Aku sudah pernah merasakan kepahitan dalam hidup, dan yang paling pahit ialah berharap pada manusia.
Ali bin Abi Thalib
Anisa sedang makan bersama temannya, temannya bernama Aisyah Nurul Khotijah. Teman yang cukup dekat saat Anisa bersekolah disini. Anisa memang tidak terlalu mempunyai banyak teman, bukannya ia pilih-pilih teman. Hanya saja Anisa memang gadis yang kurang bergaul dengan kebanyakan teman, selagi ada yang mau berteman dengannya dan Anisa juga merasa nyaman, itu sudah lebih dari cukup. Tidak perlu banyak-banyak teman, kalo ujung-ujungnya cuman dimanfaatin.Selama dua minggu juga, Anisa menginap di rumah Aisyah. Aisyah sendiri tidak merasakan keberatan, jika Anisa menginap di rumahnya. Ia justru merasa sangat senang, Aisyah itu anak tunggal. Ia hanya tinggal bersama Ibunya, Ayahnya sibuk berkerja sebagai Pilot. Pulangnya bertahun-tahun atau mungkin setelah perkerjaannya selesai. Kadang Aisyah merasa kesepian, hanya tinggal bersama Ibunya tanpa memiliki sodara. Walaupun Aisyah anak yang terpandang, memiliki banyak fasilitas mewah. Aisyah seperti Anisa, tidak terlalu pandai bergaul, bahkan Aisyah cenderung mempunyai sifat pemalu. Saat Anisa bilang ingin menginap di rumahnya, Aisyah merasa sangat senang. Aisyah juga sudah menganggap Anisa seperi sodara sendiri.
"Nisa, aku mau ke toilet bentar ya," ucap Aisyah.
"Mau aku temenin gak?" tanya Anisa.
"Kamu makan aja, biar aku sendiri aja." Anisa tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Kemudian Aisyah pergi meninggalkan Anisa, baru saja Aisyah pergi. Ada seseorang yang menyiram air kearah baju Anisa, Anisa tentu saja terkejut. Lalu Anisa menatap seseorang yang tega menyiram bajunya.
"Ka, kenapa Kakak nyiram aku? Apa salah aku?" tanya Anisa.
"Lo gak salah apa-apa Nis, dianya aja yang matanya sliver. Gak bisa bedain mana tembok, mana orang," sahut Syal. Syal berjalan kearah Anisa. Bukan cuman Syal, teman-teman Syal juga mengikuti Syal.
"Gue tau lo itu ganteng, tapi lo gak tau permasalah apa? Jadi lo gak usah ikut campur!"
"Siapa juga yang ikut campur? Lo dateng-dateng langsung nyiram orang, tanpa lo bicarain dulu apa masalahnya. Lo bisa disangka gila ntar."
"Nih cewek godain pacar gue, sampai pacar gue mutusin gue. Gimana gue bisa ngomong baik-baik sama dia, gue emosi lah! Gue udah 5 tahun pacaran sama dia, cuman gara-gara dia gue putus! Gue gak terima!"
"Ka, Nisa gak godain pacar Kakak."
"Gak godain lo bilang! Kemaren lo peluk pacar gue."
"Kakak ini gak bisa bedain mana orang yang lagi pelukan, sama orang yang mau jatuh terus ditolongin. Pacar Kakak gak sengaja nolongin Nisa, maaf kalo masalah itu malah buat Kakak berantem sama pacar Kakak."
"Terus kenapa bisa pacar gue tiba-tiba mutusin Gue?"
"Tanya aja sama Mba google atau tanya pacar lo, kenapa lo malah tanya sama Nisa?" tanya Syal. Syal yakin masalahnya bukan di Anisa, tapi pacar eh ralat mantan pacar nih cewek. Kemungkinan cowok itu tertarik dengan Anisa saat pertemuan pertama, seperti dirinya. Kecantikan Anisa memang sudah tidak diragukan lagi, sudah banyak para cowok-cowok yang kagum dengan kecantikan Anisa.
"Gue bilang lo gak usah ikut campur!"
"Ka, kalo pacar Kakak nantinya bakal jadi jodoh Kakak, suatu saat dia bakal kembali ke Kakak. Tapi kalo bukan, ikhlasin aja Ka. Masih banyak cowok lain Ka, jangan malah Kakak marah-marah. Mau marah kaya gimana Kakak ke aku atau mungkin Kakak usaha apapun, kalo Allah gak berkehendak Kakak gak bakal berjodoh."
"Dih ko lo malah ceramah."
"Punten nih, gue boleh lempar sepatu sama tuh cewek gak sih?" tanya Syal ke teman-temannya.
"Boleh aja Syal, sini gue yang lempar. Tapi pakai sepatu elo," sahut Icung.
"Aku bukannya ceramah Ka, jodoh emang udah diatur sama Allah. Mau kita berharap ke gimana pun, mau usaha apapun. Kalo gak berjodoh ya gak bakal berjodoh Ka." Syal menatap Anisa kagum, bibirnya terukir membentuk senyuman. Syal sangat berharap ia berjodoh dengan Anisa, seandainya harapannya terkabul. Syal akan menjadi seseorang yang sangat beruntung, mempunyai istri yang tidak hanya cantik tetapi juga sholeha.
"Ah udahlah! Lo gak usah ceramah mulu, gue peringatin sama lo, jangan pernah lo deket-deket sama pacar gue."
"Nisa juga gak tertarik buat deket-deket sama pacar Kakak, lagian Nisa disini buat sekolah bukan buat pacaran."
"Terserah elo, udah kita pergi aja." Mereka pun pergi meninggalkan Anisa, Syal langsung menghampiri Anisa. Syal berdiri tepat di samping Anisa, lalu melepaskan jaketnya kemudian memberikan ke Anisa.
Anisa menatap Syal, ia belum menerima jaket yang Syal berikan.
"Nisa ganti bajunya, terus pakai jaket ini. Biar gak sakit, baju Nisa kan basah." Anisa tersenyum lalu menerima jaket tersebut.
"Makasih ya Ka, Ka Syal baik banget." Syal tersenyum, hatinya langsung berbunga-bunga saat Anisa memuji dirinya. Syal tidak munafik, ia memang ingin menjadi yang terbaik buat Anisa. Syal ingin Anisa memandangnya baik, sampai akhirnya Syal bisa meluluhkan hati Anisa. Memang tidak mudah mendapatkan hati Anisa, karna memang Anisa wanita yang istimewa.
"Iya, sama-sama Nis."
"Ya udah Ka, Nisa mau ke toilet dulu. Mau ganti bajunya." Syal menganggukkan kepalanya, setelah itu Anisa pergi meninggalkan Syal.
Syal kembali menghampiri teman-temannya yang sudah duduk, Syal duduk di sebelah Helmi lalu mengambil kacang yang sedang Plenyit makan. Plenyit mendengus, lagi asik-asiknya makan malah makanannya diambil.
Defo berdehem sebelum bertanya sesuatu terhadap Syal.
"Lo ada hubungan apa sama cewek tadi Syal? Sampai lo kasih jaket segala," tanya Defo.
"Hubungan gue masih temen sih, doain aja moga jodoh."
"Buset lo udah cinta nih sama dia?" tanya Icung dan Syal hanya menganggukkan kepalanya.
"Gue saranin lo jangan terlalu berharap sama dia, lo tadi denger gak sih kata-kata dia? Jodoh udah ada yang nentuin," sahut Helmi.
"Allahhuakbar! Es batu gue bisa ngomong panjang juga," ucap Robi dengan tampang terkejut.
"Gue juga heran nih, batrenya lagi full kali." Helmi tidak memperdulikan ocehan teman-temannya, ia kembali fokus untuk makan.
"Tapi apa salahnya usaha dulu? Namanya juga cinta Hel, bukan diri kita yang ngendaliin. Sebenernya gue juga ngerasa gak pantes buat Nisa, tapi mau gimana lagi? Gue gak bisa bohong sama diri gue sendiri, kalo emang gue cinta sama Nisa."
"Iya, terserah elo."
"Hel, jangan-jangan lo pernah disakitin sama cewek ya?" tanya Daren.
Helmi hanya berdehem, membuat mereka semua terbengong. Jangan-jangan sifat es dari tubuh Helmi, gara-gara Helmi disakitin cewek.
"Jangan bilang sifat es lo ini, gara-gara lo pernah disakitin sama cewek?" tanya Syal.
"Mungkin," ucap Helmi sambil memakan baksonya.
Syal langsung terbatuk-batuk, jawaban yang singkat tapi menimbulkan efek yang luar biasa.
"Minum woy! Gue keselek kacang nih." Dengan santainya Helmi memberikan minum ke Syal.
"Intinya gue saranin sama lo pada, jangan terlalu berharap sama manusia. Biar kalo harapan lo gak terwujud lo gak ngerasain sakit," ucap Helmi setelah itu Helmi pergi meninggalkan teman-temannya. Mereka masih terbengong untuk mencerna ucapan Helmi. Tiba-tiba Syal kembali batuk, Daren menepuk-nepuk punggung Syal sambil menyuruh Syal untuk minum.
"Minum lagi Syal, lo yang habis makan kacang pasti kaget. Terus bikin tenggorokan lo gatel, jadinya lo batuk-batuk terus." Syal meminum lagi air mineralnya, sambil menatap Helmi yang sudah tidak terlihat lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Paradise Friend [Completed]
Teen FictionJika kamu ingin menjadi bintang, maka aku akan menjadi bulan. Jika kamu ingin menjadi matahari maka aku akan jadi awan. Saling melengkapi dan menemani! Ini bukan cerita Santri, ini juga bukan cerita badboy atau sejenisnya. Bukan juga cerita seorang...