||CHAPTER 24 BASKET||

33 8 2
                                    

Now playing-Kota-Dere

Sang mentari menyinari bumi dengan sinarnya yang terik, siang bolong seperti
Ini akan lebih menyenangkan jika meminum es, padahal pesan sang ibu gadis itu dilarang minum es disiang bolong seperti ini. Katanya sih agar tidak batuk batuk

Ah rasanya jika ada perintah selalu saja ada godaan yang akhirnya membuat kesepakatan itu dilanggar.

Satu mangkuk es campur kini ia nikmati dibawah rindangnya pohon beringin. Satu buku novel berada di pangkuanya, tak peduli akan hal itu.

Sepoi sepoi angin berhembus pelan, membuat rambutnya ikut terombang ambing bersama angin, suara kicauan burung terdengar merdu. Semakin lama suasana semakin menyenangkan.

Entah mengapa atau sudah digariskan Tuhan, bola basket berhenti didepanya. Dengan ragu Ririn menatapnya lama, sepatu vans itu berjalan, dengan cepat Ririn mengangkat kepala. Dahinya menyernyit kebingungan melihat pemuda berbaju basket dengan senyum ramahnya menatap dirinya

Ririn menelan salivanya susah payah, pemuda bertubuh jangkung itu terkekeh pelan sembari bergeleng kepala dengan heran

"Kenapa ketawa kak?"tanya gadis itu cengo

"Lagian kenapa liatin gue sebegitu takutnya?"pemuda itu balik bertanya

"Emm anu kak.."

"Anu apa?"

"Gajadi kak tadi aku kaget ada bol-"

"Abraham anjing ngapain lu???"teriakan itu sukses membuat Ririn dan Abraham menoleh dengan cepat

Sosok Pandu berdiri dengan wajah pias lelahnya, tatapan sinis itu menatap Ririn.
Ririn mengulum bibirnya jadi takut sendiri

Abraham berdiri kikuk kemudian membungkuk mengambil bola basket. Deheman Abraham sukses membuat kontak mata antara Pandu dan Ririn terputus. Selanjutnya detik itu gadis itu berdehem samar dan mulai mundur

"Lo kenal Pan?"tanya Abraham spontan

"Kenal"jawab Pandu malas seperti biasanya

"Siapa?"tanya Abraham berlanjut

"Dahlah anjing lu banyak nanya"decak Pandu malas berbalik dan berlari ke arah lapangan

Sementara Ririn? Gadis itu pura pura sibuk dengan bukunya walau benaknya masih memikirkan sifat Pandu barusan namun ia berusaha kembali tenang di bawah pohon rindang ini

Abraham masih berdiri kaku, cowok itu mengamati Ririn yang sedang fokus membaca buku, merasa di perhatikan Ririn menoleh dengan terkejut kala Abraham mengalihkan pandanganya gugup

Cowok itu berbalik dan berlari kearah lapangan tanpa sepatah kata apapun

Ririn menarik anak rambutnya ke belakang, dalam kepala terus terusan berputar mengenai kejadian tadi sialnya ketika ia mengamati ke arah lapangan Pandu dengan tajam menatapnya

Perasaan dia merasa tidak bersalah apapun kepada cowok itu, tapi kenapa perlakuan bahkan tatapan cowok itu kini berbeda? Sebenarnya ada apa?

Dia melirik kesamping, melihat Iqbaal dengan Disa yang tengah berbincang pelan, entah bagaimana Disa langsung lari menghampiri Ririn dan yang pasti meninggalkan Iqbaal yang masih melangkah sembari berdecak

"Hai"sapa Disa, gadis cantik itu tersenyum manis

"Eh hai kak"balas Ririn kikuk

"Ga perlu panggil kakak, gue bukan orang gila hormat kok panggil Disa aja"ujar Disa dibarengi kekehan

"Gue minta maaf soal yang kemarin kemarin"suara berat itu mengintrupsi

Ririn merapatkan bibir, sejujurnya ia tak ingin membahas masalah ini lebih lanjut toh masalahya juga sudah kelar

TENTANG RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang