Zahra dibuat ketar ketir saat ini, setelah mendengar kabar dari Safira bahwa dirinya masuk lagi ke rumah sakit.
Dan Safira meminta Zahra untuk menemuinya saat ini, entah apa maksud Safira mengundang Zahra. Dari nada suaranya sih seperti orang serius.
Maka Zahra langsung pergi menuju rumah sakit setelah selesai mata kuliahnya, sampai dia lupa izin dulu pada Refan untuk menemui Safira di rumah sakit.
'nanti aja deh bilang sama mas Refan nya, kalo udah ketemu Hawa. Dia juga mungkin juga lagi sibuk soalnya masih siang' batin Zahra
Tidak butuh waktu lama untuk menuju rumah sakit yang telah Safira beritahu lewat pesan yang sudah Safira kirim tadi pada Zahra, dan sekarang Zahra sedang mencari ruangan yang di tempati oleh Safira.
Namun belum sempat Zahra membuka pintu ruang inap Safira, dia mendengar suara yang begitu familiar dengan Indra pendengaran.
Tapi Zahra tidak main menyimpulkan saja, mungkin dia salah. Maka dengan rasa penasaran dia mengintip lewat kaca atas pintu rumah sakit tersebut, dan benar dugaannya. Di dalam sana ada Safira yang terbaring lemah dan juga suaminya.
DEGG'
Jantung Zahra berdetak lebih kencang melihat mereka berdua bersama saat ini, sebenarnya dia tidak ingin egois. Namun entah mengapa hatinya berkata lain.
"Mas...makasih udah bawa aku kesini" ucap Safira lembut
"Iyah sama-sama" balas Refan dengan nada datar
"Kamu maukan mas maafin aku?" Tanya Safira ragu
"Aku belum tahu, tapi aku akan coba" jawabnya seadanya
"Oh Iyah, tadi dokter suruh saya beli obat. Tapi pas beli di apotik rumah sakit obatnya gak ada, jadi saya harus beli dulu di luar. Kamu gapapa kan saya tinggal sebentar?" Sambungnya seolah peduli namun terlihat enggan
"Iya mas gapapa ko, sekali lagi makasih mas" balasnya sambil tersenyum
"Hemm" sahutnya
Refan langsung meninggalkan Safira sendirian, dan bergegas untuk membeli obat yang telah di beri resepnya oleh dokter tadi.
Zahra yang melihat Refan berbalik, segera bersembunyi di ruangan sebelah yang kebetulan kosong.
Dia tidak sanggup jika saat ini harus bertemu dengan suaminya, hatinya masih merasa sakit. Kenapa suaminya tidak memberi tahukan dirinya bahwa dia akan bertemu Safira saat ini.
Setelah merasa yakin Refan telah pergi jauh, Zahra segera masuk dan tidak lupa mengetuk terlebih dahulu pintu ruang inap Safira.
Tok tok tok'
"Assalamualaikum" salam Zahra ketika masuk ruangan
"Eh Zahra...waalaikumsallam, ayo sini masuk" sahut Safira dengan raut senang, yang mengetahui Zahra telah tiba.
Entah senang karena kehadirannya, atau karena perhatian Refan tadi.
'eh astagfirullah, Zahra kamu gak boleh gitu' tegur batinnya sendiri
"Baru sampai?" Tanya Safira
"Iyah" jawab Zahra yang berusaha biasa saja
"Emmm Zahra" panggil Safira
"Iya"
"Aku mau ngomong serius sama kamu"
"Ngomong aja"
"Sebelumnya maaf jika aku terkesan egois, mungkin kamu juga bosan mendengar permintaan aku yang ini. Tapi aku benar-benar buntu saat ini Zahra, aku sudah tidak punya tujuan apapun dalam hidupku. Mamahku sudah meninggal, kuliahku sudah terputus, papah mengabaikanku saat ini, di tambah juga aku mengidap penyakit serius saat ini..." Safira menjeda ucapannya, "dan hanya tinggal satu lagi impianku Zahra, aku mohon lepaskan mas Refan untukku.... Aku memang wanita murahan jika kamu menganggap aku begitu, tapi aku mohon sama kamu. Tolong ngertiin posisi aku Zahra , aku mohon" pintanya dengan nada meminta sambil menangis
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR CINTA (END)
Romancehidup memang penuh lika liku, hingga akhirnya sebuah pengorbanan yang menjadi sebuah tindakan. akan tetapi tidak semua pengorbanan itu dibenarkan, malah menjadi sebuah bumerang bagi kehidupan. begitu pula kisah cinta kedua insan yang ditakdirkan unt...