||CHAPTER 4 ANDAI SEPERTI OREO||

168 32 10
                                    

Terkadang seseorang
Selalu memaksakan kehendak
Hingga semuanya tak tertebak
........

[Vote! Vote dan komen di bawah]

Pandu menatap sekitar ruang tamunya. Sepi dan sunyi kata itu yang mewakili suasana ruang tamu ruamahnya. Setelah memeriksa layaknya seorang detektif tak kunjung menemukan seseorang Pandu melangkah dengan mengendap endap pelan. Helaan nafas lega saat rumahnya benar benar sepi tapi eh tapi Pandu merasa ada yang aneh

Tiba tiba..

Ceklek!

Lampu menyala seketika membuat Pandu menggeram kesal. Tadi lampunya mati suasanaya sepi dan sunyi jangan bilang yang menyalakanya adalah...

Hantu!

Ah, tidak mungkin mana ada hantu, namun Pandu sangat penasaran dengan seseorang yang sudah menyalakan lampu ruang tamunya. Bisa saja Bi Ami, Pandu hanya menebak nebak saja. Lamunanya buyar ketika kepalanya menoleh ke belakang mendapati pria paruh baya yang sedang menatapnya remeh dan sinis tak ada lagi Rizal yang baik kini semua terlihat berubah

"Jam segini baru pulang habis dari mana kamu?"tanya Rizal melirik jam tangan yang ada di pergelangna tanganya

"Habis nganterin temen"jawab Pandu jujur

"Ngantetin temen di tinggal di starbucks" sindir Rizal membuat Pandu tersedak dan terkejut

"Papah nggak bakalan ngerti Pah"keluh kesal Pandu

Rizal menatap putra semata wayangnya yang mulai "kamu ini kalau di bilangin dengerin Papah Ndu!"bentak Rizal tegas membuat Pandu terkejut

Salah apa diriku padamu?

Pandu menggelengkan kepalanya tanda ia tak percaya dengan kejadian barusan. Semua seakan akan seperti angin lewat tapi tidak dengan Pandu, Pandu menganggap semua ini luka yang kembali hadir mewarnai hidup nya

"Udah Pah Pandu capek!"putus Pandu dengan tatapan memelasnya

"Heh dasar anak nggak tahu diri banget kamu!"

Ucapan Rizal benar benar merusak mood nya yang tadi membaik. Pandu sadar bahwa di sekitarnya bukanlah tempat tinggal yang nyaman apalagi damai. Ketika semua orang mengaggap dirinya sebagai sampah yang tidak berguna

Dimanakah seseorang yang menganggapnya berharga dan baik di mata semua orang?

Pandu melangkah dengan cepat menaiki tangga tanganya terkepal kuat bahkan sekarang rahang kokohnya sudah mengeras sempurna. Semuanya terasa menyakitkan semuanya terasa hambar seharusnya mereka semua tahu bahwa manusia tingkatanya sederajat di mata sang pencipta. Pandu membuka pintu kamarnya kasar dan menutupnya cukup keras

Di lemparnya jaket denim itu ke sembarang arah. Pandu mendesah pelan manik mata elang milik cowok itu menajam. Detik berikutnya helaan nafas gusar terdengar tanganya juga sudah mengacak acak rambutnya frustasi mengapa harus sperti ini?

Pandu menatap nanar jendela kamarnya mengingat ingat gadis yang tadi pun sama sekali tak membuat mood nya membaik melainkan tambah memburuk

Pandu menghela nafasnya lelah kemudian mengacak rambutnya sebegitu frustasinya dirinya hari ini
"Arghh.."

"Gue kapan benernya sih salah mulu perasaan"decak Pandu
                                    ....☕....

TENTANG RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang