Dua Puluh

105 11 1
                                    

Seno yang sedang berbelanja dengan ibunya di supermarket tak sengaja bertemu dengan clara di salah satu rak bahan makanan. Saat itu seno tak sengaja menyenggolnya sampai madu yang ia ambil terjatuh, untung saja madu itu tidak tumpah.

"Sorry gue ngga sengaja"

"Santai aja"

"Lo sama siapa?"

"Gue sendiri,lo?"

"Sama mami,adek gue juga."

"Waw ternyata lo anak baik ya " clara tersenyum, manis sekali, terlampau manis sampai sampai seno menatapnya tajam beberapa detik.

"Abang abang, adek mau itu bang."

"Ziva mau apa?"

"Susu kotak itu yang biru"

Seno dan adiknya itu terlihat sangat hangat, clara yang sedari tadi memperhatikan dikagetkan dengan ziva yang tiba tiba menanyainya.

"Kaka cantik siapa?"

"Hey, kaka clara" clara berjongkok, mensjajarkan tingginya dengan ziva yang baru 5 tahun.

"Kak lala ayo beli susu sama jiva ya" tanpa izinpun ziva menarik tangan clara dan ya disinilah mereka bertiga, di deoan rak susu,eskrim dan yogurt.

"Katanya beli susu kenapa ambil eskrim?"

"Hisss abang, jiva kan pengen makan eskrim juga jadi susunya bawa pulang aja."

Mereka bertiga memakan eskrim dengan sesekali menyelipkan candaan dan kata kata dari ziva yang membuat mereka tertawa.

"Mamii"

Clara membalikan tubuhnya, dilihatnya sesosok wanita parubaya dengan setelan gamis yang berenda. Ternyata keluarga seno ini keluarga agamis,begitu pikir clara. Ziva yang baru umur 5 tahun saja dipakaikan jilbab, sungguh mengagumkan.

"Siang tente" Clara menganggukan kepalanya, sebagai tanda kalau ia menghormatinya.

"Siang juga"

"Udah selesei mi?"

"Udah"

" dia clara mi, teman sekelas ino"

"Ooh clara, salam kenal dari tante."

"Iya tante salam kenal juga."

"Kalo begitu tante pamit dulu ya, soalnya mau ada acara dirumah, nak clara bisa datang kalau mau ya"

"Makasih tante"

"Gue duluan ra, eh btw gue minta id lo dong." Seno menyerahkan ponselnya pada clara.

"Udah"

"Makasih ya ra, see you."

****

Berkilo kilo meter jaraknya, seorang lelaki sedang berdiri di balkon apartement nya, memperhatikan sekelilingnya yang ya menurutnya sangat membosankan. Tetap saja gedung gedung tinggi yang dia liat dan lalu lalang kendaraan di jalanan jakarta yang menurutnya hanya membuat sakit mata.

"Iya bara?"

"Om kalo cewe yang om suka pergi sama cowo lain gimana om?"

"Kenapa tiba tiba?"

" kalo om, bakal biarin aja karena menurut om berarti dia ngga sungguh sungguh sama kita dan tuhan baik, ngasi liat dia sama cowo laon sekarang sebelum perasaan semakin dalam"

"Hmm"

"Kamu tau bara, puncak tertinggi mencintai seseorang itu kamu mampu melepaskan demi kebahagiaannya. Kalo kamu ngga kaya gitu ,namanya obsesi, kamu ngga bener bener suka sama dia kamu cuma pengin dia buat kamu dan itu yang disebut egois."

"Oke om makasih."

Bara memutus panggilannya, farez menautkan alisnya. Tiba tiba sekali bara menanyakan itu.



🦄🦄🦄🦄🦄🦄🦄🦄

Vote
Vote
Komen
Komen
Follow aku jugaaaaaa

Luv u!

🦄🦄🦄🦄🦄

Lecturer Love : LILAC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang