Chapter 32 : Tidak Dimaksudkan Bersama

296 9 0
                                    

Semuanya gelap di rumah di Hawaii. Hujan sudah lama berhenti. Semuanya tenang. Sangat sepi sehingga kalian dapat mendengar sirene polisi di kejauhan dan suara sirene semakin keras. Segera, rumah di Hawaii dikelilingi oleh mobil polisi. Yang keluar dari mobil utama adalah detektif Jihoon. "Kenapa rumah ini begitu gelap ?" tanya Jihoon. Detektif dan petugas lainnya dengan hati-hati mendekati pintu depan dengan senjata yang mereka tarik. Mereka melihat pintu depan sedikit terbuka, karena detektif Yugyeom mendobrak masuk lebih awal malam itu.

Mereka memasuki rumah, tidak tahu apa yang akan mereka temukan. "Mengapa kau tidak jalan ke ruang bawah tanah dan memeriksa pemutus sirkuit," beritahu detektif Jihoon pada para petugas. Sang detektif melanjutkan pencariannya ketika dia hampir tersandung tubuh. Dia melihat ke bawah dan nyaris tidak menyadari itu detektif Yugyeom. "Detektif. Detektif," ujar Jihoon sambil mengguncang detektif Yugyeom. Yugyeom akhirnya membuka matanya dan melihat detektif Jihoon. "Detektif, apakah itu kau ?" tanya Yugyeom. "Ya, ini aku," jawab Jihoon.

Detektif Jihoon membantu detektif Yugyeom bangkit. "Kau berdarah di bagian atas dahimu," ujar Jihoon. "Ouch," jawab Yugyeom, menyentuh lukanya. "Apa yang terjadi ?" tanya Jihoon. "Kami menemukan Kyungsoo dan kemudian Sehun menemukan kami. Aku kesusahan olehnya dan dia memukul kepalaku dengan sesuatu," balas Yugyeom. "Di mana yang lainnya ?" tanya Jihoon. "Yang lain. Ya Tuhan, maksudmu Kris," jawab Yugyeom. Yugyeom melihat sekeliling ruangan, tapi mengalami kesulitan menemukannya karena gelap.

Baik detektif Yugyeom dan detektif Jihoon melihat-lihat ruangan. Kemudian, lampu menyala dan Yugyeom melihat Jeon Kris di seberang ruangan, berbaring di lantai dengan genangan darah. Sang detektif berlari ke Kris dan Yugyeom membungkuk dan membalik Kris. Kris telah ditembak di dada dan mengalami pendarahan hebat. "Kris, Kris," teriak Yugyeom sambil mengguncang lelaki itu. "Kris, tolong buka matamu," mohon Yugyeom. Kris akhirnya mulai perlahan membuka matanya dan menatap detektif Yugyeom.

Kris mulai batuk darah. "Berikan aku sesuatu untuk menutupi luka ini," beritahu detektif Yugyeom pada Jihoon. Yugyeom ingin menghentikan pendarahan itu. "Aku ... perlu ... tahu," Kris mencoba bicara, tapi Yugyeom tidak ingin dia berbicara. "Tolong jangan bicara," balas Yugyeom. Kris menggelengkan kepalanya. "Tidak ... aku ... perlu ... tahu, di mana ... apakah ... Kyungsoo ?" tanya Kris yang terluka. Yugyeom berbalik dan melihat sekeliling ruangan, tapi tidak melihat Kyungsoo atau penculiknya. Yugyeom menatap Kris. "Kau tidak perlu khawatir tentang Kyungsoo," ujar Yugyeom. "Hanya ... katakan ... aku," jawab Kris. "Kyungsoo sudah pergi," Yugyeom mengumumkan. Kris yang terluka tampak sangat hancur.

Detektif Jihoon kembali dan memberi Yugyeom handuk. "Apakah kau menelepon 911 ?" tanya Yugyeom sambil menekankan handuk ke luka Kris. "Ya, ambulans sedang dalam perjalanan," jawab Jihoon. "Kau dengar itu ? Bantuan sedang datang, jadi bertahanlah," beritahu Yugyeom pada Kris. Kris menutup matanya. "Tidak, kau tidak boleh menutup matamu," Yugyeom memohon pada Kris. Kris membuka matanya. "Tolong ... katakan ... bahwa ... aku ... nyayangi ... dia," ujar Kris pada sang detektif. Kris kembali memejamkan mata dan tampaknya sudah berhenti bernapas. "Tidak, kau tidak boleh mati," teriak Yugyeom pada Kris.

Baru saja meninggalkan Hawaii dan menuju keluar kota adalah mobil van hitam yang dikendarai oleh Sehun. "Sialan," ujar Sehun yang marah sambil membanting kemudi. "Bagaimana mereka bisa menemukan kita ?" tanya Sehun yang marah. "Itu pertanyaan yang sangat bagus ayah ?" balas Guanlin. Sehun menatap Guanlin melalui cermin. "Bagaimana keadaan Kyungsoo ?" tanya Sehun. "Kyungsoo baik-baik saja," balas Guanlin. Kyungsoo terbaring pingsan di lantai mobil van. "Aku berharap aku tidak harus memukul kepalanya, tapi aku tidak punya pilihan," jawab Sehun.

Sehun terus mengemudi, tidak tahu ke mana dia sebenarnya pergi. "Jadi, ke mana tepatnya kita pergi ?" tanya Guanlin. "Aku tidak yakin," jawab Sehun. Sehun berpikir sebentar, "Kurasa aku akan menuju ke *hangar agar kita bisa terbang keluar dari sini," tambah Sehun. "Kita akan terbang keluar dari sini ?" tanya Guanlin. "Kurasa begitu. Kita harus pergi jauh dari sini," jawab Sehun. "Kurasa aku akan menelepon Minho," ujar Sehun sambil meraih ponselnya. "Minho, ini aku. Bisakah kau menemuiku di hangar ?" tanya Sehun. "Ya, akan kujelaskan ketika kau sampai di sana," ujar Sehun lalu menutup telepon.

The Wanted SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang