fiveteen

962 195 32
                                    

Ini akan menjadi part yang kalian suka setelah sekian lama menunggu.











Raisya mendudukkan dirinya di meja belajar dengan dua kaki yang dinaikkan ke atas kursi seraya memeluknya.

Menatap kepulan air hangat dalam mug putih dengan gambar kucing sebagai hiasan.

Kejadian tadi membuat dirinya cukup terkejut. Apalagi menyaksikan pertengkaran yang seharusnya tidak ia saksikan atau dengarkan.

Raisya memegang bibirnya kembali. Mengingat ketika bibirnya bertubrukan dengan bibir kenyal Jimin membuatnya merasakan detakan aneh yang menggelenyar dalam dada.

Apa maksud semuanya? Raisya tak mengerti ketika Jimin mengatakan di depan Seulgi bahwa Raisya adalah kekasihnya.

Memang sejak kapan mereka memiliki hubungan sejauh itu?

Raisya tidak mengharapkan sesuatu, tapi ciuman itu tidak bisa dibilang hal yang biasa baginya.

First kiss Raisya yang ia jaga selama ini diambil oleh pria yang bahkan bisa dikatakan baru saja mengenalnya.

Raisya menghembuskan napasnya kasar. Mengacak surainya dan meraih ponselnya ketika benda pipih itu berdenting.

Sajang-nim
Bisa kita bicara? Aku ada di sekitaran rumahmu.

RSY
Anda di mana? Biar saya ke sana

Sajang-nim
Keluar saja dari gang rumahmu. Aku tidak tahu di mana lokasi rumahmu.

RSY
Baik. Tunggu sebentar Sajang-nim.

Raisya langsung menyambar sweater hangat dengan scarf hitam dan juga sarung tangan. Memakai sepatunya cepat dan langsung berlari setelah mengunci pintu.

Setelah ia berada di ujung gang, Raisya menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri. Mencari presensi pria yang belum nampak di matanya.

Sampai akhirnya seorang pria dengan longcoat hitam legam, turtleneck hijau botol, celana katun hitam, sepatu kulit hitam, topi baret hitam, masker hitam dilengkapi kacamata transparan.

Sempurna.

Raisya yakin itu adalah Jimin yang kini mendekat kearahnya. Tidak bisa dipungkiri jika Jimin benar-benar sosok yang fashionable. Ia bahkan cocok mengenakan apapun asal jangan pakaian wanita.

"Anyeonghaseyo Sajang-nim," ucap Raisya seraya membungkuk.

Jimin tidak mengatakan apapun. Bibirnya yang tertutup masker hanya diam tanpa kata. Matanya menatap Raisya dalam dengan kedua tangan yang ia masukan pada saku coat.

Raisya hanya bisa mengalihkan bola matanya ke berbagai arah. Ia bahkan tidak sanggup jika ditatap seperti ini oleh Jimin.

"Bisa tatap mataku, Raisya-ssi?"

Apa ini? Jimin jadi formal padanya? Tidak biasanya sekali.

Meski sebenarnya Raisya merasa agak aneh karena Jimin memanggilnya seperti itu.

Raisya memberanikan diri untuk menatap netra monoloid milik Jimin. Sebenarnya tidak hitam legam, hanya saja dibilang cokelat juga tidak begitu.

"Kenapa panggilanku kembali diubah? Bukankah kita sudah sepakat?" tanya Jimin yang kini berjalan maju sementara Raisya dengan refleks berjalan mundur.

"Kenapa? Gara-gara ciuman itu?" tanya Jimin lagi.

Raisya bungkam. Kakinya semakin berjalan mundur. Berharap tidak ada apapun yang akan membentur punggungnya.

EQUANIMITY✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang