||CHAPTER 19 RUMAH RAGIL||

86 13 32
                                    

Now playing-Trevor Daniel Falling
(Ngefly bentar dengerin)

Sekecil itu perhatianmu
Berarti besar bagi jiwa ragaku
Apalagi soal hati?
Ah, mungkin sudah tak tahan
Ingin menujukam reaksi nyatanya

Warning!!
Part ini panjang sangadddd
Jangan gumohh elahh
Hehe

Ririn memasuki halaman rumah. Saat dirinya tiba di teras menemukan sebuah gitar, gitar akustik berwarna coklar dengan stiker band luar negri yang jelas itu milik sang kaka-Bima. Gadis itu merundukan badan membuka tali sepatu saat usai terlepas, Ririn menaruhnya di atas rak sepatu mengambil sandal jepit dan memakainya

"Assalamualaikum Bunda.."teriaknya melengking

"Waalaikumsalam Non, Ibu belum pulang Non.."jawab Bi Ani sembari tersenyum ramah

"Oh yaudah Bi. Ririn masuk dulu.."pamitnya dengan senyum manis

Gadis itu melirik jam yang ada di ruang tamu. Helaan nafas berat lolos ketika melihat foto dirinya bersama Bima saat masih kecil dulu. Ririn kembali menggeleng. Tidak, Ririn tidak boleh larut dalam kesedihan dia harus bangkit dan menunjukan kepada dunia bahwa dirinya gadis yang kuat.

Sembari melangkah Ririn menyempatkan diri melihat keberadaan sang kakak di kamarnya.
Ririn membuka pintu kamar Bima
"Bang? Bang Bima??"

Karena lampu kamarnya di matikan Ririn kembali menutup pintu kamar Bima.
Gadis itu kembali melangkah hendak ke kamarnya

Gadis itu membuka pintu kamar menyalakan lampu dan masuk perlahan. Di meja belajar terdapat beberapa quotes miliknya beserta beberapa alat tulis. Ririn menghela nafas

"Bima kemana ya?"tanya nya

Dari pada bingung sendiri Ririn merebahkan tubuh lelahnya melemparkan bantal guling dengan asal. Tanganya mencari sesuatu akhirnya menemukan suatu benda yaitu karet rambut berwarna merah jambu kecilnya

"Woi"gadis itu menoleh dengan cepat

"Ya ampun tadi di cariin kemana sih?"

"Ke belakang lagi nyuci motor"jawabnya tersenyum manis. Namun pandangan Ririn, Bima hanya tersenyum sok manis di hadapanya

Ririn tertawa pelan, Bima perlahan masuk kedalam kamar gadis itu duduk di tepi ranjang.
Gadis itu duduk sembari duduk Ririn menyandarkan pungungnya di dingding

Bima cemberut tapi pemuda itu tertawa nyaring dengan suara bass nya menggema

"Kenapa Dek? Lelah?"tanya pemuda itu

"Ho'oh kenapa bang? Abang kenapa putus sekolah? Nggak lanjutin kuliahnya?"Bima tertawa hambar, pemuda itu maju mengacak dengan gemas rambut sang adik.

Bima hanya tersenyum tipis, kemudian
Membalas ucapan sang adik
"Abang emang nggak mau lanjutin kuliah males"jawabnya pendek

Ririn tersenyum kecut kembali menegak
"Nih ya, pendidikan itu penting. Mending di lanjutin lah"komentarnya tidak suka
Gadis itu meralat, dengan tertawa pelan
"Pake males segala, dulu di DO dari sekolah pas SMA, bang? Apa abang nggak kasian sama Bunda? Yang udah kerja pagi siang malam?"

TENTANG RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang