Mengendalikan emosi

882 135 33
                                    

Orang yang sabar, orang yang hebat adalah orang yang bisa mengendalikan emosi.


Arina sudah pulang dari rumah Zigas, Anisa terus saja menggoda Zigas, jika Zigas menyukai Arina. Zigas sudah menjelaskan berkali-kali jika ia dan Arina hanya sekedar teman, tapi Anisa seolah tidak percaya dengan apa yang Zigas katakan. Zigas menghela nafasnya, pasrah jika Anisa terus menggodanya.

"Terserah Nisa deh, yang penting tadi Abang udah jelasin, kalo kita cuman temenan. Gak ada perasaan apapun."

"Masa sih?" tanya Anisa.

"Abang gak minta Nisa buat percaya sih, tapi faktanya emang gitu."

"Kalo Abang gak ada perasaan apapun sama Ka Arina, tapi Ka Arina punya perasaan sama Abang gimana?" tanya Anisa.

"Itu hak dia Nisa. Lagian perasaan hati Allah yang ngatur, kita juga gak bakalan tau, kalo kita jatuh cinta sama orang yang tepat atau tidak. Makannya kita harus berusaha dan berdoa supaya bisa mendapatkan jodoh yang baik, yang bisa menemani kita menuju surga."

"Iya. Nisa juga selalu berdoa, supaya Nisa bisa dapetin jodoh yang terbaik buat Nisa, yang bisa bimbing Nisa, terus bisa bawa Nisa ke surganya Allah."

"Amin." Zigas tersenyum sambil mengusap kepala Anisa.

'^'

Pukul 05.00 pagi Anisa sudah mempersiapkan sarapan untuk Zigas serta dirinya, hari ini Anisa kebetulan sedang libur sekolah, jadi Anisa terlihat santai. Zigas sendiri masih berada di Masjid, tidak ada mata kuliah pagi, membuat Zigas masih melantunkan ayat-ayat suci Al qur'an.

Anisa tersenyum, ia sudah selesai mempersiapkan semua masakannya. Di meja makan sudah ada nasi putih, Ayam goreng dan tahu tempe. Sarapan yang lebih spesial dari pada biasanya. Sambil menunggu Abangnya pulang, Anisa pergi menuju dapur untuk membersihkan peralatan masaknya.


Zigas sudah pulang dari Masjid, Anisa langsung menyuruh untuk sarapan. Mereka berdua sarapan tanpa berbicara apapun, selesai sarapan Anisa membereskannya.

"Nisa, Abang berangkat kuliah ya."

"Loh, bukannya Abang gak ada kuliah pagi katanya? Ko jam segini udah berangkat?" tanya Anisa.

"Abang emang gak ada kuliah pagi, tapi kata temen-temen Abang suruh berangkat pagi aja."

"Oh gitu, Nisa juga mau izin sama Abang. Nisa mau kerja kelompok di rumah temen Nisa."

"Ya udah, kamu hati-hati. Abang berangkat ya." Setelah mengucapkan salam, Zigas pergi meninggalkan Anisa.

"Waalaikumsalam."

Zigas sedang menunggu bus datang, ternyata Alka menjemputnya.

"Ya Allah Al, pakai jemput segala. Gue jadi ngerepotin elo kan."

"Santai aja Zig, udah buruan naik. Panas nih," ucap Alka. Zigas langsung menaiki motor Alka, mereka pergi menuju kampus.

Zidan serta Ali sudah menunggu di kantin kampus. Alka, Zidan dan Ali sebenarnya terpaksa menyuruh Zigas berangkat pagi, bukan karna ingin berkumpul. Melainkan karna perintah Ziko, Ziko memaksa mereka bertiga untuk menyuruh Zigas berangkat pagi. Mereka bertiga juga terpaksa menuruti perintah Ziko, mereka tidak ingin mempunyai masalah dengan Ziko. Mereka bertiga yakin, jika mereka menolak perintah Ziko, Ziko akan menggunakan kekuasaannya.

Saat Alka dan Zigas sampai di kantin kampus, ketiga teman Zigas dibuat terkejut oleh perbuatan Ziko. Ziko langsung menonjok wajah Zigas, sampai Zigas tersungkur.

"Bangun lo!" bentak Ziko sambil memaksa Zigas untuk berdiri.

"Elo kan yang sengaja nabrak gue, supaya gue gak ikut lomba? Terus elo yang gantiin gue, pengecut lo!" Ziko kembali menonjok wajah Zigas.

Zigas berdiri, kemudian mengelap darah yang ada di sudut bibirnya.

"Itu fitnah Bang, bukan saya yang nabrak Bang Ziko. Saya ikut lomba karna lihat pengumuman di mading kampus."

"Munafik lo! Lo sengaja pura-pura lemah di depan anak kampus, terus lo yang nyuruh orang buat nabrak gue. Dan lo berhasil lawan Nathan. Lo pengin banget di puji sama anak-anak kampus, lo pengin tenar di kampus ini? Lo pengin gantiin posisi gue? Jangan ngimpi lo! Lo cuman anak beasiswa, jadi gak usah ngarep lo bisa gantiin posisi gue."

"Astagfirullahhalngazim, Bang. Saya sama sekali gak akan niatan kaya gitu, apa segitu piciknya saja di mata Bang Ziko. Dari pada saya mencari ketenaran di kampus ini, lebih baik saya cari ilmu agama yang bisa membawa saya menuju surganya Allah."

"Gak usah keluarin ceramah lo, kalo itu cuman buat jadiin topeng untuk nutupin sifat asli lo yang brengsek. Kasian bokap, nyokap lo yang udah mati. Mereka berdua pasti disiksa, gara-gara kelakuan busuk lo."

Nafas Zigas tidak karuan, tangannya ingin sekali memukul mulut Ziko yang tajam. Tapi sekuat tenaga ia tidak melakukan hal tersebut, ia berusaha untuk melawan emosinya.

"Bang, Ayah sama Bunda saya sudah Almarhum. Jadi tolong banget, Bang Ziko jaga ucapan Bang Ziko, jangan karna Bang Ziko benci saya. Ayah dan Bunda saya juga jadi sasaran kejelekan ucapan Bang Ziko."

"Memang gitu kenyataannya, lo munafik! Jangan-jangan kedua orang tua lo mati, gara-gara lo lagi atau mungkin lo yang sengaja bunuh mereka." Mungkin jika Zigas yang berkata seperti itu Ziko akan langsung memukul Zigas, tapi ini Zigas. Zigas hanya menghela nafasnya, berusaha terus melawan emosinya.

"Biar cepet kelar Bang, sekarang mau Bang Ziko apa?" tanya Zigas.

"Mau gue? Sekarang lo keluar dari kampus ini."

"Maaf, kalo itu saya gak bisa. Saya berusaha untuk mendapatkan beasiswa dan berkuliah disini, jadi kalo Bang Ziko nyuruh saya keluar dengan cuma-cuma saya gak bisa."

Ziko menatap sinis kearah Zigas. "Ok, tebakan gue emang tepat. Lo gak mungkin mau keluar dari kampus ini."

"Suruh tanding sama lo aja, lo bakalan lihat kemampuan dia. Kalo dia kalah, berarti gak pantes gantiin posisi lo," sahut Vaki.

Ziko tersenyum sambil merangkul Vaki. "Bagus juga ide lo dan lo gue tunggu di aula pertandingan. Kalo lo gak dateng, lo pengecut!" Setelah itu Ziko dan teman-temannya pergi.

"Zig, lo gak papa? Ziko kenapa sih kayaknya benci banget sama lo, gue gak percaya apa yang Ziko bilang. Pasti ada orang yang udah ngadu domba lo sama Ziko nih," ucap Alka.

"Bener kata lo Al, kita harus cari tau siapa yang udah ngadu domba lo sama Ziko," sahut Ali.

"Perkiraan gue sih, dia tuh temen berhati setan. Maksud gue, mungkin salah satu teman Ziko punya dua wajah, depan Ziko baik tapi belakang Ziko busuk. Terus dia tau Ziko lagi cari siapa yang nabrak dia, kebetulan Ziko benci sama lo. Jadinya dia punya kesempatan buat fitnah lo," ucap Zidan.

"Tumben lo pinter?" tanya Alka.

"Dari lahir, gue udah pinter."

"Udah sekarang kita ke aula pertandingan aja. setelah itu, baru kita cari tau siapa orang yang ngadu domba gue sama Bang Ziko."

"Gue yakin Zig, lo yang bakalan menang kalo lawan Ziko," ucap Alka. Zigas hanya tersenyum menanggapi ucapan Alka.

Setelah itu mereka berempat pergi menuju ruang aula pertandingan, ruangan tersebut sudah sangat ramai dengan anak-anak kampus, banyak yang menyoraki nama Zigas maupun Ziko. Zigas menghela nafasnya, sebelum ia berhadapan dengan Ziko.

My Paradise Friend [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang