Hembusan angin yang sejuk, cerahnya mentari yang menemani kota Bandung. Suara Burung yang saling menyaut dan pemandangan alam yang begitu indah.
Gadis cantik berkucir kuda, tersenyum lalu memejamkan matanya sejenak. Menikmati udara sejuk kota Bandung, merasakan betapa indahnya pemandangan di kota Bandung.
Gadis cantik itu tertawa saat melihat beberapa anak kecil yang sedang bermain bola, mereka saling berjatuhan untuk merebut bola. Salah satu anak kecil tersebut tidak sengaja menendang bola sampai mengenai pundak Gadis cantik tersebut.
Semua anak-anak kecil tersebut terdiam, merasa takut dengan tatapan tajam Gadis tersebut. Gadis tersebut melangkahkan kakinya, lalu melemparkan bolanya sambil tertawa. Anak-anak kecil yang tadi merasa takut langsung tertawa, mereka semua melanjutkan untuk bermain bola.Gadis cantik berkucir kuda itu bernama Tiara Azzahra. Gadis yang sering di sapa Tiara atau Ara, Gadis cantik dengan gaya yang sederhana. Tiara berkuliah di Universitas Jenderal Sudirman, kampus yang ternama di kota Jakarta. Tiara memang tidak berkuliah di kota Bandung, Tiara mendapatkan beasiswa di kampus tersebut dan Tiara tidak ingin membuang-buang kesempatan untuk kuliah gratis, walaupun dirinya harus rela jauh dari orang tuanya. Namun, saat liburan pasti Tiara akan menemui orang tuanya, untuk melepas rasa rindunya. Seperti sekarang ini, Tiara sedang menikmati masa-masa liburannya di kota tempat tinggal kedua orangnya.
Tiara bukan anak dari keluarga kurang mampu karna rela berkuliah jauh demi beasiswa, keluarga Tiara cukup mampu. Hanya saja Tiara ingin mandiri, Tiara tidak ingin merepotkan kedua orang tuanya, selagi dirinya bisa mengandalkan otaknya, kenapa harus merepotkan kedua orang tuanya?
Tiara tersentak saat ada yang menepuk punggungnya, Tiara menghadap kearah orang tersebut. Dia Bulan Azzita sahabatnya, Bulan tidak kala cantiknya dengan Tiara, namun Bulan bergaya Tomboy. Berbeda dengan Tiara yang tidak Tomboy namun jauh dari kata Feminin.
Bulan masih SMK mengambil jurusan Teknik Mesin. Dia masih kelas 12, umurnya dengan Tiara memang beda 2 tahun.
"Ara! Kita jadi gak buat latihan? Mumpung lo libur nih, kapan lagi coba kita latihan bareng? Nunggu lo libur kuliah lagi? Lama kali." Tiara menatap Bulan sambil terkekeh, muka Bulan terlihat kesal. Bulan juga sudah memakai baju silatnya.
"Gue ganti baju dulu." Tiara pergi meninggalkan Bulan untuk mengganti pakainya.
Mereka berdua memang sering latihan bela diri, Tiara dan Bulan berlatih disalah satu perguruan silat ternama di kota Bandung.
Beberapa menit Bulan menunggu Tiara, akhirnya Tiara sudah mengenakan baju silatnya. Tiara sedang memakai sabuk hitam kebanggaannya, Bulan mendengus kesal. Menurut dirinya Tiara sangat buang-buang waktu, bukan apa-apa hanya saja Bulan males di hukum oleh pelatihnya. Telat 5 menit saja langsung di hukum lari keliling kampung 50 kali tanpa alas kaki lagi, pelatihnya memang gak tanggung-tanggung kalo kasih hukuman, tidak pandang bulu juga antara cowok maupun cewek yang salah pasti kena hukuman. Dan Bulan tidak mau di hukum hanya gara-gara sahabatnya, Bulan menarik tangan Tiara. Padahal Tiara belum selesai memakai sabuknya. Tiara terkekeh pelan, Tiara tahu sahabat ini tidak ingin terkena hukuman.
Tiara menghentikan langkah kakinya saat mendengar suara lantunan ayat suci, suaranya begitu merdu dan sangat bagus. Suaranya sungguh mampu membuat hatinya tenang.
"Idaman banget, jadi pengin di jadiin suami," batin Tiara.
Bulan mengepalkan kedua tangannya, ia sungguh geram dengan sahabatnya. Bisa-bisanya di saat sedang buru-buru, supaya tidak kena hukuman. Tiara malah bengong ke patung di depan masjid.
"Ara! Ayo buruan malah bengong." Bulan menarik tangan Tiara. Tiara menengok kebelakang menatap masjid tersebut.
"Kenapa sih tadi bengong di depan masjid? Udah tau lagi buru-buru juga," ucap Bulan sambil terus menarik tangan Tiara.
"Kembaran setan ya gini, telinganya gak denger orang ngaji," batin Tiara.
"Kenapa diem? Oh gue tau lo lagi kebelet, gini berhubung kita lagi buru-buru lo ambil batu kecil aja, terus lo usap-usapin di perut lo. Kaya gini gue contohin." Bulan mengambil batu kecil lalu mengelus-elus batu tersebut ke perutnya sambil berkata. "Perut-perut nanti ya mulesnya, soalnya lagi buru-buru. Kebeletnya Eenya di tunda dulu ya."
"Bulan, lo gila!" seru Tiara. Tiara kemudian berjalan meninggalkan Bulan yang masih terbengong dengan ucapan Tiara.
"Kurang ajar!" Bulan berlari mengejar Tiara.
Mereka berdua sudah sampai, tapi sayang murid-murid yang lain sudah berbaris rapi. Pelatih menghampiri Tiara dan juga Bulan, pelatih tersebut menatap tajam mereka berdua. Bulan dan Tiara hanya menundukkan kepala, mereka berdua tidak berani menatap pelatihnya.
"Kalian telat 0,10 detik! Jadi kalian harus di hukum. Berdiri di tengah lapangan selama 2 jam dan jangan coba-coba untuk protes atau hukuman kalian akan saya tambah. Mengerti!"
Bulan serta Tiara hanya mengangguk, lalu tanpa protes mereka berdua langsung menjalankan hukumannya.
"Gak habis pikir gue, cuman telat 10 detik aja di hukum kaya gini. Kalo telat 10 jam gimana? Hukuman mati gitu?" tanya Bulan.
"Nikmatin aja."
Setelah 2 jam, Tiara serta Bulan kembali ke ruangan pelatihan. Ruangan tersebut sudah kosong, Bulan maupun Tiara tidak heran mungkin mereka sedang di halaman belakang. Karna biasanya kalo tidak di ruangan latihan, mereka akan latihan di lapangan atau di halaman belakang. Tiara serta Bulan langsung pergi menuju ke halaman belakang.
"Tiara! Coba kamu patahan kayu ini dengan ilmu tenaga dalam mu. Kalo kamu bisa patahkan kayu ini, kamu bisa mengikuti latihan selanjutnya."
Tiara berjalan, sebelum mematahkan kayu tersebut dengan tangan kosong. Tiara mengambil nafas dalam, lalu Tiara menjajarkan tanganya. Memejamkan matanya sejenak dan sekali hentakan Tiara berhasil membuat kayu itu patah.
"Wow! Hebat sekali," ucap seorang Pria yang melihat aksi Tiara. Pria tersebut bukan anggota pesilat lainya, Pria itu hanya lewat dan tidak sengaja melihat aksi Tiara.
Pria tersebut terus menatap Tiara, dalam lubuk hatinya sudah tersimpan rasa kagum terhadap Tiara.
Pria tersebut tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, kemudian melanjutkan langka kakinya lagi.
^Kagum dari awal pertama melihat itu wajar, kagum bukan berarti cinta! Kagum bisa saja mengagumi bakatnya, kreatifitasnya, keahliannya serta kagum dengan kecantikan atau ketampanannya. Banyak yang bilang, cinta pada pandangan pertama itu di sebut kagum. Tapi sebenernya berbeda, sama halnya seperti kamu mengidolakan idola kamu, dengan bakat mereka, dengan kecantikan atau ketampanannya yang mereka miliki. Sama halnya juga seperti Tiara yang kagum saat mendengar suara lantunan ayat suci yang merdu, Tiara bahkan tidak melihat orangnya, tetapi Tiara sudah mengagumi suara pria tersebut dengan indra pendengarannya. Seperti pria tadi, yang kagum dengan Tiara karna bakat dan keahlian Tiara, walaupun pria tersebut tidak tahu sifat Tiara. Pria tersebut kagum, karna melihat lewat indra pelihatanya.^
KAMU SEDANG MEMBACA
My Paradise Friend [Completed]
Teen FictionJika kamu ingin menjadi bintang, maka aku akan menjadi bulan. Jika kamu ingin menjadi matahari maka aku akan jadi awan. Saling melengkapi dan menemani! Ini bukan cerita Santri, ini juga bukan cerita badboy atau sejenisnya. Bukan juga cerita seorang...