3.

1.1K 35 1
                                    

 
  "Wow..."

Ucapku sambil menatap cermin.

  "Gak salah kan pilihan gw?"

Ucap Lasha.

Lasha memilihkan ku gaun semi brukat berwarna pastel yang panjangnya hingga menyentuh lantai dan ketika aku berjalan gaun itu dapat membelah dan memamerkan kaki jenjangku.

Lasha sendiri juga memilih gaun semi brukat namun dengan model mermaid berwarna merah yang memamerkan punggung mulusnya.

  "Gw bilang juga apa, kulit putih Lo jadi lebih glowing sama warna itu."

     Minggu lalu, Lasha menyeretku ke sebuah butik bernama L untuk menemui seorang desainer dan fashion stylist kenalan tante Dian, dan sejak siang kami berdua sudah digarap oleh dua orang crew yang sengaja kami sewa dari L.

     Aku meminta tolong pada salah seorang MUA untuk mengambil beberapa fotoku dan mengirimkannya ke papa sekaligus sekaligus ke akun sosial media milikku, tidak lama ada panggilan video masuk dari papa.

  " Wow...tambah cantik aja anak papah".

Papa terlihat terkejut kemudian tersenyum lebar melihat ku.

" Iya dong, anaknya siapa dulu..."
 
"Jam berapa acaranya sayang?"

" Jam tujuh, tapi sebentar lagi kita berangkat."

"Ok... have fun ...jangan pulang malam-malam, Darel jadi ikut?"
 
"Iya...jadi".
 
"Jangan jauh-jauh dari Darel, and no drugs".
 

"Siap Bos!".

Kulihat papa terkekeh.
 
"Besok pagi kalian jadi berangkat ke Bali?"
 
"Iya...aku juga udah sekalian packing untuk ke UK, dan bilang ke mbok jah' supaya sekalian disatuin sama koper papa, biar sekalian dibawa sama supir nanti, jadi kita langsung ketemuan dibandara aja."
 
"Ok...yudh have fun sayang...bye".

Panggilan telepon dari papa langsung terputus, padahal aku masih kangen padanya.

  " Jadi? dari Bali langsung cabut ke UK?"

Tanya Lasha.

  "Iya...sekalian bareng sama papa."

  "Ko' kali ini lumayan lama sih Gi'? Sampe absen ospek." Ujar Lasha.

Biasanya setiap liburan aku memang pergi ke London untuk mengunjungi Oma, ibu dari almarhum bundaku.

  "Iya sekalian ada urusan..."

   "Oooo..."

Sebenarnya aku memang berniat mencari seseorang, seseorang yang dua tahun ini pergi tanpa kabar apapun.

Darel terperangah memandangku, dibelakangnya tante Dian dan om Ahmad terlihat tersenyum lebar.

  " Cantiknya anak-anak mamah..."

Ucap tante Dian sambil menghampiri kami. Ini adalah ide Lasha untuk mengajak Darel ke acara prom. Darel memakai setelan jas lengkap dengan dasi kupu-kupu, dan seperti biasa dia selalu terlihat charming, legend most wanted disekolahku.

     Kami memasuki ballroom sebuah hotel ternama di Jakarta yang segaja dibooking khusus untuk acara prom hari ini. Kedatangan kami mencuri seluruh perhatian siswa yang sebelumnya telah hadir, kulihat Geri sedang bersama dengan seorang siswi yang kutahu bernama Anya, aku mengenalnya karena beberapa kali kami berada di satu tim dalam olimpiade.

  "Cocok ... sama-sama freak".
Bisik Lasha.

  " Mana Jeri?...". Tanya Darel.

  " Geri...arah jam 3 ". Jawabku.

Darel menoleh dan menatapnya dari kejauhan, dan kutahu Geri juga membalas tatapan Darel.

  " Masih gantengan gw".
Ucap Darel.

Aku memutar bola mataku malas. Disebelahku Lasha terkikik.
    

Kami mulai membaur dengan teman-teman yang lain, pertanyaan-pertanyaan seperti biasa yang membuatku jengah. Gaun designer siapa? Gaun gw, gw pesen langsung dari Paris lho!, MUA gw si bla bla bla... Tidak penting menurutkku, disebelahku Lasha menanggapinya dengan semangat yang berlebihan yang kutahu pasti hanya pura-pura. Tidak jauh dari kami, seperti biasa Darel dikelilingi cewek-cewek yang terang - terangan flirting padanya.

