Sembilan

184 18 0
                                    

Manusia diciptakan dengan berbagai rasa dihatinya, termasuk rasa yang kini sedang bertahta pada diri Bara. Sudah empat jam ia menunggu Clara dirumahnya,sudah empat jam pula pikirannya berkelana. Jarum jam menunjukkan angka 9 malam, ia sudah terlalu lama disana dan merasa ini saatnya pulang. Tapi, hati dan pikirannya tak sejalan, ia masih saja memikirkan Clara, kenapa gadis itu belum juga pulang? Kenapa telepon genggamnya tidak diaktifkan?

"Clara" Bara beranjak dari sofa, tatapannya lurus pada gadis didepannya.

"Sorry, gue gada niat buat itu."

Clara hanya diam dan melenggang pergi.

"Please dengerin gue, gue kesini cuma buat minta maaf. Perkara lo maafin atau ngga itu kehendak lo, satu hal yang perlu lo tau juga Ra, Tuhan maha pemaaf masa lo ngga si?"

"Gue bukan Tuhan."

Bara berdecih, bisa bisanya Clara menjawabnya seperti itu?

"Udah kan? Gue minta lo pergi dari rumah gue Bara."

Clara yang hendak mengusir Bara ditahan oleh ayahnya.

"Honey kenapa baru pulang? Sudah 4 jam Bara nungguin kamu loh kenapa kamu usir dia hm?"

"Nggapapa dad, bara pulang aja." Bara mengalah, ia tak mungkin mengaku pada dad kalo dia yang sudah membuat anak gadisnya marah marah bukan?

***

Hari ini Jakarta diguyur hujan deras, genangan genangan air menghiasi jalanan yang ia lalui.
Pukul Sepuluh malam, Bara mengedarkan pandangan disekelilingnya, ia sekarang berada di dalam mobilnya untuk menuju bandara.

"Om Farez!"

"Bara?"

"Iya om ini Bara ih masa lupa."

"Haha mana mungkin om lupa sama kamu Bara. Sendirian?"

"Iya, Alena sama bunda lagi gamau di ganggu,katanya nanggung lagi nonton sinetron."

"Ayahmu?"

"Ayah masih dikantor om."

Om Farez adalah om terbaik sepanjang masa, begitu kata Bara. Pasalnya apapun yang Bara minta pasti dituruti, mau kemanapun pasti di iyakan. Jangan tanya kenapa, karena ya memang Farez ini terlampau sayang pada anak anak dari adik kesayangannya itu, Thania.

Pernah dulu sekali saat ulang tahun bara yang ke 15, dibelikan tiket untuk ke Manchester untuk liburan. Tak tanggung-tanggung, ia dibelikan 3 tiket sekalian untuk dua kawan karibnya itu. Mantap sekali bukan?

Bara sedari tadi hanya tersenyum, otaknya memikirkan apa apa saja yang hendak ia minta kali ini pada om terbaiknya itu?

"Omm"

"Apa? Mau minta apa lagi?" Farez menatap Bara dengan alisnya yang terangkat, ia tahu betul sifat dari keponakannya itu.

"Hehehe, nanti aja dirumah om, biar Bara pikirin dulu yang sekiranya bisa bernilai semilyar"

"Halah awas kamu ya Bara, om jual kamu ke Tante Tante baru tau rasa!"

Suasana bahagia menyelimuti Farez dan bara, keduanya terlihat seperti adik dan kaka yang baru berjumpa setelah sekian lama. Masih ingat bukan Dirgantara dan Fares itu terpaut umur lumayan jauh?
Jadilah Farez yang tampan itu terlihat serasi dengan Bara yang juga menyandang gelar tampan akibat dari ayahnya.

Lecturer Love : LILAC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang