Dua puluh tiga

97 9 0
                                    

Saat aku tau kau bersama orang lain, aku masih berusaha untuk mengejarmu. Tapi saat aku tau orang itu adalah orang yang aku sayangi juga, aku akan merelakanmu.

-------------------------------------------------------------


Sudah tiga minggu sejak clara melihat bara dan reina bersama. Sekarang disekolah, mereka juga terlihat sangat akrab. Dari mulai berangkat bersama,kekantin bersama dan pulang bersama. Meskipun sudah melihat clara didekatnya sekarang bara acuh,tak seperti dulu yang sering menggoda dengan tingkah konyolnya.

Clara yang merasa dirinya sudah dihiraukan lagi oleh bara memilih diam saja, enggan menanyakan mengapa dan bagaimana. Sudah cukup pikirnya untuk memikirkan masalah ini. Dari mulai bara yang menyebalkan,dekat dengan bara dan membawanya bertemu dengan daddynya hingga clara dan bara yang menghabiskan waktu bersama.

Sebenarnya dulu clara sempat terpesona dan sampai pada taraf suka pada bara. Lagian perempuan mana yang tidak bawa perasaan saat dekat dengan pria tampan, dan idaman seluruh penjuru sekolah ini?

Lagi lagi clara memijit pelipisnya,ia hanya tak menyangka bahwa bara akan secepat itu beralih pada reina yang notabennya anak baru itu. Bagaimana dengan kisah yang sudah dijalani dengan clara selama ini? Apa ini hanya angin lalu baginya?

Benar, bagimanapun clara harus mulai terbiasa dan merelakan bara, lagian reina kan juga temannya sendiri. Toh memangnya dia siapanya bara? Dia hanya flatshoes, tak punya hak.

"Eh clara, sini gabung"

"Gaudah rein, gue duluan." Clara melirik bara sejenak, bara yang sadar sedang diperhatikan malah sengaja bermain dengan ponselnya.

Aneh bukan? Dari asing,dekat,kemudian jadi asing lagi. Tapi inilah kenyataan yang harus dihadapi semua orang,tak hanya clara,aku,atau kamu.

"Kenapa dia?"

"Gatau ah sen,biarin aja. Labil"

"Iyadah biarin aja ya dit,yang penting jus jeruk lo buat gue."

Adit menoleh kesamping, benar saja jus jeruk miliknya sudah habis disedot seno.

"Sialan lo onta!" Seno yang menjadi pelaku utama hanya mengacungkan dua jarinya menjadi tanda piece dengan wajah tanpa dosanya.


*****

"Selamat siang, apa betul ini kediaman saudara Rama Mahatma?"

"Ya, saya anaknya."

" ayah anda kecelakaan dan anda dimohon ke rumah sakit sekarang."

Aku kaget bukan main, pikiranku hanya ada daddy didalamnya. Bagaimana keadaannya? Kenapa bisa?
Kuambil kunci mobil di nakas kamarku, aku benar benar kalap sekarang.

Sesampainya di rumah sakit aku berlari mencari ruangan daddy. Kamar melati nomer 5.

"Dadd!! Daddy!!" Aku menangis terisak diatas brankar daddyku. Kata dokter daddyku koma dan tak tau kapan akan sadar.

"Daddy, bangun dad, clara disini hiks hiks daddy"

"Doakan saja ayahmu baik baik saja, saya pergi dulu."

Aku menyeka air mataku. "Terimakasih dokter."

Benar benar menyiksaku melihat daddy terbaring lemah tak berdaya di brankar seperti itu. Perlahan memori masalaluku terputar kembali, dari mulai bermain dengan daddy, bercanda , liburan bersama, nonton film, bahkan ada bara disana sedang mengobrol dengan daddy.

Hiks hiks aku semakin menenggelamkan wajahku pada lututku. Aku terduduk di sofa sebelah brankar daddy.

"Daddy, aku mencintaimu, jangan pergi tolong hiks"

Lecturer Love : LILAC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang