Ten

1K 169 13
                                    

Berdasarkan hasil rapat dan juga beberapa pertimbangan yang sudah dirundingkan bersama beberapa editor. Raisya di nobatkan sebagai pemenang kontes menulis yang diadakan oleh perusahaan Jimin.

Tolong jangan tanyakan bagaimana perasaan Jimin saat ini. Ia senang bukan main ketika Raisya menjadi pemenangnya. Itu artinya, gadis itu akan bekerja di perusahaanya.

"Baiklah. Kalian bisa panggilkan gadis itu kemari besok. Aku akan melakukan interviu langsung dengannya sekalian mendiskusikan kelanjutan naskahnya. "

"Baik Sajangnim, saya akan mengkonfirmasikan hal ini pada media sekaligus memberitahu pihak pemenang, " jawab Hoseok. Untuk urusan ini memang adalah tugas Hoseok.

"Baik. Saya rasa semuanya sudah jelas. Saya akhiri rapat ini. Sekian dan terimakasih atas kehadirannya. "

Jimin, Taehyung dan Hoseok keluar dari ruangan. Meninggalkan para staff yang masih didalam membereskan peralatan yang dibawa saat rapat tadi.

Saat ketiganya sampai di ruangan Jimin, tepat setelah Hoseok menutup pintu, Jimin langsung berucap, "Tae, besok bantu aku memilih pakaian. Dan minta para cleaning service untuk membersihkan ruanganku malam ini. Aku akan pulang lebih awal sore nanti. "

Taehyung dan Hoseok hanya terkekeh sebelum akhirnya pamit untuk pergi ke ruangan. Hoseok harus menyebarkan kabar ini pada media sekaligus pada pihak yang bersangkutan.

Keduanya paham bagaimana rasa senang Jimin saat ini. Sudah lama Hoseok dan Taehyung tidak melihat Jimin sebahagia ini. Semoga saja Jimin tidak menyesal dan semoga saja gadis itu baik-baik saja nantinya.

Jimin tengah memandangi foto yang kemarin Taehyung kirimkan. Gadis dengan surai panjang legam dan juga tubuh yang cukup berisi namun masih nampak proporsional. Kakinya cantik jika di pakaikan heels merah menyala. Jimin suka bagian hidung yang nyatanya tidak mancung sama sekali. Hidungnya mungil dengan bibir tebal namun kecil. Pipinya sedikit chubby hingga hampir saja rahangnya tidak terlihat.

Poin utamanya adalah lipatan mata dan juga lesung pipi sebelah kanan yang timbul ketika tersenyum.

Jimin mencetaknya dan mesin print itu mengeluarkan selembaran foto dengan ukuran 4R. Menggunting bagian pinggirnya hingga rapi dan menyelipkannya pada salah satu album foto yang ada di laci meja.

Untuk pertama kalinya, Jimin kembali membuka hatinya untuk gadis lain. Sosok yang hanya bisa ia perhatikan. Sosok yang selalu membayanginya saat malam. Sosok yang mampu membuat Jimin bertanya pada Dawon jika gadis itu tidak muncul saat dirinya mengunjungi cafe.

Gadis yang akan Jimin ikuti ketika pulang guna memastikan selamat sampai rumah.

Gadis yang selama ini ia biayai kuliahnya hingga sebentar lagi akan lulus.

Gadis yang mampu membuat Jimin meringis tak kala ia jatuh tersungkur ditaman minggu lalu.

Gadis itu. Raisya prameswari. Gadis Indonesia yang berhasil menerobos pertahanan Jimin bahkan tanpa menyentuhnya.

.

.

.

Pagi ini, tepat pukul 8 pagi, Raisya sudah berdiri di depan kantor Magnate dengan tekad juga keberanian yang sudah menumpah ruah.

Kemarin saat ia mendapat kabar jika naskahnya berhasil lolos dan pemimpin dari mereka langsung ingin berbicara dengannya, Raisya senang bukan kepalang.

Ia bahkan berguling-guling di lantai kamarnya yang tidak cukup luas membuat sikunya terpentuk lemari. Rasa sakitnya bahkan tidak bisa menandingi rasa bahagianya dari kemarin hingga sekarang.

EQUANIMITY✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang