Susah payahku melepasmu
Terlihat ku palsu
Tanpa rasamu menjelmaku
Tanpa ragamu disisiku
Tanpa eratmu menggenggam ku
Tanpa arahmu menuntun ku lagi4.20
(Btw ini aku lagi fokus ujian ya, jadi banyak belajar. Ini part dan part lain yang bakal aku up itu udah di tulis lama jadi tinggal publish aja)
Ririn mengacak rambutnya frustasi melemparkan bantal hingga bantalnya terjatuh mengenai deretan skincare yang ia pakai. Bahkan beberapa skincare terjatuh menimbulkan suara gaduh.
Ririn terdiam menatap beberapa skincare yang terjatuh dengan diam dan nyalang
Suara getaran dari ponselnya membuat dirinya langsung mencari keberadaan ponselnya
Ririn mengerutkan kening bingung
Aura is calling
Gadis itu buru buru menyikap selimutnya dan berdiri menguncir rambutnya dan berjalan santai ke arah balkon
Ririn menggeser tombol hijau dan menempelkan benda pipih itu ke telinganya
Kenapa Ra?
Kenapa lo nggak bilang anjing?!
Hah? Kenapa??
Mely pergi kan??
Iya
Kenapa lo nggak bilang sih? Kenapa seakan akan cuma gue yang nggak tau
Maksud gue bukan gitu Ra tapi ini masalah pribadi
Tapi kan lo bisa ngomong kalo Mely pamit gue berasa orang asing yang dengan bodoh mengira semua baik baik aja, sebenernya ada apa? Lo ada masalah sama dia? Kenapa sih?? Kenapa? Gue mo nangis ini anjing
Ra, dengerin gue kalo lo minta gue cerita semua masalah ini lo kesini aja
Oke gue otw sekarang bye
Gue tunggu.
Ririn menghela nafas lelah, tanganya terulur membenarkan helaian rambut yang menutupi mata sipitnya.
Gadis itu menatap sendu langit. Sembari menunggu Aura.
Suara decitan pintu yang terbuka membuat perhatianya teralih gadis itu menoleh dengan cepat melihat Bima dengan wajah sangarnya berdiri dengan tangan yang terlipat di dada.
Ririn berdecak pelan.
"Apaan?"Bima menggeleng pelan kemudian ia menunjuk ke bawah
"Ada temen lo"
Setelah itu Bima langsung keluar, entah kemana perginya pemuda itu
Ririn memasuki kamar, mengambil sisir dan meletakan ponsel nya di meja belajar
Gadis itu merasa sudah cukup rapi kemudian pergi untuk menemui Aura di depan rumah.
Ririn menuruni tangga, matanya tak tinggal diam. Menelusuri sudut rumah. Berharap menemukan Aura nyatanya tidak.
"Kemana si"gerutunya kesal
Ririn dengan gerakan cepat menuju taman belakang rumah.
Ia mendapati Aura yang tengah berjalan menuju pintu depan. Aura melambaikan tangan, Ririn berteriak pelan
"Ra! Sini!!"teriaknya keras
Aura berdecak kesal, menyahut kesal
"Tadi ojolnya lama. Soalnya macet"
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG RINDU
Fiksi RemajaHidupnya kelam tak beraturan satu sisi yang menimbulkan kekacauan dan kehancuran. Jatuh, membuat seluruh isi hatinya mati rasa hingga tak ada yang berani hanya untuk sekedar berkunjung. Bahkan ia pun sudah bertekad untuk menutupnya Namun tekadnya hi...