||CHAPTER 1 DIA PANDU||

262 36 16
                                    

Semilir angin sore langit jingga dan segelas kopi menemani Pandu yang tengah duduk di balkon kamarnya. Bibirnya tak henti hentinya tersenyum menatap matahari yang mulai terbenam. Mata indahnya memandangi burung burung yang berterbangan di atas langit jingga

Tak luput dari sebatang nikotin yang Pandu nyalakan kemudian menghisapnya dalam dalam. Dada nya naik turun karena terlalu bersemangat menghisap batang nikotin itu
Suasana seperti ini yang Pandu suka. Tenang dan damai dirinya menyukai suasana itu karena menurutnya menghidupkan jiwa lamanya yang mati sejenak.

Perlahan tapi pasti langit berubah gelap, membuat semangatnya hilang begitu saja. Pandu beranjak dari tempatnya dan berjalan memasuki kamarnya. Pandu menghempaskan tubuhnya secara kasar di kasur kingsize miliknya. Samar samar Pandu mendengar makian hingga umpatan kasar.

"LOH BUKANYA PAPAH YA YANG SERING JALAN SAMA PEREMPUAN?! MAMAH NGGAK PERNAH JALAN SAMA LAKI LAKI SELAIN PAPAH!!" Teriakan Tiara sang Ibunda terdengar jelas di kedua telinga Pandu

"PAPAH TUH NGGAK PERNAH JALAN SAMA PEREMPUAN MAH"

Mungkin seorang Pandu akan menghela nafasnya lelah tapi ini tidak sikapnya sama sekali tidak peduli akan pertengkaran kedua orang tuanya. Bagaimana tidak? Hampir setiapa hari Pandu mendengarkan makian hingga tamparan yang selalu Pandu saksikan
Setiap harinya

PLAKK

Begitu Pandu mendengar suara tamparan dari Rizal. Pandu langsung bangun dari rebahanya dan mengusap dada nya pelan mencoba mengontrol emosi yang kian Pandu pendam
Langkah kaki Pandu tergesa gesa menghampiri kedua orang tuanya yang sedang beradu mulut

Tiara menangis walau nyatanya Pandu tidak peduli tapi di dalam lubuk hatinya Pandu ingin sekali memeluk Tiara menenangkannya tapi sayang ego nya terlalu kuat untuk di kalahkan

"PAH CUKUP!!"teriakan Pandu membuat Rizal bungkam seribu bahasa sama halnya dengan wanita paruh baya yang sedang menangis. Tiara diam menatap sang Putra dengan wajah bersalah

"Pandu dengerin Mamah ya sayang Mamah tau kalau-"belum sempat Tiara menyelesaikan ucapanya Pandu lebih dulu pergi melangkah
Tiara menatap Pandu dengam rasa  bersalah anaknya itu bahkan sama sekali tidak mau bicara denganya

Sebegitu benci kah Pandu dengan Tiara?

Pandu menatap sendu rumah nya tanganya terkepal kuat rahang nya mengeras menyaksikan langsung pertengkaran kedua orang tuanya. Mereka tidak pernah memikirkan perasaan seorang anak ketika melihat kedua orang tuanya beradu mulut saling menyalahkan. Hanya Materi yang mereka pikirkan.

Mereka kira Materi membuat Pandu bahagia?

Cih tidak! Tidak sama sekali

Pandu tidak membutuhkan Materi yang Pandu butuhkan adalah perhatian dan kasih sayang kedua orang tuanya. Namun nyatanya sampai kapanpun mereka hanya memikirkan bagaimana bisnis nya berjalan lancar hanya itu. Jujur Pandu iri dengan anak anak lainya yang bisa bermain dan tertawa bersama keluarganya berbagi cerita sedangkan dirinya hanya menatapi nasib dengan suka rela

Di saat teman teman lainya liburan ke luar negri yang Pandu lakukan adalah bermain bersama pengamen dan preman di jalanan. Pandu ikut mengamen dan berlatih bela diri dari situ lah sifat pemberontak Pandu datang
Pandu senang dapat menjumpai mereka yang ternyata baik
                               .....☕.....

"Anjir, gue nggak kuat Rin, Mel astaga!"teriak Aura sambil mengguncang guncang bahu Ririn dan Mely

"Kenapa sih, kenapa nggak kuat kenapa?!"suara cempreng Mely membuat Ririn menutup kedua telinganya, Aura sampai mendelik dan Mely malah tersenyum tanpa dosa

TENTANG RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang