Eleven

962 167 12
                                    

     Vote Juseyo!

Selamat malam minggu untuk para bucin JiRa hehe

Selamat malam juga yang ngeship aku zama mas zhemensheee 😂😂😂😂


































Jimin menyesap espressonya juga sesekali menyendokkan tiramisunya. Perpaduan yang sempurna. Jimin suka sensasinya. Sensasi pahit dari espresso luntur ketika tiramisu manis itu menyapa permukaan lidahnya. Apalagi ditambah menyaksikan seorang gadis dengan rambut yang dicepol atas namun sedikit berantakan.

Apron yang melekat pada sweater kebesaran pada tubuhnya. Musim gugur sudah hampir selesai dan hawa di kota Seoul sudah mulai dingin. Orang-orang sudah mulai mengenakan coat dan juga sweater hangat. Sama seperti dirinya yang memakai coat yang dipakainya saat pagi tadi.

Jimin heran. Apa gadis itu tidak menyadarinya? Yang benar saja.

Namun tak kala tatapan mata kelamnya dan Raisya bersibobrok, Gadis itu menyunggingkan senyumannya. Mungkin ia sadar? Jimin tidak paham. Tapi alangkah baiknya lagi jika Raisya sadar dengan presensinya.

Sebenarnya ia akan diam di sini cukup lama. Mungkin bisa menghabiskan waktu satu jam atau bahkan lebih jika sedang tidak sibuk.

"Hei Raisya? Kau sudah mengenal pria itu?" tanya Hyunso penasaran karena jika ia perhatikan tadi, Raisya dan pria itu nampak sesekali bersitatap.

"Iya, dia pimpinan di Magnate eonni. Aku juga baru sadar karena pakaiannya."

"Jadi? Dia yang selalu datang adalah pimpinan dari perusahaan penerbit mayor se-Korea selatan dan kau baru mengetahuinya? Astaga! Kau lebih buruk Raisya-ssi!" ucap Hyunso menggelengkan kepalanya.

"Aku bukan stalker eonni. Aku hanya ingin bekerja di perusahaanya, bukan mendekati pimpinan perusahaannya."

Hyunso mendengus. Gadis aneh. Harusnya dia bahagia tak kala mengetahui siapa presensi di balik perusahaan yang diidamkan. Apalagi pria itu tidak pernah mau di wawancara publik dengan segudang prestasi dan ide briliannya.

"Terserahlah. Intinya aku akan ikut membeli novelmu nanti. Aku penasaran dengan isinya. Memang semenarik apa naskahmu itu huh sampai bisa lolos tahap nasional seperti itu?" ucap Hyunso bercanda sambil menyenggol bahu Raisya.

"Tidak perlu. Aku akan berikan pada eonni secara cuma-cuma."

"Benarkah?"

"Tentu."

Dengan begitu, Hyunso segera menghamburkan tubuhnya pada Raisya. Memeluknya erat hanya dengan diiming-imingi novel gratis. Raisya bahkan jengah melihat tingkah satu wanita di hadapannya ini.

"Sudah eonni. Seisi cafe memperhatikan kita!"

"Bilang saja pimpinan itu yang memperhatikanmu!"

.

.

.

Taehyung memijat pelipisnya. Pening itu kembali menguar tak kala ia kembali mendapatkan pesan singkat kelewat menyebalkan.

Ia sudah bingung pun pusing dengan kelakuan manusia yang satu ini.

Sudah meninggalkan tanpa jejak dan kini ingin kembali dan menerima pengakuan.

Taehyung sudah cukup sabar melihat Jimin yang terus dirundung kesedihan. Taehyung sudah tidak mau melihat temannya kembali dalam masa beratnya.

Taehyung ingin melihat Jimin bahagia dengan gadis pilihannya. Meski Taehyung tahu ini akan menjadi sebuah bumerang untuk Jimin pada akhirnya.

EQUANIMITY✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang