41.

240 12 2
                                    

" kalau Aden mau berangkat sok atuh, biar nin yang jagain "

" Sebentar lagi nin..."

" Ya sudah, nin tinggal dulu buat siapin makanan"

Nin adalah panggilan untuk pengasuhnya, yang sudah mengurusnya sejak kecil dan hingga kini masih mengabdi di keluarga Bharata.

Ken mengangguk. Ia kembali menatap Giyan yang tertidur pulas, setelah beberapa bulan tidak bertemu, terlihat jelas berat badan Giyan yang menyusut, wajahnya terlihat lelah walau dia sedang tertidur.

Gadis ini...

Bagaimana mungkin ia bisa meninggalkannya, sekalipun Giyan sudah memintanya pergi. Setelah mencium lembut tangan Giyan Ken pelan-pelan melepas genggaman tangannya pada tangan Giyan dan menyelipkan kembali ke dalam selimut.

" Titip Giyan ya nin, kalau ada apa-apa telfon saya"

" Iya, sudah teu usah khawatir kan nin' Aya disini..."

      Sudah sampai setengah perjalanan menuju kantor saat orang suruhan ku memberi kabar tentang keadaan Giyan, ya aku memang menyuruh seseorang untuk menjaga Giyan dari jarak yang terjaga semenjak aku menyadari ada seseorang yang hendak mencelakakannya.

Dan ketika aku sampai apa yang kulihat adalah Giyan yang duduk di luar pagar rumahnya sambil memeluk lutut di tengah hujan deras, disebelahnya ada sebuah koper besar. Papa juga menelfon untuk menanyakan keadaan Giyan setelah berita tentang kasus korupsi ini tersebar.

Ada tatapan tidak percaya saat pertama kali Giyan melihat dirinya ada dihadapannya.

Maaf...

Harusnya aku tetap berada disampingnya, harusnya aku menyadari sebaik apapun Giyan terlihat baik-baik saja, aku lupa bahwa Giyan selalu pandai membuat tameng.

Bahkan Giyan langsung memelukku seolah dia sangat ketakutan. Setelah dia lebih tenang aku memutuskan untuk membawanya ke apartemen dan menelfon Nin' untuk membantu menjaganya.

Aku harus kembali ke kantor karena tidak bisa meninggalkan rapat penting, walaupun dirinya hanya sebagai karyawan magang ternyata papa justru mengajarkan semua hal tentang perusahaan.
Belum apa-apa dirinya sudah kangen pada Giyan, sesampainya di lobi kantor Ken menelfon katanya Giyan belum bangun, dan suhu tubuhnya tinggi. Dirinya harus segera menyelesaikan pekerjaannya agar bisa pulang lebih cepat.

*****

     Setelah mengetahui kabar tentang kasus korupsi yang ikut menyeret nama almarhum om Adnan dan perusahaannya, dirinya langsung pergi menuju kediaman Giyan, sialnya karena sedang jam sibuk ditambah hujan deras butuh waktu lebih lama untuk sampai.
Khawatir karena Giyan tidak mengangkat telfonnya, Giyan tidak mempunyai keluarga di Indonesia, satu-satunya keluarga yang ia punya adalah Oma yang bermukim di London.

Dengan adanya masalah diantara mereka Giyan tidak mungkin mau datang kerumahnya.

Terlambat...

Disinilah Darel melihat Ken yang sedang memeluk Giyan dibawah guyuran hujan. Kenapa dirinya selalu kalah cepat. Dan yang lebih membuatnya merasa kalah adalah tatapan mata mereka, pertama kali dirinya melihat mereka sedang bersama. Sikap protective Ken pada Giyan. Sulit sekali menerima bahwa mereka memang terlihat saling mencintai. Hatinya semakin sakit untuk mengakui.

***

     Aku mencoba membuka mataku, tubuhku terasa sakit dan lemas, ditambah lagi kepalaku yang terasa berat.

Dari balik tirai yang tersibak kulihat langit sudah gelap. Disebelahku ada Ken yang tertidur sambil menelungkup kan tangannya, Ken masih menggunakan pakaian kerjanya, kemeja putihnya digulung hingga siku, rambutnya juga terlihat sedikit berantakan.

Backstreet ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang