Happy Reading Chingudeul
🌼
.
.
.Pagi itu hujan deras. Pagi setelah kemarin sore aku tiba-tiba terbangun disalah satu ruangan dirumahsakit. Aku merasa gagal untuk menjaga bayi dalam kandunganku, setelah tahu apa yang kemarin terjadi. Yaa pendarahan ringan yang hampir saja merenggut separuh nyawaku. Bagaimana bisa aku mengabaikannya? Bagaimana bisa aku begitu bodoh?
Saat ini Park Nara adalah Ibu yang amat sangat buruk.
"Nara, hari ini Taehyung harus kekantor untuk mengurus banyak pekerjaan. Kalau kamu butuh sesuatu, panggil saja aku. Aku menunggumu diluar." Ucap Gwan Jae yang baru saja memasuki ruangan tempat aku dirawat.
"Ehm. Arraseo."
Aku merasa sedikit lega setelah mendengar ucapannya barusan. Kabar tentang Taehyung yang bekerja dikantor, tentunya.Rasanya begitu sesak saat Dia terus berada disampingku kemarin. Bahkan hanya untuk pergi sebentar sajapun tidak. Entah apa yang membuatnya begitu over protective padaku, namun hal itu sangatlah melelahkan.
Namun ketika berada diruangan sebesar ini sendirian hal itu membuatku cukup bosan. Tidak ada teman mengobrol, tidak bisa juga berkeliling karena kondisi tubuhku yang belum sepenuhnya pulih. Yang bisa kulakukan hanyalah terbaring dikasur dan tidur, hanya itu.
Kupejamkan mataku sejenak, bukan tidur, namun berandai.
Andai saja aku tidak bertemu mereka berdua, sekarang pasti Slow cafe sudah memiliki banyak cabang.
Andai saja juga hubunganku dengan Yoongi baik-baik saja, aku pasti akan...............
"Astaga, apa yang baru saja kufikirkan?" ucapku pada diriku sendiri.
"Jangan berandai jika memang tidak mungkin untuk bersama." Kupertegas kalimat itu agar masuk kedalam otakku. Sudah seharusnya aku tidak mengharapkan apapun ketika tahu semesta tidak mendukung kami.Hatiku sesak. Aku sakit.
Ketika mataku setengah terpejam, samar kurasakan ada tangan yang melingkar melewati perut buncitku. Hingga semakin terasa jelas saat tubuh itu mulai ikut serta mendekapku.
"Taehyung? " panggilku tanpa memberontak.
"Kapan sampai? Baru saja?""Ehm. Baru saja." suara itu terdengar berbeda, tidak seperti suara Taehyung yang biasa kudengar. Malah lebih mirip suara Yoongi, tapi mungkinkah?
Kubalikkan badanku yang tadinya menyamping, hingga memperlihatkan wajah seorang lelaki yang tak asing bagiku.
"Yak, Yoongi. Sejak kapan kau berada disini? Bagaimana kau bisa masuk?" tanyaku setengah terkejut.
"Apa selalu begitu caramu berbicara dengannya?" bukan menjawabku, Yoongi malah mengajukan pertanyaan lain.
"Bagaimana bisa aku tidak menyadari kehadiranmu?"
"Apa Dia juga memelukmu seperti ini setiap malam?" Yoongi terus berbalik memberiku pertanyaan lain saat aku bertanya padanya.
"Lebih baik kau keluar sekarang sebelum Taehyung pulang. Aku tidak mau terjadi hal buruk lagi." Pintaku.
"Apa Dia selalu mengusap perutmu ketika kau merasa kesakitan dimalam hari? "
"Apa sih maumu?"
"Aku sangat rindu padamu." Ucapnya sayu sambil mempererat dekapannya lalu menyembunyikan wajahnya dibalik bahuku.
"Yoongi, apa yang sedang kau lakukan. Kurasa kau benar-benar harus pergi sekarang. Aku tidak mau Taehyung melihat kita bersama seperti ini."
Bukannya menjawab dan menuruti kata-kataku, Ia malah tidak bergerak. Mematung seolah enggan pergi dan menyelinapkan wajahnya semakin dalam pada bahuku. Samar, aku merasakan deru nafasnya yang tenang menyapu kulit leherku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession
FanfictionKetika 2 sahabat menyukai 1 gadis yang sama. Manakah yang akan mereka pertahankan? Pertemanan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun, atau cinta yang selama ini mereka dambakan, atau bahkan keduanya?