Tiara sedang temerung di kamarnya, ia terus-terusan mengingat ucapan Zigas. Pikirannya selalu teringat tentang Zigas yang menyuruhnya untuk berhijab, Tiara terlihat uring-uringnya. Ingin mencoba untuk berhijab atau tidak?
"Gak ada salahnya sih gue coba buat berhijab, gue mau berhijab saat gue keluar rumah dulu, siapa tau gue istiqomah." Tiara kemudian berjalan kearah lemari pakaiannya, mengambil baju berlengan panjang serta celana bahan panjang. Tak lupa mengambil kerudung persegi empat, yang sesuai baju serta celananya.
Tiara sudah mengganti pakaiannya, serta memakai hijab. Ia menatap dirinya di cermin besar miliknya, ternyata tidak buruk penampilannya. Tiara tersenyum, semoga usahanya membuahkan hasil. Semoga ia bisa istiqomah dalam berhijab, bukan karna Zigas ataupun karna suruhan orang lain. Tapi dari hatinya sendiri karna Allah Swt.
Setelah menilai penampilan yang menurutnya pas, Tiara memutuskan untuk pergi ke rumah Alka. Zigas tadi pagi sudah diperbolehkan pulang oleh Dokter, dan sekarang Zigas tinggal di rumah Alka. Tiara memutuskan untuk pergi menggunakan mobilnya, ia tidak mungkin pergi menggunakan motornya dengan penampilan yang seperti ini.
30 menit lebih Tiara sampai di rumah Alka, sepertinya rumah Alka terlihat ramai. Benar saja di rumah Alka sudah ada Zidan, Ali dan juga Arina. Arina? Sepertinya dia memang cukup dekat dengan Zigas. Tiara melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah Alka, karna memang pintunya terbuka Tiara hanya mengucapkan salam. Mereka semua menjawab salam Tiara, sambil menatap kearah Tiara. Mereka terpana dengan penampilan Tiara, menatap Tiara lekat tanpa berkedip. Zigas langsung mengusap wajahnya gusar, mulutnya tidak berhenti mengucap istighfar setelah sadar bahwa dirinya terpesona dengan penampilan Tiara.
Arina terlihat kesal, perasaan saat dirinya mengubah penampilannya, mereka terlihat biasa-biasa saja. Tapi saat Tiara? Mereka langsung tercengang. Zidan, Alka, Ali mereka bertiga bahkan menatap Tiara tanpa kedip.
Tiara berdehem, Alka menggelengkan kepalanya setelah itu menyuruh Tiara untuk duduk.
"Kenapa sih sama penampilan gue? Apa gue gak cocok pakai pakaian kaya gini," tanya Tiara.
"Enggak, Kamu udah cocok banget. Kamu malah terlihat tambah cantik berkali-kali lipat, semoga kamu bisa istiqomah Ti," ucap Zigas sambil tersenyum.
"Iya."
"Kenapa cuman Tiara yang lo puji Zig? Kenapa lo gak muji gue waktu pertama kali gue ubah penampilan?" batin Arina.
"Kamu berhijab atas dasar apa? tanya Arina.
"Maksud lo?" Tiara malah balik bertanya ke Arina.
"Maksudnya munafik atau gak?"
Tiara terkekeh mendengar ucapan Arina. "Gue jujur nih, gue berhijab karna ucapan Zigas. Gue belum berhijab sepenuhnya karna Allah, gue juga baru mencoba. Gue mutusin kalo keluar rumah gue bakal berhijab, perlahan tapi pasti! Semoga sih usaha gue gak gagal di tengah jalan, gue bisa berhijab atas dasar diri gue sendiri, terus bisa istiqomah. Tapi untuk saat ini gue masih mencoba, gue rasa kalo gak mencoba hati gue gak bakal tertarik, dan selamanya gue gak bakal berhijab.
Zigas tersenyum dengan kejujuran yang Tiara ucapkan.
"Aku suka dengan kejujuran kamu, Ti. Bismillah Ti! Semoga usaha kamu membuahkan hasil yang baik dan kamu terhindar dari siksaan api neraka."
"Aaminnn."
"Ti, lo juga gak tanya sama Arina? Dia awalnya juga gak berhijab kaya lo, tapi gara-gara Zigas dia berubah." Tiara menatap kearah Ali, ucapan Ali memang menarik. Tapi ia tidak perduli dengan Arina. Mau Arina berhijab karna siapa? Urusan dengan dirinya apa? Ia bukan Arina yang kepo dengan apa yang orang lain perbuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Paradise Friend [Completed]
Teen FictionJika kamu ingin menjadi bintang, maka aku akan menjadi bulan. Jika kamu ingin menjadi matahari maka aku akan jadi awan. Saling melengkapi dan menemani! Ini bukan cerita Santri, ini juga bukan cerita badboy atau sejenisnya. Bukan juga cerita seorang...