Tujuh

561 34 2
                                    

"Gausah banyak ngomong deh Bar, selesein cepet gue males lama lama bareng lo"

"Lo kali yang bikin lama. Dasar cewe manja!"

"Apa lo bilang?" Clara sudah siap akan memukul bara dengan gagang sapu, tapi dengan mudahnya di tahan oleh Bara.

Sekarang sudah bilik ke 10 dari 15 bilik yang harus mereka bersihkan itu. Semuanya memang gara gara bara!

Coba saja kemarin ngga ke minimarket

Coba saja kemarin ngga ketemu bara

Coba saja kemaren ngga nolongin bara

Coba saja

Coba saja

Terlalu banyak coba saja dipikiran Clara. Baru kali ini dia menyesal sudah menolong orang.

"Apa lo liat liat huh?"

"Apasi pede banget, gue liatin cicak kali bukan lo! Tuh ada kecoa juga di tembok belakang lo"

Bara menunjuk nunjuk ke tempat dimana terdapat kecoa dan cicak bohongan itu.

Clara yang mendengar itu reflek langsung berteriak. Bukan apa apa, sedari kecil Clara memang benci dengan dua makhluk itu, menurutnya makhluk itu sangat menggelikan. Apalagi kalo terbang,kecoa bisa jadi monster. Begitu kata Clara.

"Aaaaa Bara!!!! Usir cepet ihh gue takut"

"Awas tuh makin deket kesini"

"Bara gue mohon ,gue geli banget liatnya!"

Bara yang disuruh membuang cicak malah mengambil dan mendekatkannya pada Clara.

"Bara!"

Sedetik

Dua detik

Tiga detik

Tak ada jawaban dari Bara, Clara yang sedari tadi panik sekarang sudah agak tenang. Dibukanya kedua mata miliknya, dilihatnya sekelilingnya.

"Bara brengsek lo sumpah! Pake acara boongin gue!"
Clara berlari, meninggalkan Bara di tempatnya sendirian.

Bara yang melihat gadisnya marah besar, sangat amat marah itu mengernyitkan keningnya. Clara benar benar marah, ia tak tau kalo kejadiannya akan seperti ini, ia sungguh tak tau kalo Clara sangat amat benci cicak dan kecoa. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Bara memang bukan orang baik, tapi dia masih punya hati dan harga diri. Masih harus menghormati gadisnya, ia rasa ini sudah keterlaluan.

Disusulnya Clara dikelas, netranya menangkap sosok gadis yang sedang menunduk dalam dalam diatas meja.

"Gue minta maaf ra."

Tidak ada jawaban.

"Ra gue minta maaf, jawab gue."

Sekali lagi tak ada jawaban dari Clara.

Suasana di kelas sempat hening saat Bara menaikan intonasi bicaranya, ia geram, gadis ini tak mau membuka suara barang sebentar saja.

"Lo kenapa Bar?" Seno dan Adit berdiri, menghampiri bos besarnya itu.

" Iya , ga biasanya lo minta maaf, ke cewe pula." Kali ini Seno yang ikut bicara.

Clara muak disini, ia bangkit dan meninggalkan semua orang dengan tatapan bingung.

Dibereskannya semua barang,dimasukan ke dalam tas. Sekarang ia hanya ingin sendirian, ia terlalu malas bertemu orang orang. Menurutnya Bara sudah sangat keterlaluan.

Lecturer Love : LILAC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang