Sembilan belas

97 12 0
                                    

Bara sudah sampai dikelasnya, ia berniat datang pagi pagi dan ingin menjemput clara berangkat bersama. Namun saat itu juga dia melihat clara diantar oleh seseorang dengan menaiki bmw hitam.

Matanya mencoba menyelidik siapa pria itu, namun jarak pandang yang terlalu jauh dari jendela kelas Bara tak bisa mengetahuinya.

"Sama siapa lo?"

"Bukan urusan lo"

"Gue tanya sekali lagi, dia siapa nona bulan?"

" nona bulan nona bulan! Panggil gue clara!"

"Okey clara."

"Bukan urusan lo dia siapa ya"

"Urusan gue dong kan gue mataharinya lo nona bulan!"

"Apaan si gajelas banget lo sumpah bar!"

"Sikap gue emang ga jelas, tapi satu hal, perasaan gue terlampau jelas buat lo."

"Basi!"

Mereka tak menyadari sedari tadi ada yang memperhatikan mereka, anak baru itu.
Sekarang ia tau betul kalau kalau bara memang meyukai clara, teman barunya itu.

Reina memutuskan masuk kedalam kelas saat Bara dan Clara sudah berhenti berdebat.

"Siapa lo?" Bara menghentikan langkah Reina.

"Reina,Reina Aldebaran."

"Murid baru lagi?" Reina mengangguk pelan.

Bara sudah ingin berdiri saat clara keluar ruangan, namun niatnya itu ia urungkan saat kedua temannya datang.

"Woi bar udah deket aja lo sama dia."

"Iya tuh sen gercep banget dia, padahal mah udah punya nona bulan."

"Diem gak lo."

"Ampun bang ampun hahaha"

"Pergi gak lo , gue lempar sepatu nih"

"Hih sensitip banget sia kaya pantat bayik"

"Lagi datang bulan Sen."

Lagi lagi bara dibuat kesal oleh kedua sahabatnya, ia memutar bola matanya jengah. Pandangannya tertuju ke luar jendela, dia memikirkan clara, apa clara sudah punya pacar?

Bara merenung sejenak, bagaimana bisa clara dengan pria lain? Bagaimana bisa dia bersaing dengan laki laki yang terlihat sudah mapan dan kaya raya itu? Bara sangat yakin, dari penampilan dan kendaraan yang pria itu bawa sudah membuktikan kalo dia itu pria berkelas. Gue harus apa?

*****

Sore ini bara bertemu dengan seno, menceritakan keluh kesahnya tentang clara yang diantar laki laki tadi pagi. Sebenarnya bara ini bingung bagaimana menceritakannya, bukan apa apa dia hanya gengsi.

" gue tau lo kenapa"

"Apa?"

"Nona bulanmu itu"

"Lo cenayang sen?"

"Sialan."

"Hey wassup bro adit tampan rupawan datang."

"Bacot lo"

"Jadi gue mau tanya lo bar, lo itu beneran suka ngga si sama clara?"

" ngga"

"Jangan bohongin perasaan sendiri, ngga baik."

"Iya bar Lo jujur aja sama kita, kaya sama siapa aja."

"Gue beneran ga tau, tapi gue rasa gue cuma seneng ngeledekin clara."

"Gimana ya bar, gue juga liat waktu clara diantar om om"

"Maksud lo gimana dit?"

" iya gue liat dia sama om om, tapi gue ga liat mukanya, soalnya mobil dia pake kaca burem."

"Kaca film ya anjir"

"Diem dulu napa dah lo sen"

" jadi gimana? Kalo dia beneran sama om itu gimana bar?" Adit menginterupsi.

"Ya ngga gimana gimana, biarin aja lagian gue ngga suka dia."

"Ngga suka tapi seneng ngeledek"

"Apa perlu gue sama adit nyari tau ini semua bar?"

"Ngga usah, ngga penting. Gue bakal biasa aja sama clara lo semua tenang aja. Gue anggep semuanya ga ada apa apa."

Sebenarnya dari hati yang paling dalam, bara benar benar kecewa melihat clara bersama laki laki lain selain dirinya, tapi mau bagaimana lagi bukan? Ini diluar kehendaknya. Sesuatu diluar kehendaknya bukan kesalahannya.

Lecturer Love : LILAC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang