Penafsiran perasaan adalah hal yang rumit, tak bisa terlalu cepat dan terlalu lambat sebab jika begitu yang kau temui hanya kesakitan yang kuat.
--------------------------------------------------------------------
Bara Pov
Setelah mendengar percakapan itu aku memutuskan untuk pergi dari sana. Jujur, aku merasa bingung dengan perasaanku sendiri. Entah aku menyukai clara atau hanya sebatas obsesi,sudah ku bilang diawal bukan kalau menafsirkan perasaan itu sulit? Dan ya menurutku ini terlalu cepat untuk aku menafsirkan perasaanku ini.
Aku merebahkan tubuhku,mataku menatap langit langit. Nona bulan,apa aku akan tetap jadi matahari atau gugusan bintang yang tak dikenali saat cahayamu terlampau bersinar?
Berkali kali aku memikirkannya, berkali kali pula otakku buntu tak menemukan titik temu. Aku akui kalo aku ini salah, dengan mendekati reina sebagai samsak balas dendamku atas kekecewaanku pada clara dahulu.
"Bara, boleh mami masuk?"
"Iya ma"
"Kamu kenapa sayang? Sakit huh?"
Mamiku mengusap lembut kepalaku, kurasakan usapannya dan tatapannya padaku begitu penuh dengan kasih sayang.
"Om farez akan menikah sayang, kau tau?"
"Ngga tau ma"
Sebisa mungkin aku menyembunyikan raut keterkejutanku, bagaimana bisa ia akan menikah sedangkan ia masih saja mendekati clara? Sialan.
"Makanya mami kasi tau kamu ini biar kamu tau"
"Iya bener kata mami ka, lagian lo kenapa kaya orang emosi gitu?"
Tatapanku beralih pada Alena, ingin sekali aku menutup mulutnya dengan lakban hitam milik ayah dan ku gantung dia pake tali jemuran milik mami.
"Idih sok tau lo!keluar sono!"
"Apaan orang gue sama mami wle!"
"Hihhhh udah udah ,kalian tuh ya kerjaannya ribut mulu."
"Ka bara lagi galau ya gara gara nona bulan nona bukan itu? Atau yang di parkiran itu waktu gue pinjem topi lo?"
"Alena tuh ma!"
"Iya bara? Kamu punya pacar?"
Karena geram,kulempar bantal ke wajah alena.
"Ka bara tuh mi"
"Udah ah pusinggg, mending mama ke kamar sama ayah"
"Wlee! " alena menjulurkan lidahnya saat akan meninggalkan kamar bara.
******
Makan malam di rumah bara terasa berbeda, pasalnya kali ini ada farez yang bergabung."Om farez katanya mau nikah ya ommmm?" Alena memulai pembicaraan.
"Kata siapa huh?"
"Tuh kata mami"
"Iya, doain ya"
"Pasti, cewenya pasti seneng banget dapetin hot uncle kaya om"
"Hot uncle hot uncle, mami berati hot mami dong ya?" Thania tertawa renyah yang membuat alena dan farez menahan tawanya. Sedangkan Bara dan Dirgantara,ayahnya hanya memperhatikan.
"Ayah"
"Apa sayang?"
"Alena mau nikah juga"
"Sama siapa?"
"Sama abang ustad ganteng yang tajir melintir tiada akhir."
"Idih halu lo!" Bara menimpali
"Apaan si lo ka sirik aja"
"Ngaji dulu yang bener."
"Ehhhh lo gatau ya ka gue udah khatam Al-Quran 10 kali dari jaman SD! Iya ga yah?" Alena mengangkat dagunya, berpose sombong didepan kakanya itu.
Dirgantara yang melihat itu hanya tersenyum sambil menganggukan kepala. Jangan heran kenapa bisa begitu, meskipun keluarga mereka tidak sealim orang orang diluar sana dan istri serta anaknya itu tidak berjilbab tapi dirgantara selalu mengajarkan mereka semua untuk mengaji dan berbudi pekerti luhur yang baik. Jadi sekali lagi, jangan nilai orang dari penampilan luarnya saja. Begitu kata dirgantara.
Bara sesekali memberi tatapan aneh pada farez, ada banyak hal yang ingin ia tanyakan , tapi sekaranb bukanlah waktu yang tepat.
Farez yang tak sadar diperhatikan itu meneruskan makannya dengan biasa, gaya makan dan pakainya sangat sangat mempesona. Meskipun hanya menggunakan kaus polo biru dongker dipadu dengan celana jeans selutut pesonanya tetap saja melambung tinggi.
Bara sebenarnya kesal dengan farez, apa apaan dia dengan seenaknya akan menikah saat dia masih memberi harapan untuk clara? Sekali lagi Yang bara ingin tanyakan adalah apa farez ini tau kalau wanita yang diberi harapan itu sedang diperjuangkan oleh bara?
Bara berpikir sejenak, ia tak boleh bertindak gegabah, ada banyak kemungkinan disini, termasuk ketidak tahuan farez tentang hubungannya dengan clara.
❗❗❗
Please kalo ada typo kasih tau aku yaaaa
Luvvvv
🔱🔱
KAMU SEDANG MEMBACA
Lecturer Love : LILAC
Romance- COMPLETED - Kisah ini akan terlalu rumit jika dibaca dengan buru buru, Seperti perasaan yang ditafsirkan terlalu cepat maka hasilnya adalah kesakitan yang kuat "Akan ku berikan segenggam bunga Lilac ini padamu. Kelak kau akan bertemu siapa pemili...