum selesai di kerjakan sementara pekerjaan lainnya sudah menunggu.
Ini adalah salah satu even besar di mana Jimin sudah mendapatkan sertifikasi dari negara. Menyatakan jika perlombaan ini legal dan memang sangat didukung untuk mencari potensi dalam dunia kepenulisan.
Jimin menyambar ponselnya dan mengetikkan sesuatu pada Taehyung.
"Belikan aku espresso dan tiramisu."
Tidak lama setelah pesan itu diterima, Taehyung langsung menjawab.
[Tunggu 20 menit]
Jimin menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Lusa adalah peringatan kematian kedua orang tuanya. Ia bahkan selalu tidak siap untuk hari itu. Ia tidak siap dan tidak akan pernah siap untuk kembali mengenang masa mengerikkan itu.
Dan harusnya sekarang adalah perayaan Annive dirinya dan Byun Seulgi yang ke enam. Tapi gadis itu pergi lima tahun lalu tanpa meninggalkan jejak. Jimin benci ditinggalkan dan diabaikan. Jimin tidak suka ditinggalkan dalam keadaan apapun.
Dentingan ponselnya kembali membuat Jimin menegakkan punggung. Membuka pesannya dan menemukan satu hal yang mungkin harusnya membuat ia senang.
[Dia ikut dalam perlombaan kali ini mewakili universitasnya]
Ini berita bagus. Bahkan Jimin sampai menyunggingkan senyumannya pada Taehyung yang kini berjalan mendekat dengn satu paper bag yang berisi makanan pesanan Jimin.
"Ini espresso dan tiramisunya, Jim. Apa lagi yang kau butuhkan?" tanya Taehyung.
"Dia ikut perlombaan kali ini, Tae!" ucap Jimin. Taehyung terperangah sekaligus senang mendengarnya.
"Kau serius?"
"Tentu. Aku bahkan begitu penasaran sampai di mana kemampuannya. "
"Kalau begitu malam ini ajak aku makan malam, oke! "
"Baiklah. Pulang kantor nanti."
Begitulah pertemanan mereka. Tidak hanya mereka, ada lima orang lainnya yang sibuk. Termasuk Hoseok yang kini tengah kelimpungan menyiapkan perlombaan ini.
Taehyung sebenarnya teman Jimin sejak Sekolah Menengah Akhir. Berteman hingga kuliah dan sekarang Jimin menjadikan Taehyung sebagai sekretarisnya. Begitu pula dengan Hoseok.
Jimin bertemu dengan Hoseok saat kuliah semester dua dan Hoseok semester empat.
Jika Jimin senang, dia akan membawa Taehyung dan Hoseok pergi minum atau makan di restoran mewah. Tidak ada dalam kamus hidupnya untuk pergi ke kelab malam. Paling mentok mereka mabuk di rumah makan pinggir jalan dengan beberapa botol soju.
..
.
Hari yang tidak Raisya inginkan datang. Ia harus berziarah pada abu ibunya. Peringatan ke 10 tahun kematian ibunya.
Raisya sudah siap dengan pakaian yang biasa digunakan untuk berziarah. Bukan baju hitam tapi baju biasa yang sopan. Raisya tidak suka baju itu karena terlalu mencolok saat diperjalanan.
Dijalan tadi, ia menyempatkan membeli setangkai bunga seperti biasanya. Raisya mengkremasikan mayat ibunya atas keinginan sang ayah waktu itu.
Lagipula baginya tidak masalah. Asalkan ibunya pergi dengan tenang, Raisya tidak masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
EQUANIMITY✔
Fanfiction[ C O M P L E T E ] Fourth Story by: Jim_Noona Setelah berhasil menggapai mimpinya, Raisya kembali menemukan fakta dari sosok pria yang menjadi pimpinannya di perusahaan penerbitan.