17. Misterius

32 3 14
                                    

Selamat hari kamis malam lagi...
Saatnya Obsession update chapter baru..
Semoga masih selalu ditunggu yaaa..
Semoga ceritanya ga terlalu melenceng jauh, wkwk..
Kutunggu vote sama komen membangunnya ya teman-teman haluku..
.
.
.
Happy Reading Chingudeul
🌼
.
.
.

Sesuai janjiku dengan Taehyung, kami bertemu dislow cafe sore ini. Aku masih belum bisa mengurus cafe karena alasan Yoongi tidak mengijinkanku. Aku harus sembuh total katanya. Baiklah.

Kutunggu lama disudut ruangan cafe agar tidak ada yang mengganggu obrolan kami. Ada Yoongi yang setia duduk disampingku. Dia seolah enggan menjauh dariku walau hanya 1 meter. Kini terlihat sifat posesifnya. Walaupun sedikit sesak, namun aku mencoba memahaminya.

“Kapan Taehyung akan datang?” tanya Yoongi.

“Mungkin sebentar lagi. Kalau memang pekerjaanmu itu sungguh tidak bisa ditinggal, pulanglah. Tidak apa-apa. Percaya saja padaku.” Kataku sebagai balasan atas pertanyaannya tadi. Aku tidak bermaksud mengusir hanya saja  Yoongi terlihat selalu fokus dengan laptopnya dari tadi. Bahkan tidak sekalipun Ia melihat kearahku.

“Kamu mulai lagi, Nara?” kini Dia menatapku serius. Ini adalah tatapan pertama yang kudapat selama 20 menit kami menunggu.

“Aku kan hanya memberi saran. Kenapa sih mudah sekali marah?. Memangnya kamu tidak sadar sedari tadi kamu hanya serius dengan laptopmu.”kucecap orange jus yang sudah disiapkan Seung Jo dimeja kami untuk mengurangi rasa marahku. Emosiku sedikit tersulut tadi.

Yoongi menutup laptopnya sedikit kasar lalu merampas orange jus yang kupegang lalu mengecup bibirku singkat.

“Yak !!” mataku terbelalak solah ingin keluar karena perlakuan Yoongi barusan.

“Jangan membuatku marah.” Kata Yoongi. Wajahnya masih berada dekat dengan wajahku. Ia seperti sedang mengintimidasiku dengan tatapannya. Ia sedang bersiap akan memberiku kecupan lagi namun gagal.

“Nara, kamu sudah menunggu lama?” tanya Taehyung yang ternyata sudah berdiri disamping meja tempat kami duduk.
“Oh, Yoongi kamu juga disini.” Sapanya pada Yoongi. Wajah Taehyung terlihat ceria, berbeda dengan terakhir kali aku melihatnya. Bahkan saat Ia menyapa Yoongi barusan, senyuman lebar mengambang diwajahnya. Dia biasa saja.

“Oh, Hai Taehyung.” Sapaku padanya dan langsung berdiri karena canggung. Tentu saja karena mungkin Ia meliat Yoongi menciumku tadi.

Taehyung langsung duduk dan memesan ice americano. Disesapnya sebentar lalu menatapku lagi dengan senyum tipis.

“Yoongi-ah, bagaimana kabarmu? Lama sekali ya kita tidak bertemu. Maaf kalau aku jarang berkumpul dengan Hoseok juga, aku begitu sibuk belakangan ini.” Taehyung membuka obrolan. Sungguh. Dia sangatlah berberbeda 180 derajat dari waktu itu. Tatapan sayunya menghilang tergantikan dengan senyum hangat yang tidak pernah pudar sedari tadi. Memang aku harusnya senang, tapi dilubuk hatiku ada secuil kekhawatiran.

“Aku baik. Tapi tidak apa-apa. Aku dan Hoseok juga jarang berkumpul, kami sama-sama sibuk. Lalu kamu? Bagaimana perusahaanmu?” tanya Yoongi balik dengan tenang, seolah tidak merasakan keanehan apapun.

“Perusahaanku berjalan lancar.”

Sekitar 10 menit mereka berdua mengobrol dengan topik dunia mereka, aku? Hanya memperhatikan dengan diam. Mungkin saja memang beginilah sifat Taehyung, aku terus memperhatikannya. Tapi senyuman hangatnya tidak pernah luntur.

“Ehem.” Dehemku sengaja untuk mendapatkan perhatian.

“Oh iya, Nara. Maaf mengabaikanmu. Bagaimana luka-lukamu? Sepertinya sudah sembuh?” tanya Taehyung yang kini mulai menatapku.

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang