Sepuluh

162 12 1
                                    

" Turunin om di cafe depan ya, ada urusan,kamu bisa pulang dulu. Tadi om udah ngabarin bundamu."

"Pulangnya?"

"Pulang ke apartement om dong, kerumahmu besok aja."

"Siapp om ganteng, bara balik ya."

Farez melangkahkan kakinya masuk kedalam, matanya menyapu seluruh penjuru cafe, mencari sosok yang sudah menunggunya dari tadi.
Dipojok ruangan seorang pria dengan kemeja coklat mengangkat tangannya, seolah memberi aba aba Farez untuk menemuinya.

"Apa kabar ram, lama ga ketemu ya."

"Lama banget, anak gue udah kelas dua belas."

"Bisa dong jodohin anak lo sama gue."

"Bisa diatur haha."

" Gue terakhir liat dia pas dia TK"

"10 tahun yang lalu"

"Gimana rencana lo? Jadi bangun mall?"

"Iya rez, itu yang mau gue bicarain sama lo, soal investasi itu apa lo mau inves ke proyek gue kali ini kaya yang dulu dulu?"

"Berani ngasih gue berapa persen lo?"

"Tenang, gue yakin ini menguntungkan kita berdua."

"Oke, gue bakal inves. Gue transfer sekarang juga, 5 milyar kan?"

"Wow thankyou bro."

"Bacot Lo ram, udah ah gue mau balik. Cape banget dari Surabaya ke sini."

Tuttt....tutttt...

"Halo"

"Dad, Clara izin mau keluar sebentar ke mini market."

"Ya honey, hati hati dijalan, jangan buat dad khawatir."

"Love u Daddy"

"too honey."

Rama meletakan ponselnya, kembali menatap Farez dengan alis yang terangkat.

"Anak Lo?"

"Iya anak gue, masa anak tetangga."

"Sapa tau anak dari nyolong haha"

"Sialan lo, sana balik."

****

Farez POV

Kenalin Farez, Farez Kahfi Wirawan. Pria tampan dan rupawan,kaya dan dermawan, laki laki idaman semua perempuan.

Aku ini kakanya Thania Sabrina Wirawan, hanya beda satu tahun saja ya, jadi pantes kan aku disebut hot uncle? Masih 36 tahun dan masih lajang.

Wohoho jangan suudzon dulu! Aku bukannya tidak laku ya, hanya saja aku masih menikmati kesendirianku. Kalian tau bukan ada beberapa manusia yang lebih suka sendirian? Ya kaya aku ini, sambil mencari idaman hati aku juga mengurus perusahaan kontraktor di Surabaya dan Jakarta. Inilah kenapa si Rama tadi memintaku untuk investasi di proyeknya.

Semilir angin malam ini menemani jalanku, ya aku memilih jalan kaki sampai ke minimarket seberang jalan itu, entah kenapa rasanya aku ingin sekali membeli sebotol cola cola untuk memanjakan tenggorokanku yang kering kerontang ini.

"Semuanya jadi lima belas ribu" kata kasir minimarket.

"Sekalian rokoknya yang itu." Aku menunjuk salah satu merek rokok yang terkenal dengan wadah berwarna putih dan merah."

"Empat puluh lima ribu."

Saat aku hendak mengambil uang dari dompetku, kurasakan ada orang yang menabrak tubuhku dari belakang. Barang bawaannya jatuh.

Aku sebagai pria harus menolongnya bukan? Meskipun aku agak kesal karena kegiatanku terganggu.

"Maaf om saya ga sengaja."

Apa? Om katanya? Memangnya aku seperti om om apa? Ya memang aku om untuk keponakanku, tapikan wajahku masih tampan paripurna dan ya ekhem masih terlihat seperti dua puluhan.

"Ya, nggapapa."

"Om maaf bgt ya om tapi keju saya kan keinjek om"

Aku mengerutkan kening, melihat kebawah dan benar saja.

"Ah iya, saya ganti."

"Ngga usah om, buat om aja tapi om yang bayar ya." Sialan, gadis itu tanpa rasa bersalah malah memerankan puppy eyes padaku!

Aku mengangguk, sekalian saja ku bayarkan belanjaannya itu. Lagi pula dia hanya membeli susu kotak tiga, keju satu dan dua roti.

Seperti anak kecil saja membeli susu coklat.

"Loh om kok punya saya dibayar juga si om? Tau gitu saya belanjanya lebih banyak hehe."

Clara tersenyum lebar, entah kenapa sekarang dia merasa seperti tak punya malu. Pada siapa saja ia tak kenal, ah bodoamat yang penting uang dari dad aman dan aku bisa beli jajan ini. Begitu kata Clara.

Lecturer Love : LILAC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang