||CHAPTER 13 METAMORFOSIS||

82 16 11
                                    

Dulu kala aku mencintainya
Bukan karna pesona dan parasnya
Tapi entah mengapa dia sangat sederhana
Namun, mampu membuat egoku meronta ronta.

Gusti paring kuat ati ku iki

Sorry banget jarang up ya guys,
Karna udah jadi senior gini, harus banyak belajar. Tugas daring nya banyak banget lagi huhu:( aku mo nangis huhuhu:(((

Ririn menggembungkan pipi nya. Kesal tentu saja,

"Yaelah napa kaya gitu. Gue kan nyuruh lu ambil kanebo di bengkel"cibir Bima menatap Ririn malas

"Jauh"keluh Ririn malas

Ririn berjalan dengan gontai tubuhnya mendadak kaku saat Bima menyuruhnya, ralat maksudnya tubuhnya mendadak sangat malas ketika Bima tiba tiba duduk datang dan mengutarakan perintahnya. Di tambah lagi mengambil kunci motor Ririn di bengkel yang ia tinggal tadi.

Dia langsung membuka gerbang dan menulusuri perjalanan menuju bengkel, tiba  tiba sebuah ide terlintas di benaknya.
Ririn berbalik dan berlari tergesa gesa membuka gerbang rumahnya dan bibirnya membentuk senyuman

"Nah kan ketemu! Coba kalo tadi jalan kan jauh"ujarnya dengan semangat

"Kamu mau kan bantu aku?"tanya Ririn seperti orang bodoh.

Ririn menaiki sepedanya menggoes. Dibukanya gerbang dan sepedanya itu telah berjalan, sudah lama ia tidak bersepeda,

"Woi!"Ririn menarik rem saat dirinya merasa terpanggil

"Siapa si ganggu aja!"gerutunya pelan

Ririn menolehkan kepalanya mendapati Arif yang berjalan ke arahnya dengan senyum sumringahnya. Selalu saja seperti ini, Ririn bingung harus menyikapi seperti apa. Apa pemuda itu tidak menaruh perasaan terhadapnya? Entahlah, Ririn berusaha menemukan celah namun nihil

"Apaan dah?"tanya Ririn saat Arif tepat di hadapanya

"Mau kemana lo?"tanya Arif penuh selidik

"Elah mau ke bengkel sekalian mau beli gorengan sama es di depan"jawab Ririn menjelaskan

"Yaudah gue ikut!"pinta Arif memaksa

"Nggak!"tolak Ririn mendelik

"Yaudah sono lo hati hati!"pesan Arif menyentil dahi Ririn.

Netra hitam Ririn menatap Arif jengah
"Iyeeee"jawabnya kesal
                                       🍒
Pandu melirik kakek tua yang sedang menyebrang terlihat tertatih tatih, dari raut wajahnya yang tak biasa. Pandu menyeka keringat yang mengalir di dahinya. Perginya dia dari rumah tidak mendapatkan paksaan untuk menetap. Dia itu apa sih??? Dia itu harus kaya gimana???? Jangankan menyuruh Pandu kembali, mencegah saja tidak. Mencegah terlihat terpaksa. Pandu mengrjep pelan dia lari saat melihat mobil yang melintas itu hampir menabrak kakek itu.

Tubuhnya mendadak kaku, saat melihat kakek itu terkapar di tanah, dengan darah yang mengalir. Pandu hilang kendali, seketika semua orang menggerumungi. Ia mengusap wajahnya kasar.

Dunianya berhenti mendadak saat melihat Ririn dengan berani mengetuk mobil sang penabrak kakek itu, kenapa harus Ririn yang ia temui? Keberanian gadis dengan baju pendek bertuliskan INDIE itu tak sampai di situ saja. Bahkan di saat yang bersamaan gadis itu mulai melemparkan pertanyaan pertanyaan dengan tatapan matanya yang begitu tajam,
Pandu diam diam menatap Ririn dengan tatapan yang dia sendiri tidak tau apa artinya.

"Mbak denger lain kali hati hati!"peringat Ririn dengan tatapan tajamnya

"Kok dia tiba tiba gitu sih?"gumam Pandu bingung

TENTANG RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang