Setelah mereka makan, Jimin memilih menginap di rumah Raisya karena badai salju mulai kembali mengguyur Seoul. Raisya menyediakan kasur lipat juga selimut. Ia berbagi bantalnya untuk Jimin sedangkan dirinya memakai guling untuk alas kepala.
Pagi ini, ia akan bangun lebih pagi dari Jimin. Setidaknya ia harus memasak sarapan sebelum pergi ke kantor.
Ini masih pukul 6 pagi dan Jimin belum bangun. Semalam mereka tidur pukul 11 malam karena Jimin memaksa untuk menonton sebuah drama The mirracle in the cell 07. Film di mana alurnya hampir mirip dengan kejadian ayahnya.
Oke hentikan. Jika membahas ini, Raisya akan menitikkan air matanya di pagi buta yang dingin ini.
Raisya membuatkan Samgyetang untuk sarapan mereka. Keduanya membutuhkan sesuatu yang hangat untuk pagi yang dingin.
Raisya juga menyiapkan susu hangat sebelum akhirnya berjalan ke kamarnya untuk membangunkan Jimin yang masih tertidur di bawah kasurnya.
Raisya menepuk pelan pipi si pria yang nampak masih sangat mengantuk. Apa daya sekarang sudah hampir pukul 7 dan satu jam lagi mereka harus pergi ke kantor.
"Oppa? Bangun! Kita sarapan!"
Jimin membuka kelopak maniknya dan menemukan presensi Raisya di hadapannya. Jimin menyunggingkan senyumannya dan mendudukkan dirinya.
"Selamat pagi," sapa Jimin.
"Ya selamat pagi, sekarang ayo sarapan kita harus berangkat ke kantor."
Jimin menurut. Menyibak sellimut yang membungkus tubuhnya dan mengikuti Raisya guna berjalan keluar kamar.
Ia mencium aroma Samgyetang hangat yang menyeruak dan manik Jimin menangkap dua porsi Samgyetang juga susu hangat di atas meja ruang tengah.
"Makanlah, setelah itu mandi dan berangkat ke kantor. Bukankah akhir-akhir ini kau sibuk?" tanya Raisya seraya menyuapkan kuah supnya.
"Maafkan aku jarang bersamamu, tapi sekarang aku tidak terlalu sibuk. Sekarang kita akan ke Busan terlebih dahulu dengan mobil. Para Crew akan menyusul sore nanti bersama Hoseok," ucap Jimin.
"Ya? Sekarang? Itu artinya kita harus menginap?" tanya Raisya dengan bodohnya.
Jimin mengangguk membenarkan, "Iya, maka dari itu aku akan membantumu mengemas barang. Tidak perlu banyak-banyak, jika butuh sesuatu kita beli di sana."
Raisya menghembuskan napasnya kembali, tidak habis pikir dengan apa yang Jimin lakukan. "Harusnya kau bilang dari semalam jika ingin pergi pagi ini, aku bisa menyiapkan barang-barang malam tadi," ucap Raisya.
"Baiklah maafkan aku untuk yang satu itu. Aku benar-benar lupa."
Mau bagaimana lagi? Sekarang Raisya harus mengemas barangnya mendadak. Ia tidak suka jika mendadak seperti ini, ia takut ada yang tertinggal.
"Nanti kita akan menginap di rumahku," ucap Jimin lagi.
"Apa ada orangtuamu nanti? Apa yang harus aku lakukan?" panik Raisya. Setidaknya first impression harus benar-benar baik.
"Orang tuaku sudah meninggal beberapa tahun lalu. Rumah itu kosong dan hanya ada dua pembantu yang selalu membersihkannya. Makanya aku mengajakmu untuk menginap di sana. Lagipula lokasi promosimu tidak jauh dari sana."
"Maafkan aku, aku benar-benar tidak tahu," sesal Raisya.
"Tidak apa-apa, aku mengerti. Sekarang makan dan bersiaplah. Perjalanan akan cukup memakan waktu sekitar 4 jam jika tidak macet."
.
KAMU SEDANG MEMBACA
EQUANIMITY✔
Fanfiction[ C O M P L E T E ] Fourth Story by: Jim_Noona Setelah berhasil menggapai mimpinya, Raisya kembali menemukan fakta dari sosok pria yang menjadi pimpinannya di perusahaan penerbitan.