Lima

619 46 7
                                    

"Clara Mahatma maju kedepan!"

"Clara belum dateng bu"

Stevi sudah berkali kali menghubungi sahabat karibnya itu, pasalnya kini sudah jam 7.40 menit dan Clara belum datang. Mana Guru matematikanya, Pak Rizal , terkenal galak dan tak ada ampun bagi siapa saja yang berani melanggar peraturannya. Baginya peraturan itu ada untuk dipatuhi,bukan untuk dilanggar apalagi dibully.

Bunyi gedubrak gedubruk dari arah pintu kelas membuat semua penghuninya mengalihkan pandangan. Benar, pelakunya adalah Bara, tentu saja dengan seorang gadis yang semalam sudah tidur bersamanya. Bersama satu rumah maksudnya ya.

Sudah menjadi rahasia umum kalau Bara ini tidak mempan dengan hukuman apapun, malah pernah sekali, waktu dia dihukum untuk membersihkan seluruh ruang olangraga di sekolahnya ia berterima kasih ,katanya terimakasih sudah membuat dia menjadi berguna bagi Nusa dan bangsa serta bisa memegang kain pel, malahan dia ini minta dikasih hukuman tambahan agar dirinya bisa mendapat banyak pahala . Pasalnya dirumah megah miliknya ia tak sekalipun pernah menyentuh kain pel. Guru yang sedang bertugas pun hanya menggeleng gelengkan kepala, menatap Bara heran.

"Maaf pak saya terlambat"

"Kamu kenapa ada bersama Bara Clara?"

"Clara berangkat dengan saya pak."

"Diam kamu Bara, saya tidak bertanya padamu!"

"Bapak tuh kenapa si kalau ngomong sama saya kasar banget, salah saya tuh sama bapak apa? Astaghfirullah haladzim pak" Bara mengelus elus dadanya, memeragakan seolah olah dirinya sedang terdzolimi.

Pak Rizal yang mendengar perkataan muridnya itu hanya menghembuskan nafasnya kasar.

"Kamu udah telat, rambut berantakan, seragam berkibar juga!"

"Rambut saya ini keren pak, kaya artis Korea Korea itu pak, baju saya ini sengaja ga saya kancing soalnya panas pak. Apalagi kalo deket cewe cantik kaya Clara ini kaya ada sesuatu gitu pak rasanya. Ah bapak pasti paham kan yang saya omongin? Bapak kan pengalaman."

Semua orang yang melihat adegan ini menatap tak percaya, bisa bisanya Bara mengatakan hal seperti itu pada gurunya?

Kaum kaum keturunan Adam yang mendengar itu sontak menahan tawanya, sedangkan wanitanya ada yang paham dan ada yang tidak.

Mati matian Seno dan Adit menahan tawanya, bukan apa apa, ketawa di depan guru gara gara temen bikin ulah itu kurang ajar banget.

Sedari tadi juga Clara menahan hasratnya untuk duduk, kakinya lama kelamaan terasa pegal karena harus menopang seluruh bagian tubuhnya. Manusia tak tahu malu seperti Bara ini memang tak bisa diandalkan, apa dia lupa kalau dia tidak sendirian disitu?

Tok tok tok...
"Permisi pak Rizal, saya dapet laporan dari security kalau ada murid yang lompat pagar sekolah"

"Oh Bu Shinta, silahkan."

"Kamu lagi kamu lagi Bara! Apa kamu ngga bosen bikin ulah terus? Buku catatan kamu di BK sudah penuh! Ikut ibu ke BK sekarang."

"Tapi kok cuma saya Bu, dia kan telat juga" sanggah Bara tak terima, pasalnya dalam hal ini Clara juga salah, Clara datang bersama Bara dan ya dia telat.

"Ya kamu juga ,ayo ikut ibu."

Clara memutar bola matanya jengah, kakinya yang sudah lemas itu ia paksa untuk berjalan lagi, total sudah 15 menit ia berdiri.

Lecturer Love : LILAC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang