Aku menatap wanita disebelahku yang masih tertidur dalam posisi telungkup, rambutnya terlihat berantakan dengan bahu yang terbuka dan tubuh polos yang hanya dilapisi selimut.
Aku tidak akan pernah bosan memandang wajah tidurnya, dan berharap ini bukanlah mimpi bahwa setelah ini gadis inilah orang pertama yang akan kulihat setiap aku bangun memulai hari.
Will you marry me?...
Entah apa yang membuat Giyan berubah pikiran. Namun memang ini yang benar-benar aku inginkan.
Memilikinya sepenuhnya." Kamu yakin?... karena setelah ini kamu akan benar-benar jadi milikku, dan aku gak akan pernah lepasin kamu"
Ucapku setelah ciuman panas kami.
Wajahnya sudah memerah dan peluh membasahi keningnya dan mata kelamnya seakan mendamba. Begitupun denganku, tapi aku ingin meminta izinnya, dan memastikan dengan yakin bahwa ini adalah yang kami inginkan.
Dengan nafas yang masih terengah Giyan tersenyum dan membalasnya dengan mengecup bibirku lembut.
" Just slowly..."
Bisiknya.
" I'l try to not hurt you..."
Dan malam itu adalah
Malam penyatuan kami untuk pertama kalinya.Aku mengecup bibirnya lembut dan membawanya ke dalam pelukan, belum pernah dirinya sebahagia ini. Sangat bahagia hingga dirinya takut kehilangan Giyan.
Aku terusik oleh cahaya yang masuk melalui celah tirai yang terbuka sebagian dan menemukan Giyan sudah duduk disebelahku dengan menggunakan kemeja putih milik ku yang jelas terlihat kebesaran, namun entah kenapa justru terlihat sexy. Ternyata aku sempat tertidur sebentar.
" Happy birthday!"
Ucapnya sambil memangku kue tart berkrim putih dengan lilin.
" Make a wish!"
Pintanya sambil tersenyum lebar. Mataku terpejam merapalkan doa, hanya sebuah doa agar papa dan wanita dihadapan ku saat ini selalu sehat dan bahagia. Kemudian meniup lilin.
" aku harap aku orang pertama yang ngucapin selamat, Sorry agak telat"
" Sorry udah bikin kamu sibuk semalam, sampai kamu kelelahan dan ketiduran"
Giyan melebarkan matanya, dan pipinya bersemu.
" Jail deh kamu! Perlu banget dibahas?!"
Aku mengambil kue dari tangannya dan memindahkannya ke atas nakas.
" Kenapa mesti malu? Semalam kita..."
" Oke stop! "
Giyan buru-buru menutup mulutku dengan tangannya. Wajahnya bertambah merah karena malu.
Aku mencium tangannya yang sudah dilingkari sebuah cincin.
" Are you okay?..."
Tanyaku, karena aku sempat melihat air matanya mengalir semalam, serta cengkraman yang cukup kuat pada bahuku.
" Yeah... I'm fine...just...aku gak tau harus jelasin apa sama Nin nanti"
Ucapnya sambil melirik ke arah sprei dengan noda darah ditengahnya.
" Never mind ... So, apa rencana kamu hari ini?"
" Terserah kamu, kita punya waktu sampai besok ,it's your day!"
Ucap Giyan dengan mata berbinar.
" Hmm...kalau gitu...aku mau kamu! Hahahah!!!"
" Kya!!! Ken!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet ( Completed )
Literatura Femininajust love life story... sempurna satu kata yg kadang kita lupa bahwa sempurna juga tidak selalu abadi...