Two

1.8K 189 4
                                    

Hari ini Raisya bisa bernapas lega. Makalahnya diterima oleh profesor Hwang. Tidak sia-sia ia begadang semalaman untuk menyelesaikan makalahnya. Kantung mata hitam tidak menjadi beban untuk Raisya. Yang penting tugasnya selesai, ia sudah senang bukan main. Pasalnya, profesor Hwang adalah tipe dosen yang kejam. Apalagi soal nilai.

Raisya juga bukan tipe mahasiswi yang pandai mendekati dosen supaya dimudahkan dalam perihal tugas. Ia bisa saja mendekati dosen jika dirinya mau berusaha, hanya saja mendekati Profesor Hwang itu agak rumit. Bukan dimudahkan, malah disulitkan nantinya.Masih untung profesor Hwang mau menerima tugasnya dengan senyuman. Sungguh! Itu sangat membahagiakan.

"Oh sebentar Raisya-ssi!" panggil Profesor Hwang pada Raisya yang baru saja akan berbalik guna keluar dari ruangan dosen. Raisya kembali menghadap ke arah dosennya dengan tangan yang menyatu di depan tubuhnya.

"Ada apa, Prof?" tanya Raisya. Aneh saja profesor Hwang memanggilnya kembali, pun sebenarnya ia risau. Takut jika ada sesuatu yang salah dan baru saja di sadari oleh Profesor Hwang.

"Ah, aku mendapat kabar jika kau sering mendaftarkan naskahmu pada beberapa pernebit?" tanyanya. Raisya terkejut, bagaimana profesor Hwang bisa tahu? Pikirnya. Padahal, ia tidak memberitahu siapapun tentang hal ini.

Ia juga tidak pernah memberitahu siapapun tentang dirinya yang gemar menulis di sebuah akun media sosialnya. Akun media sosial itu bahkan diberi nama berdasarkan nama penanya.

Raisya mengangguk ragu sekaligus bingung. "Kalau begitu, kurasa kau harus ikut serta dalam perlombaan tahunan kampus kali ini. Aku juga penasaran sampai mana kemampuan dirimu mengatur diksi dalam naskah yang kau buat. Ini juga bisa menjadi sebuah kesempatan yang bagus untukmu. Tapi sebelum itu, bisakah kau mengirim contoh naskah yang sudah jadi padaku?" Tanya Profesor Hwang.

Raisya membulatkan matanya, Profesor Hwang mau membaca karangan ceritanya? Yang benar? Ini kesempatan emas.

"Tentu Prof, sya akan mengirimkan naskahnya malam ini," ucap Raisya semangat. Ia memang sudah memiliki beberapa naskah yang sudah jadi di draft laptopnya.

"Bagus, kirim ke E-mailku. Kau tahu, kan?"

Raisya menganggukkan kepalanya. Setelah informasi yang Profesor Hwang sampaikan jelas, Raisya diperbolehkan keluar dari ruangan. Senang? Jangan ditanya. Raisya senang ketika dosennya mau membaca ceritanya, apalagi ia bisa berkesempatan mengikuti lomba yang diadakan setiap tahun.

Peserta yang menang akan menjadi Putri Bahasa nantinya. Memakai mahkota di kepala, juga akan banyak gambar pemenang yang ditempel. Peserta yang menang juga akan diikut sertakan dalam perlombaan di tingkat nasional. Lomba ini memang diadakan setiap tahun, dan Raisya tidak pernah maju karena tidak memiliki kesempatan. Hanya saja sekarang, Profesor Hwang yang menawarinya langsung dan Raisya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.

Raisya pergi ke taman kampus yang ada di samping gedung fakultasnya. Udaranya sejuk juga ada pohon maple di tengah dengan kursi putih di sampingnya. Musim gugur ini membuat daun-daun itu berwarna cokelat dan berguguran dari tangkainya. Sesekali menerpa kepala Raisya yang kini tengah duduk di kursi yang ada di bawah pohon.

Membuka buku dari penulis asal Scoutlandia J.K Rowling yang ada di perpustakaan. Raisya suka buku-buku fiksi juga untuk dijadikan sebagai bahan referensi.

Semilir angin menerbangkan anak rambut Raisya, juga guguran daun maple yang belum sepenuhnya kering bertengger di kepalanya. Raisya menaikkan kacamata minusnya karena sedikit merosot ke bawah.

Ia teringat akan naskahnya yang harus dikirimkan pada profesor Hwang malam nanti, Padahal nanti malam ia harus bekerja sampai jam 10 malam.

Sekarang sudah pukul satu siang, kelasnya juga sudah selesai. Raisya memutuskan untuk pulang dan langsung mengirimnya saja karena jam tiga sore nanti ia harus ke cafe untuk bekerja.

EQUANIMITY✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang