Semburat fajar kini kian datang melalui celah ventilasi kamar bernuansa pink itu. Syalwa yang kian tertidur dengan keadaan mata sembab karena sepanjang malam dia menangis dengan ucapan ayahnya itu, serta dengan mukenanya serta al-qur'an yang di peluk. Keteledoran gadis itu selalu saja lalai dalam menutup pintu kamarnya, sehingga Aldi membangunkan gadis tersebut."Ya rabb anak prawan udah jam enem juga belum bangun, mau jadi apa nanti kamu,,,!? "
"Paan si bang bisik, hari minggu juga santai aja napa ish, masih ngantuk juga." jawab Syalwa dengam santainya.
"Ya allah de, udah itu ngelukis petanya di bantal. Mau gak yuk joging!?"
"Ogah joging ama lu kaya maraton bang engap gue,"
"Olahraga ga mau, bantu ibu juga engga, maunya apa lu!?"
"His diem ah bang iya nih gue ganti pakaian hush hush hush pegi sonoh,"
"Mandi dulu sonoh!!!"
"Udah pernah bang, mandi ga mandi juga tetep cakep ko." jawab Syalwa dengan menutup pintu.
Lima belas menit pun berlalu. Kini syalwa telah memakai celana training dengan kaos lengan panjang dan tak lupa kerudung instannya. Syalwa bukan type cewe yang suka berdandan lama lama. Mereka berdua pergi ke alun-alun kota mengenakan mobil dan tak lupa berpamitan ke orang tua.
Hiruk pikuk orang orang yang berolah raga dalam alun alun tersebut. Kota yang ramai bukan dari segi pengunjung, pedagang asongan serta pedagang kaki lima telah memenuhi alun-alun kota Jakarta.
"Bang ish beli cilok."
"Sudah ku duga, belum olahraga udah jajan, yodah lah sonoh beli."
"Uangnya mana???"
"Weladalah ga bawa uang ngapain beli,,!!"
Namun Syalwa memasang wajah memelas untuk meluluhkan hati sang kakak. Aldu pun tak tega melihat adiknya bersedih. Terpaksa dia Aldi mengeluarkan uang dua puluh ribu. Aldi pikir uang itu kembali sayangnya Syalwa tidak hanya membeli cilok, melainkan hamburger, telor gulung, kentang gorengserta segelas es teh. Semua makanan itu bisa di kategorikan junk food.
"Busettt dah bocah makannya banyak juga semenjak di Bogor,"
"Biarin lah bang, dulu aja di bilang kerempeng, sekarang makannya banyak malah di omongin juga,"
"Tapi makanan junk food itu menyebabkan peningkatan risiko obesitas dan penyakit kronis seperti penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2, penyakit hati berlemak non-alkohol dan beberapa jenis kanker." tiba tiba Fahri datang.
"Heyow bro, kapan lu di mari!?" tanya Aldi ramah.
"Ya belum lama si,"
"Tuh dengerin kata dokter, makan mulu ni bocah. Ohya kenalin duplikatnya masha adik gue paling rusuh Syalwa,"
Demi apapun Syalwa di buat salah tingkah oleh abangnya itu.
"Syalwa." sapa Syalwa dengan sopan dengan menangkupkan kedua tangannya di depan dada.
"Fahri," sapa Fahri dengan ramah. Syalwa sekarang hanya menundukan tatapannya dari yang bukan mahramnya itu sembari menikmati makanan yang tadi dia beli.
'Ternyata di Jakarta ada bidadari juga ya, haduhhh Fahri jangan zina mata, keindahan hanyalah milik Allah'
Fahri sempat terpaku dengan ke eleokan Syawa, iris mata bening serta senyuman manis membuat candu bagi Fahri. Matahari kini kian naik ke atas dan semakin panas. Ketika joging sudah terlaksana dan Syalwa merasa lelah. Sepanjang joging Syalwa hanya jadi nyamuk antara Fahri dan Aldi. Syalwa bingung dengan pembicaraan mereka berdua. Karena merasa bosan dan lelah Syalwa putuskan untuk pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAHSYA (END🎉)
Novela JuvenilMenemani seseorang yang masih pilu dengan masa lalunya memanglah sangat sulit. Percaya hanya kepada rasa memanglah sangat sakit. Perjalanan lika liku Syalwa dalam hal percintaannya yang statusnya mengambang oleh Dimas selama dua tahun. Selama satu...