||CHAPTER 5 PUSAT PERHATIAN||

156 31 1
                                    

Pandu melongo menantikan jawaban yang meluncur dari mulut Iqbaal namun sayang
Iqbaal kembali fokus menatap layar ponselnya sembari memakan snack. Pandu menghela nafasnya lelah. Lelah dengan Iqbaal yang bertingkah seperti anak perempuan, Pandu mendengus berkali kali berharap Iqbaal meliriknya, sesekali Iqbaal meliriknya namun kembali fokus dengan kegiatanya

"Ck...Baal"decak Pandu kesal kemudian melemparkan bantal guling ke arah cowok itu

"Ehh..bangs-"

"Eh anjing katanya tadi mau nemenin gue, sialan lo!"maki Pandu memotong ucapan Iqbaal detik berikutnya Iqbaal tertawa melihat wajah Pandu yang memerah karena marah. Pandu terlihat seperti cowok yang sedang tertangkap basah memandangi perempuan

"Hahaha muka lo Pan kek apa ya.."tawa Iqbaal membuat Pandu memandangnya jengkel

"Diem lo!"katanya galak

Tawa Iqbaal berhenti ketika mendengar suara mobil memasuki pekarang rumah Pandu. Sedangkan Pandu cowok itu langsung memasang wajah datar dan dinginya

"Pan, lo jangan kayak gitu lah"kilah Iqbaal merasa tak suka dengan sifat Pandu

"Bodoamat"jawab Pandu dengan santai

Tok..Tok..Tok

Terdengar ketukan pintu membuat Pandu mendengus kesal Iqbaal cowok itu menajamkan tatapanya meminta agar Pandu membukakan pintunya. Dengan langkah terpaksa Pandu membukakan pintu kamarnya

Senyum hangat menyambutnya wajahnya tak berubah sama sekali masih dengan tatapan tajam dan menusuk Pandu berbalik arah dan melangkah menuju ranjang

"Eh..ada Iqbaal disini"sapa wanita paruh baya menyapa hangat Iqbaal

Iqbaal mengangguk pelan dan tersenyum canggung "iya tante"

"Baal mending kita pergi ke rumah Ragil aja"putus Pandu. Cowok itu beranjak mengambil jaket dan kunci motornya yang ada di nakas

Mendengar tolakan dari sang putra, Tiara hanya tersenyum lirih dan menatap Pandu sendu. Jelas sekali tanda tanda bahwa Pandu membenci Tiara, dari tatapan dan ucapanya yang begitu menusuk Pandu terang terang menunjukanya pada sang Ibu

Sungguh Tiara tidak menyalahakan putranya sikap acuh dan dingin putranya memang pantas untuknya, Tiara sudah tidak tahu mau bagaimana lagi sebelum Tiara berucap Pandu selalu pergi dari hadapanya

"Pandu Mamah beliin kamu jaket sama sepatu, di pake ya sayang Mamah juga beliin kamu kaos polo pake ya"ujar Tiara memberikan tote bag yang Tiara pegang

Pandu menerimanya dan mengangguk pelan kemudian Pandu menaruhnya di atas ranjang,
Tiara tersenyum tulus menatap Pandu yang tersenyum kecil, akhirnya Pandu perlahan lahan menerimanya kembali walau bukan sepenuhnya

"Pandu pergi, Mamah mending di rumah nungguin Papah"katanya pelan menyalimi tangan Tiara

Sungguh Tiara sangat bahagia melihat Pandu berucap kepadanya
"Iya sayang, kamu hati hati"ujar Tiara mengelus pelan lengan Pandu

"Iya"
                                    ☕
Pandu menyibakan anak rambutnya yang basah karena keringat yang bercucuran di dahinya. Siang ini terasa sangat panas terlebih lagi AC kelas rusak suasana yang riuh menambah poin plus si siang hari saat ini.
Ragil sedang bergurau dengan Baim suaranya yang ngebas membuat telinga Pandu panas

"Gil!"panggil Pandu

"Apaan bos?"tanya Ragil berjalan menghampiri Pandu yang sedang mengipasi wajahnya dengan LKS

"Beliin minum buru!"perintah Pandu mengusap rahang kokohnya

"Duit nye mane?"

Pandu merogoh sakunya memberikan uang 20 ribuan dua kemudian memberikanya kepada Ragil. Ragil tentu saja tersenyum senang karena mendapatkan upah

TENTANG RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang