34.

238 8 1
                                    

     Sesampainya di mobil kami sudah basah kuyup.

  " Tadi seru! Udah lama gak main hujan-hujanan "

  " Seru apanya? Kalau sakit gimana?"

Ken mengambil jaketnya dari kursi belakang.

  " Cuma satu?" . Tanyaku.

  " Iya kamu aja yang pakai "

  " Kamu gimana?"

  " Aku gak apa-apa, biasanya aku bawa baju ganti buat jaga-jaga kalau pas pengen pulang ke puncak atau rumah papa, tapi kemarin malah aku turunin semua, gak tau kalau bakal  kehujanan gini"

  " Kamu masih sering pulang ke puncak?"

  " Kadang-kadang"

  " Udah lama yaa kita gak kesana..."

Ken hanya tersenyum sambil mengusap rambutku yang basah, kemudian dia mulai menjalankan mobilnya.

  " Kalau harus pulang kerumah kamu terlalu jauh, gak apa-apa kan ke apartemen ku?, abis ganti baju aku antar kamu pulang"

  " Oke..."

Dan benar saja saat kami mulai memasuki jalan utama kemacetan sudah menyambut kami belum lagi ditambah hujan yang belum juga reda.

  " Kamu gak dingin?". Tanyaku

  " Sedikit"

Aku bersandar disebelahnya.

  " Kita lihat lagu apa yang sering kamu dengar..."

Aku menekan tombol pada playlist musiknya. Sebuah lagu dari sebuah band yang baru pertama kali kudengar.

  " Band?"

  " Ya, Zigaz band tahun 90an"

  " Suara vokalisnya khas banget "

  " Namanya Zian, Sekarang sudah ganti vokalis"

Kami mendengar lagu yang mengalun hingga tanpa terasa kemacetan mulai mengurai.

Hampir satu jam kami sampai di apartemen Ken, hujan juga sudah mulai reda berganti gerimis.

Saat kami hendak memasuki lift Ken tiba-tiba terdiam dan melihat sekeliling, seolah melihat sesuatu.

  " Ada apa?..." Tanyaku penasaran.

  " Enggak, mungkin cuma perasaanku aja "

Karena yang kami lihat, lobi apartemen memang sepi.

***

  " Kamu pakai bathroom dikamar aja, biar aku pakai toilet yang diluar, baju gantinya udah aku siapin dia atas bed "

Ucap Ken sambil memberikan selembar handuk padaku.

" Ok"

Aku buru-buru masuk ke kamar Ken, kamar yang sama seperti yang terakhir kulihat, dengan nuansa warna monokrom hitam putih dan abu,  tidak banyak furniture yang ada di apartemen Ken, aku terpaku pada sebuah bingkai yang berisi bunga edelweis dibawahnya tertulis sebuah tanggal dan note. Terakhir kali aku memang tidak memperhatikannya karena kupikir hanya pajangan biasa, dan saat itu aku memang buru-buru keluar apartemen.

2665 MDPL
With you...
Papandayan mountain.

Itu adalah tanggal dimana kami ke Papandayan dulu, Ken masih menyimpannya. Aku menangis, rasanya sesak, hanya sampai hari ini Giyan, hanya sampai hari ini...

Setelah aku keluar dari kamar kulihat Ken sudah berganti pakaian dan duduk di stool di atas mini bar Sudah terdapat dua gelas teh yang masih mengepul. Aku memutuskan untuk bergabung disebelahnya.

Backstreet ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang