10. Holiday : 2

47 2 5
                                    

Hai hai , Obsession kembali update..
Semoga kedepannya obsession bisa update lebih rajin, seminggu sekali mungkin..
Tapi juga tetep tergantung kondisi dan situasi..
Hehe..
Jangan lupa vote yaa buat mendukung aku..
Jadi aku makin semangat nghalunya..
Wkwk
Dahlah..
.
.
.
Happy Reading Chingudeul
.
.
.

“Ada Soo Ah.” Kata Namjoon dengan nafas yang masih ngos-ngosan.

“Tenangkan dulu dirimu,  baru bicara.” Yoongi mencoba menenangkannya.

Setelah sudah lebih baik, akhirnya Namjoon melanjutkan kata-kata nya tadi.
“Ada Soo Ah disana.” Ucapnya.

“Soo Ah ? Gadis yang waktu itu bukan? Tapi bagaimana Dia bisa disini?” tanyaku tak kalah penasaran. Namjoon pun mengangguk lalu menggeleng berurutan.

“Apa hanya aku yang tidak tahu siapa Soo Ah ?” kata Yoongi dengan wajah bingungnya. Tapi dengan seperti itu, Yoongi malah terlihat menggemaskan.

“Yakk. Bukankah kita membicarakannya kemarin dimobil? Itu gadis yang selalu mengikuti Namjoon kemanapun, calon pacarnya.” Aku mencoba menjelaskan.

“YAAKK !!!” sergah Namjoon cepat.
“Apa aku pernah biacara kalau aku menyukainya? Jangan mengada-ada, aku malah merasa terganggu karena Dia selalu mengikutiku kemanapun. Bisa kamu bayangkan betapa aku tidak memiliki privasi karena kelakuannya. Aku juga butuh ketenangan. Dan sekarang? Dia malah sudah disini, apa Dia juga membuntutiku? Waaahh aku benar-benar tidak habis fikir.” Ujar  Namjoon yang tidak menyadari kehadiran Soo Ah. Padahal aku sudah berusaha memberikan kode-kode kecil padanya, tapi Namjoon masih saja mencerocos tanpa henti.

Baru setelah Dia selesai mengatakan apa yang ingin Dia katakan, aku memberinya kode lebih jelas.

“Dibelakangmu..” cicitku pelan.

“Apa? Dibelakangku kenapa?” ucapnya keras. Sungguh kalau seperti ini Aku jadi semakin kesal, kode yang kuberikan sudah amat sangat jelas, tapi juga tidak mengerti. Apa perlu aku membalikkan badannya agar Dia sadar?.

Sebenarnya disisi lain aku hanya kasihan pada Soo Ah, harus mendengar kata-kata menyakitkan itu. Setelah melihatnya secara langsung, Dia terlihat baik dan tidak aneh-aneh. Tidak seperti bayanganku pada awalnya.

“Soo Ah?” aku menyapanya agar Namjoon sadar. Itu adalah senjata terakhir yang kupunya. Yoongi juga sama saja, Dia malah diam saja tidak membantu apapun.

Akhirnya Namjoonpun sadar dan membalikkan badannya. Ia terkejut dan juga bersalah secara bersamaan, terlihat jelas dari raut wajahnya. Kami semua pun terdiam tidak tahu harus bagaimana.

“Kamu teman Namjoon ya? Kamu juga liburan kemari? Dengan siapa?” kataku sambil menghampirinya dan merangkul seraya mengajaknya pergi untuk bicara empat mata. Aku mencoba ramah untuk mencairkan situasi.

“Iya. Namaku Kim Soo Ah.” Katanya ramah dan mengikuti rangkulanku tanpa memberontak. Aku pun mengajaknya menjauh. Dan tidak lupa memberi isyarat pada Yoongi agar mengajak Namjoon bicara.

Setelah cukup jauh, Soo Ah melepaskan rangkulanku.

“Maafkan kata-kata Namjoon tadi ya. Dia tidak bermaksud begitu, aku yakin mulut dan hatinya tidak singkron. Jangan terlalu memikirkannya ya.” Aku mencoba menghiburnya semampuku.

Tapi Dia malah tersenyum santai kearahku.
“Aku biasa saja. Mungkin memang itu yang Ia rasakan. Tapi walaupun begitu, aku tidak bisa berhenti begitu saja. Sebelumnya aku minta maaf, tapi mengikuti Namjoon kemanapun sudah seperti kebiasaanku.”  Katanya.

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang