2 tahun kemudian
Zahra dan Safira sedang berjalan beriringan di lorong kampus, mereka telah melanjutkan pendidikan di kampus yang sama. Setelah kejadian 2 tahun terakhir membuat mereka seakan tidak pernah terpisah, selalu bersama. Baik itu saat di kampus maupun di luar, tapi saat Zahra kerja Safira terpaksa menghabiskan waktunya di rumah, atau pergi dengan Refan dan juga Azkia yang selalu menemani di antara mereka berdua.
Setelah peristiwa 2 tahun yang lalu, Refan berubah kembali menjadi pribadi yang dulu, sekarang dia menjadi ramah, perhatian, dan juga mudah tersenyum. Tidak ada lagi sikap dingin pada dirinya apalagi itu terhadap Safira, mereka semakin dekat dan saling bertukar kabar. Namun tidak ada status di antara mereka, karena Safira sendiri yang tidak ingin berpacaran kalau mau langsung ta'aruf dan menikah, itu jauh lebih baik.
Tapi entah kenapa Refan belum juga memberi kepastian kepada Safira, walau mereka sudah mengetahui rasa satu sama lain.
Berbeda dengan Zahra, dia semakin memupuk harapan dan rasa cintanya pada pria yang dia kagumi selama ini, semuanya sudah terlambat dan dia juga tidak ingin menjadi perusak hubungan orang lain. Maka dia memilih untuk diam dan pura-pura tidak mempunyai rasa, padahal jika dekat dengan Refan radanya berbeda ketika dia mengagumi pria sewaktu SMA dulu, entah apa yang berbeda dia pun belum paham dengan dirinya maupun hatinya.
Hari ini Zahra berencana untuk bekerja setelah habis jam pelajaran untuk mata kuliah hari ini, untung Kevin berbaik hati. Untuk membolehkan dirinya kerja sambil kuliah, apalagi sekarang ibu Zahra sudah berhenti bekerja. Sebab Zahra terus memaksa ibunya agar berhenti, karena dia takut ibunya kenapa-kenapa apalagi belakangan ini darah tingginya sering kumat. Hingga dia memutuskan agar ibunya berhenti suka ataupun tidak suka, biar dia yang menanggung semuanya, karena Zahra sudah dewasa. Dan mencoba berbakti pada ibunya sendiri.
"Zahra kamu mau langsung kerja sekarang?" Tanya Safira ketika berjalan
"Iyah Hawa, memangnya kenapa?" Zahra balik bertanya
"Enggak sih" balas Safira sedikit murung
"Kamu kenapa?" Selidik Zahra yang melihat raut wajah Safira berbeda hari ini
"Sekarang tanggal berapa yah?" Tanya Safira sambil melihat ke arah Zahra
"Bentar, aku liat di handphone dulu. Emm sekarang tanggal 27, memangnya kenapa?"
Balas Zahra dengan santainya"Oh gituh, iya deh makasih Zahra. Oh iya aku pulang duluan yah, assalamualaikum" pamor Safira dengan raut sedikit kecewa
"Iyah waalaikumsallam" balas Zahra dengan melihat kepergian Safira
"Hawa kenapa yah? Ko kaya sedih gituh, tau ah bingung jadinya" gumam Zahra bingung
.....
"Assalamualaikum, bumil !!" Salam Zahra riang seperti biasa kepada Riri di meja pantri cafe
"Hihhh, kebiasaan deh...Waalaikumsallam" balas Riri ketus
"Iya deh iya maaf, kakak ku yang cantik" ucap Zahra sambil tersenyum, "oh Iyah ponakan aku gimana kabarnya di dalam sini?" sambungnya sambil meletakkan kupingnya di perut Riri yang mulai membesar.
Riri sekarang sedang mengandung sekitar 4 bulan, setelah menikah sekitar 6 bulan dengan Wira. Sebenarnya Wira menyuruhnya untuk berhenti, namanya juga Riri yang sama keras kepala seperti Zahra. Jadi dia keukeuh masih bekerja namun setelah usia kandungannya 5 bulan dia akan berhenti bekerja, itu perjanjian nya dengan Wira. Dia tidak rela berhenti untuk bekerja hanya satu alasannya, dia tidak ingin jauh dari Zahra. Adik curhatnya yang sudah sangat dekat dengannya, hingga masalah apapun yang dia punya selalu dia curahkan pada Zahra. Apalagi sekarang Zahra semakin dewasa, dan bisa mengimbangi mana yang sekiranya itu baik dan tidak, itulah yang membuat Riri nyaman curhat dengan Zahra.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR CINTA (END)
Romantizmhidup memang penuh lika liku, hingga akhirnya sebuah pengorbanan yang menjadi sebuah tindakan. akan tetapi tidak semua pengorbanan itu dibenarkan, malah menjadi sebuah bumerang bagi kehidupan. begitu pula kisah cinta kedua insan yang ditakdirkan unt...