Dua puluh satu

104 11 0
                                    

Pukul sembilan malam lewat lima menit, bara membelah jalanan dengan motor besarnya. Gedung gedung pencakar langit itu menjadi saksi kebimbangannya sekarang. Hawa dingin yang menusuk tak ia hiraukan, tujuannya saat ini hanya satu ,ketenangan diri.

Apakah benar dirinya menyukai clara? Apa benar ia tak rela clara dengan laki laki lain selain dirinya?
Bara menghela napas kasar, dinaikannya kaca helm. Matanya memicing saat melihat Reina di trotoar jalan.

"Reina? "

"Siapa? "

"Gue" bara melepas helmya, menampakkan wajahnya.

"Ah bara"

"Ngapain lo disini sendirian kaya orang ilang? "

"Gue nunggu angkutan umum"

"Naik, gue anter. "

"Tapi emang ngga ngerepotin lo? Pacar lo?"

"Pacar?"

"Iya, clara kan ya?"

"Hahaha gausah dipikirin" bara tertawa,tawa yang dibuat buat. Dia tak sedang ingin tertawa, lagian untuk apa? Ya untuk formalitas saja.

Reina menaiki motor besar bara dengan berpegangan pada bahu bara.

"Pake jaket gue biar ngga dingin" bara menyodorkan jaketnya.

"Tapi lo?"

"Gampang."

Mereka berdua benar benar seperti sepasang kekasih bukan?

"Mm bara, bisa berenti depan tukang sate didepan minimarket seberang jalan?"

"Kenapa? Laper?"

Motor besar milik bara berhenti tepat di depan tenda tukang sate. Sebenarnya ia heran saja pada Reina yang mau makan ditempat seperti ini, sangat sederhana dibanding dari penampilannya.

"Gue sering beli disini karena memang rasanya cocok aja, maksud gue ini enak ga kalah sama resto terkenal diluar sana."

Bara mengernyit.

"Itu kan jawaban yang lo mau?"

"Bisa aja lo"

"Hehe bisa dong. Btw makasih ya, lo mau juga ngga?"

"Ngga, lo aja."

" satenya satu porsi dibungkus ya pak"

"Siap neng cantik, itu pacarnya yang ganteng ganteng gamau sekalian?"

"Ngga pa"

Apa katanya? Pacar? Reina senyum senyum sendiri mengingat perkataan tadi.

"Kenapa lo senyum senyum sendiri? Kesambet?" Bara memegang jidat Reina, reina yang kaget hanya bisa mematung.

"Ng-nggak!"

"Ini neng satenya, 35 rebu." Bara menyodorkan uang untuk membayar tapi dihalangi oleh reina.

"Ini aja pak"

"Ini aja pak,kembaliannya buat bapak."

"Apaan si lo bar"

"Aduhhh neng, bapak jadi bingung ini siapa yang mau bayar?"

"Ini" bara dan reina sama sama menyodorkan uang lima puluh ribuan, membuat bapak tukang sate itu geleng geleng kepala.

"Memang ya anak jaman sekarang kalo pacaran kaya gitu, beda euy sama jaman saya dulu. Kalo saya mah mau dibayarin ya sok atuh alhamdulilah rejeki." Celetuk salah satu pelanggan yang notabennya ibu ibu itu membuat pengunjung yang lain sontak tertawa.

Bara dan reina hanya menunduk malu. Akhirnya setelah perdebatan panjang itu diputuskanlah bahwa yang membayar adalah bara, alasannya adalah dirinya adalah laki laki dan reina perempuan. Masa iya pergi ke tempat makan bersama laki laki yang membayar perempuan? Bisa bisa harga dirinya turun! Begitu kalo kata bara.






****** vote vote vote******
****** komen komen komen******
******follow follow follow******

Gimanaa? Hari ini aku udah update 4 part ya!!! Makasih banyak buat kalian yang mau nungguin cerita ini huhuhu terharu banget akutuh🤗🤗

Buat yang mau nanya nanya silahkan kirimi aku pesann yaa.

Kasih tau aku kalian tim mana

Clara-bara
Clara-farez
Bara-reina

Luv u 💚💚💚

Lecturer Love : LILAC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang