Raisya terdiam seraya menyumpal telinganya dengan earpod yang sudah tersambung dengan ponselnya. Menyalakan lagu Your Eyes Tell karya dari member Bangtan yang sempat menjadi ost dari drama Jepang.
Karya yang lahir di tahun 2020 itu menjadi lagu menenangkan namun memiliki makna dalam.
"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Jimin yang duduk di sebelah Raisya. Melihat bagaimana si gadis menyunggingkan senyumannya seraya menatap jendela yang menampilkan hujan salju yang kembali mendarat di Seoul.
Raisya menoleh, "Tidak ada. Hanya menunggu salju berhenti, lalu pulang. Pekerjaanku sudah selesai," jawab Raisya yang kini memberikan senyuman riangnya pada Jimin.
Sudah lama sekali Raisya tidak memberikan senyuman lebar itu pada orang lain. Biasanya ia hanya akan memberikan senyuman tipis atau hanya senyum sekilas. Namun hari ini hatinya benar-benar tengah senang sekali mendengar bukunya mulai diserbu banyak konsumen.
"Pulang denganku sekalian makan malam. Tidak ada bantahan," ucap Jimin seraya merangkul pundak Raisya dan menyandarkan kepala gadisnya pada bahu dan Jimin menyandarkan kepalanya di atas kepala Raisya.
"Kenapa aku merasa dirimu otoriter sekali?" tanya Raisya seraya memainkan jemari Jimin yang tengah menggenggam tangannya. Mengelusnya atau bahkan membalik-balikkannya.
"Karena aku ingin dirimu menurut padaku. Aku ingin memberikanmu kebahagiaan dengan caraku sendiri," jawab Jimin.
Ia hanya ingin memberikan kebahagiaan pada Raisya dengan caranya. Jimin hanya ingin melihat Raisya bahagia karena usahanya.
"Tapi bagaimana jika aku tidak bahagia karena caramu?"
"Kau tidak menyukai sikapku?" Jimin balik bertanya.
"Tidak juga. Aku hanya tidak suka ketika kau memaksaku dengan memakai kalimat 'Tidak ada bantahan' atau 'Ini perintah'. Jujur saja, aku agak sedikit tertekan dengan itu," ucap Raisya yang kini menyuarakan apa yang tidak ia suka dalam gaya Jimin.
"Baiklah, maafkan aku jika itu membuatmu tidak nyaman. Aku akan merubahnya," jawab Jimin. Ia ingin menjadi sosok yang diinginkan Raisya. Ia ingin menjadi sosok yang bisa melakukan apapun yang Raisya minta.
"Tidak perlu diubah karena pada dasarnya itu adalah sifat yang melekat pada dirimu. Tapi jangan keluarkan itu di depanku apalagi menyangkut hal pribadi. Setidaknya mintalah dengan baik, mengerti?"
"Mengerti tuan putri!" ucap Jimin semangat.
Raisya semakin meletakkan kepalanya pada bahu Jimin. Sandaran kedua baginya setelah sang ayah meninggal. Mulanya Raisya hanya akan bersandar pada tembok, pilar atau kasur. Tapi kini ada Jimin yang akan selalu menjadi sandarannya. Mungkin.
"Oh iya, kudengar kemarin kau bertemu dengan Seulgi? Apa yang dia katakan?" tanya Jimin pada akhirnya.
Raisya sempat terhenyak sebelum akhirnya menyimpulkan senyumannya dan berkata, "
"Sepertinya dia belum menerima dirimu bersamaku.".
.
.
Jimin meminta pada Taehyung agar mempertemukannya dengan Seokjin si kepala penjara yang baru bertugas 4 tahun terakhir.
Ia hanya ingin memastikan sesuatu. Memastikan kasus adiknya 5 tahun silam dan memastikan seseorang yang ia yakini sebagai pembunuh akhirnya meski yang ia tahu tidak demikian.
Jimin memantapkan hatinya sebelum masuk ke dalam ruangan Seokjin.
"Hei, Jim? Kau sudah datang?" retorik Seokjin. Jimin tidak menjawab dan langsung berjalan menuju meja kerja Seokjin dan duduk di seberang mejanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EQUANIMITY✔
Fanfiction[ C O M P L E T E ] Fourth Story by: Jim_Noona Setelah berhasil menggapai mimpinya, Raisya kembali menemukan fakta dari sosok pria yang menjadi pimpinannya di perusahaan penerbitan.