Empat belas

122 12 0
                                    


Bara baru saja memarkiran motor besarnya saat ada perempuan yang menghampirinya.

"Ka bara kok lo baru dateng si?"

"Iya gue telat, kok lo bisa ada disini?"

"Gue lupa bawa topi, pinjem punya lo dong."
Alena memasang wajah memelas dilengkapi dengan puppy eyes yang membuat siapapun akan merasakan kasian.

"Lah kok bisa sih."

"Namanya juga lupa, gue takut dihukum ka malu."

"Lo pikir kalo gue yang ga pake topi gabakal di hukum gitu dek?"

Alena hanya tersenyum menanggapi omongan Kaka kandungnya itu. Dengan berat hati Bara memberikan topinya pada Alena,adik kesayangannya itu. Karena mau bagaimanapun Alena benar, dirinya sudah biasa dihukum dan pasti akan berasa biasa biasa saja. Berbeda jika Alena yang dihukum,bisa malu setengah mati dia.

"Thank you kaka ganteng!!!" Alena kesenangan, berlalu meninggalkan bara, ya sebelumnya ia memeluk singkat Kaka kebanggaannya itu.

Clara yang melihat adegan itu hanya bisa mengernyitkan dahinya bingung, ia sungguh tak tau apa yang dibicarakan. Siapa perempuan itu? Kenapa sangat akrab dengan bara? Kenapa bara memberikan topinya dan rela dihukum untuk perempuan itu?

"Nona bulan?!"

"Siapa dia?"

"Kenapa? Lo cemburu ya?"

"Apasih amit amit gue cemburu sama manusia bar bar kaya lo!"

"Tuh kan nona bulan pipinya merah haha"

"Diem!"

"Nona bulan cemburu nona bulan cemburu"

"Terserah!"

Bara beranjak dari tempat itu, meninggalkan Clara yang masih pada tempatnya. Memang si bara ini gada akhlak, tadi aja maksa gue ikut dia, pake acara godain gue segala eh sekarang guenya ditinggal. Sialan! Clara memutar bola matanya jengah.


****

Clara POV

"Nona bulan!" Aku menengok kebelakang saat ada seseorang yang memanggilku. Ah sial kenapa aku jadi mengingat panggilan ini? Ini sama saja aku setuju dipanggil begitu bukan?

Rasanya ingin sekali menghindar dari lelaki macam bara ini. Tapi mau bagaimana lagi? Aku satu sekolah dengannya,satu kelas,bahkan satu meja! Bisa bayangkan bagaimana berisiknya dia saat disebelahku? Kalau saja diperbolehkan, akan ku lakban mulutnya dengan lakban yang kucuri dari laci daddyku!

"Berisik. Ini dikantin!"

Bara menyodorkan tangannya seolah olah akan berkenalan denganku. Aku yang merasa bingung langsung mendongak menatapnya, ia mengangguk. Reflek, aku menjabat tangannya. Dan selanjutnya yang terjadi adalah

"Nona bulan, kenalin saya matahari. Matahari yang siap menenggelamkan diri agar kau bisa hadir di semesta ini, dilangit yang megah ini,yang membuat semua mata memuja keanggunan mu di malam hari."

"Ekhem nona bulan ,matahari. Gak sekalian semua tata surya lo sebutin bar?"

"Yailah sia Adit ngerusak suasana aja ih. Kasian bara gagal gombal gara gara sia!"

"Iya bener juga sen, minta maap kaga ya?"

"Iyadong, ntar kalo matahari marah kita gelap sepanjang hari."

"Tenang kan ada nona bulan yang menyinari di malam hari."

Adit dan Seno tertawa puas, tawa yang membuatku sungguh ingin hilang dari bumi ini. Sekali lagi, bara sialan!

Lecturer Love : LILAC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang