Anisa sedang memasukan berapa buku kosong kedalam tasnya, besok adalah awal masuk sekolah barunya. Jadi Anisa mempersiapkan malam harinya supaya besok tidak kerepotan, Zigas tersenyum saat melihat Anisa yang sedang mempersiapkan keperluan sekolahnya. Zigas lalu mengetuk pintu kamar Adiknya, padahal pintu kamar Anisa tidak di tutup.
Anisa menatap kearah Zigas, lalu berjalan menghampiri Zigas.
"Udah selesai nyiapin bukunya? Kalo udah makan dulu, Nisa belum makan pasti dari sore?" tanya Zigas.
Anisa menunjukan cengirannya, ucapan Zigas memang benar. Anisa dari tadi sore belum makan sama sekali.
"Tapi Nisa gak laper Bang, Nisa mau tidur aja. Besok Nisa kan harus sekolah, Nisa gak mau kalo besok Nisa kesiangan."
Mendengar ucapan Anisa Zigas malah tertawa. "Nisa aneh ya? Kaya gak biasanya bangun pagi buat sholat subuh. Jangan kasih alasan yang gak masuk asal ke Abang, pokoknya Nisa harus makan, Abang gak mau nanti Nisa sakit gara-gara telat makan."
Anisa mencibir, alasan seperti itu tidak mempan bagi Abangnya. Padahal dirinya sama sekali tidak lapar, tapi tidak mungkin ia menolak perintah Abangnya, lagian perintah Abangnya itu untuk kebaikan dirinya.
"Ya udah Nisa makan," Zigas mengusap puncak kepala Anisa, mereka berdua pergi menuju ruang makan.
Selesai makan, Zigas dan Anisa duduk terlebih dahulu sambil menonton televisi. Zigas melarang Anisa untuk tidur, karna tidak baik sehabis makan langsung tidur.
"Oh ya Bang, Nisa mau cerita pas Nisa daftar sekolah tadi, Nisa seneng banget karna udah ada yang mau temenan sama Nisa."
"Alhamdulillah, Abang ikutan seneng dengernya. Semoga Nisa betah sekolah di sana."
"Iya Bang, Abang gak tanya temen Nisa cewek apa cowok?" tanya Anisa.
"Pasti cewek, temen cowok Nisa kan cuman Abang," ucap Zigas sambil terkekeh.
Anisa mendengus kesal. Ia memang jarang punya teman cowok, bukannya tidak ada anak cowok yang mau berteman dengannya, banyak sekali anak cowok yang ingin berteman dengan Anisa bahkan ingin lebih dari teman. Cuman Anisa sengaja menjauh karna perilaku mereka.
"Temen Nisa cowok Bang, dia mirip sama Abang makannya Nisa mau temenan sama dia."
"Cowok!" seru Zigas terkejut.
"Iya, kalo gak salah ada lima yang mau jadi temen Nisa."
"Lima! Cowok semua?" tanya Zigas sambil menunjukan kelima jarinya.
Anisa menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. "Tapi kayanya lebih dari lima," ucap Anisa sambil mengingat-ingat berapa teman Syal.
Zigas langsung memijat kepalanya sambil mengucapkan kata istighfar, Zigas gak habis pikir kenapa Adiknya ini begitu polos? Yang Zigas herankan, biasanya juga Anisa pilih-pilih teman supaya tidak salah pergaulan, apalagi sama cowok.
Anisa menatap muka Zigas. "Abang gak ngizinin Nisa buat temenan sama mereka? Kalo Abang gak suka, Nisa gak bakalan temenan sama mereka."
"Gak gitu Nisa, Abang gak ngelarang Nisa buat temenan sama mereka. Cuman Abang minta sama Nisa buat hati-hati aja, Nisa harus bisa jaga diri."
"Iya, Nisa pasti jaga diri. Lagian Nisa mau temenan sama mereka karna mereka baik, mereka juga lucu. Nisa suka sama mereka."
Zigas tersenyum, lalu mengusap kepala Adiknya dengan penuh kasih sayang. Anisa juga menyenderkan kepalanya di bahu Zigas.
"Abang juga cerita dong, gimana tadi pagi daftar kampusnya?" tanya Anisa sambil mendongak menatap Zigas.
"Abang juga kaya Nisa, mereka ngajakin Abang buat jadi temen mereka. Kampusnya juga seru, insyaallah Abang gak nyesel buat kuliah di sana," Zigas berbicara tanpa menatap Anisa, pandangan lulus ke depan."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Paradise Friend [Completed]
Fiksi RemajaJika kamu ingin menjadi bintang, maka aku akan menjadi bulan. Jika kamu ingin menjadi matahari maka aku akan jadi awan. Saling melengkapi dan menemani! Ini bukan cerita Santri, ini juga bukan cerita badboy atau sejenisnya. Bukan juga cerita seorang...