Malam ini Raisya kembali menemukan pesan E-Mail berisikan pembukaan perlombaan menulis dan diminta agar segera mengumpulkan naskah dengan tenggang waktu 24 jam.
Tanpa tunggu waktu, Raisya segera mengirimkan naskahnya pada pihak panitia dengan segera. Ia tidak akan menyia-nyiakan waktu. Setelah ini ia harus kembali menggarap skripsinya yang sudah hampir selesai.
Semoga saja tidak ada kecacatan karena Raisya bahkan meriset skripsinya selama tiga bulan terakhir. Semoga saja tidak ada hambatan.
Ponselnya berdering dan mendapatkan sebuah pesan dari Yoongi.
Raisya membuka pesannya dan menemukan sebuah pertanyaan dari si ketua senat.
[Apa kau sudah mengirim naskahmu?]
Sudah baru saja
[Baguslah. Ku kira kau belum mendapatkan E-mailnya. Semangat!!! Aku yakin kau bisa.]
Terima kasih, Yoongi-ssi
[Besok ada kelas? Kau mendapatkan job menjadi perwakilan dari universitas kita. Pihak panitia ingin jika masing-masing instansi mengirimkan foto terbaik dari perwakilan peserta.]
Ya, aku kesana. Kelasku dimulai jam 2 siang, apa bisa melakukan pemotretan pagi hari? Setelah kelasku selesai aku harus bekerja.
[Tentu. Aku tunggu pukul 10 di perpustakaan.]
Setelah itu, Raisya kembali meletakkan ponselnya. Kepalanya berdenyut. Ia benci pemotretan. Ia tidak bisa mengatur eskpresinya. Jujur saja rasanya ia seperti boneka yang diarahkan oleh fotografer. Raisya belum terbiasa.
Raisya kembali mencoba fokus pada skripsinya. Rencananya minggu depan ia akan mengumpulkannya. Dan musim sidang akan segera dimulai.
Jika Raisya bisa, mungkin ia juga akan mengambil pasca sarjana setelah mendapat pekerjaan. Setidaknya ia akan mencoba lewat jalur beasiswa jika ada.
Ia kembali meraih ponselnya dan mengetikkan pesan pada Jiwo. Berkata jika pagi nanti ia tidak bisa bekerja karena harus melakukan pemotretan.
Dan beruntungnya Jiwo mau mengerti.
Masalah Seulgi, wanita itu bahkan belum mengabarinya lagi. Jangankan mengabari, bertukang nomor ponsel saja tidak.
Sepertinya memang bukan ditakdirkan untuk berteman.
.
.
.
Siang ini, Raisya sudah siap dengan pakaiannya. Universitasnya membuat tema perempuan hebat dalam pemotretan Raisya kali ini.
Raisya mengenakan dress yang menjuntai dengan sebuah jas hitam yang tersampir di bahunya. Kacamata yang bertengger di hidungnya, juga sepatu heels 5 centi. Rambutnya digerai dengan sedikit gelombang di bagian bawahnya.
Wajahnya sudah dipoles makeup tipis yang masih menujukkan sisi natural.
Yoongi sudah memilihkan beberapa buku yang tetap akan menjadi poin utama dalam pemotretan.
Lokasi pemotretan dilakukan di depan pilar universitas dan juga taman. Beberapa mahasiswa/i banyak yang menyaksikan dan membuat Raisya sedikit gemetar karena ia tidak bisa di perhatikan seperti ini.
Hingga setelah dua jam melakukan pemotretan, semuanya sudah selesai. Raisya sudah membersihkan makeupnya dan kembali memakai pakaiannya. Rambutnya ia ikat tanpa merusak gelombang yang di ciptakan.
Masih ada cukup waktu untuk masuk kembali ke dalam kelas. Omong-omong masalah pria yang kerap kali datang ke cafe tempat Raisya bekerja adalah salah satu dari orang perusahaan Mangnate.
KAMU SEDANG MEMBACA
EQUANIMITY✔
Fanfiction[ C O M P L E T E ] Fourth Story by: Jim_Noona Setelah berhasil menggapai mimpinya, Raisya kembali menemukan fakta dari sosok pria yang menjadi pimpinannya di perusahaan penerbitan.