Pernah nggak sih?
Negrasa paling nggak guna.
Dahlah malesMencari keberadaan sosok yang tadi memanggilnya. Pandu kemudian menatap Ririn melotot membulat sempurna, dia menggeleng menyuruh Ririn menjauh namun gadis itu rupanya tak mengerti akan bahasa isyarat yang di peragakan oleh Pandu.
"Lo sana ke si Mely. Gue takut ada fitnah"kata Pandu dengan raut gelisahnya
Ririn yang menyadari kegelisahan di raut wajah pemuda itu mengangguk patuh.
Ririn semangkin mundur hingga dirinya berbaring di ranjang uks yang ada di sebalah bangkar Mely.
"CINTAKU BUKAN DI ATAS KERTAS!"Pandu semangkin yakin bahwa itu adalah suara Ragil. Dia mendesah pelan, mencari cara serta mencari alasan
Pandu memejamkan matanya. Saat mendengar pintu UKS terbuka.
"Yah tidur dia"Pandu berdecak, bangun dari tidurnya duduk
Ragil tersenyum lebar. Dia duduk di samping Pandu. Menatap penuh iba wajah Pandu yang terdapat banyak luka.
"Lo kenapa sih Ndu?"lirih Ragil
"Kenapa?"Pandu balik bertanya
"Selalu kaya gini coba Ndu. Bapak lu kasian"Ragil menegaskan membuat Pandu bungkam seribu kata
"Gue bukan nya nggak mau ngehargaiin Papah Mamah Gil. Gue takut"Pandu mengusap wjahanya kasar. Dapat Ragil lihat wajahnya di penuhi keringat akibat ucapan Ragil tadi
"Lo kenapa weh?!"Ragil bergerak gelisah
"Takut"cicitnya bahunya bergetar hebat
"Gue nggak bisa nepis ingatan itu"Ragil membulat ketika menyadari hal itu dia merasa sangat bersalah
"Gue takut"tangan Pandu bergetar hebat
Ririn menelan susah payah salivanya. Mendengar suara parau Pandu, dia melemas. Ternyata orang yang dia pikir arogan dan keras ternyata menyimpan berbagai rahasia, yang sama sekali tidak masuk logika. Ririn mendengarkan dengan seksama setiap kata dan kalimat yang meluncur di bibir Pandu
"Dah ya anjing. Lo kuat ya diem aja!"kesal Ragil
"Bangsat. Lagi sad di katain"umpat Pandu tanpa suara
"Iye dah kaga"Ragil sengaja mengalihkan pembiacaraan
Glotak!
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG RINDU
Fiksi RemajaHidupnya kelam tak beraturan satu sisi yang menimbulkan kekacauan dan kehancuran. Jatuh, membuat seluruh isi hatinya mati rasa hingga tak ada yang berani hanya untuk sekedar berkunjung. Bahkan ia pun sudah bertekad untuk menutupnya Namun tekadnya hi...