     Sekolahku adalah salah satu sekolah internasional terbaik di Jakarta. Tidak semua orang bisa masuk dan mengeyam pendidikan dsini dan semua dilihat dari label keluarga mana mereka berasal, dan dengan serangkaian test untuk menguji kemampuan setiap siswa, bukan hanya besok ada pelajaran apa? Namun besok apa yang akan kita pakai kesekolah? Adalah pembicaraan penting setiap harinya.
Ada beberapa strata tak tertulis yang membedakan setiap siswa, kasta tertinggi di duduki oleh orang-orang sepertiku, lasha, dan Darel, dengan kemampuan otak dan wajah di atas rata-rata serta nama keluarga yang seolah tercetak di jidat kami dengan label konglomerat, yang kedua adalah anak-anak dengan otak yang lumayan pintar serta mempunyai orangtua seorang pengusaha atau kedudukan di pemerintahan, dan yang ketiga adalah anak-anak yang masuk melalui jalur beasiswa.

Sangat tidak penting menurutkku memamerkan harta serta kedudukan yang sebenarnya adalah milik orang tua mereka.

  " Ikut gw."
Ajak Darel yang tiba-tiba menarik tanganku.
 
"Kemana?"
Tanyaku penasaran.
 
"Kita kasih selamat sama mantan Lo."
 
"WHAT!"

  "Pasang muka paling bahagia dan akting senatural mungkin".
Bisik Darel.

Kami menghampiri Geri dan Anya. Mereka menyadari kedatangan kami dengan tatapan defensif dari Geri serta tatapan gugup sekaligus kagum dari Anya.

  " Hai Ger' apa kabar? Selamat ya' gw denger dari anak-anak kalian udah jadian".
Ucapku sambil tersenyum lebar.
 
"Thanks". Jawabnya singkat.

  "Kamu gak mau kenalin aku?"
Tanya Darel. Hampir saja aku mengernyitkan dahi mendengar cara bicaranya.
 
"Kenalin, gw Darel pacar barunya Giyan".

Ucap Darel mantap. Namun kulihat
pandangan Geri yang seolah tidak percaya, namun ia tetap membalas jabatan tangan Darel.

  "Syukur deh Lo cepet move on". Sindirnya.
 
Aku memilih tersenyum lebar menanggapinya.

Tiba-tiba Darel menarik pinggangku agar lebih mendekat kepadanya serta membisikan sesuatu agar menyuruhku  tertawa. Aku melihat wajah kesal Geri.

  " Kalau gitu kita tinggal dulu, seneng bisa kenal Lo".
Ucap Darel.

     Kemudian Darel menuntunku ke area dance floor.
 
"Serius?".

Tanyaku pada Darel. Karena saat ini musik yg diputar adalah musik melow yang diperuntukan untuk dansa romantis. Namun detik berikutnya Darel menarik ku untuk mendekat padanya, aneh dan gugup yang aku rasakan saat kami berdekatan seperti ini.

"Aku udah bilang kalau malam ini kamu cantik?". Ucapnya.

Aku menahan tawaku atas sikap aneh Darel.
 
"Aku udah bilang kalo malam ini kamu ganteng?".

Tanyaku namun aku tidak bisa menahan tawaku.

   "Gi'...".

Panggil Darel. Belum sempat terkejut aku merasakan bibir Darel menyentuh bibirku lembut dan wajah kami yang sangat dekat. Belum sempat aku mencerna apa yang terjadi sebuah lampu menyorot ke arah kami.

  " So, King and queen prom of the year is.....Darel and Giyan!! ".

Darel menjauhkan wajahnya perlahan dari wajahku tanpa melepas tatapannya sedikitpun, namun sudah terlambat kecupan itu sudah tertangkap oleh tatapan mata seluruh orang yang ada di ruangan ini.

  "Your beautiful..."

Bisiknya sekali lagi. Kulihat Lasha sampai mangap sangking terkejutnya.

Ini sangat berlebihan untuk hanya jadi pacar pura-pura kan?.

  

 

Happy reading !

Backstreet ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang