Jam pulang SMA 2 GARUDA telah tiba, mereka berhamburan keluar dari kelas. Anisa dan kedua teman barunya sedang berjalan menuju gerbang sekolah, kedua teman Anisa ternyata di jemput supir pribadi mereka. Anisa sendiri memutuskan untuk jalan kaki, walaupun jarak sekolah ke rumahnya lumayan jauh. Sisa uang sakunya biar ia tabung, lumayan untuk membantu Abangnya.
Walaupun suasana panas tapi Anisa sangat menikmati, apalagi udaranya sejuk.
Dari kejauhan ada beberapa cewek yang sedang menatap Anisa, mereka terus menatap Anisa dari dalam mobil. Dari wajah mereka sudah terlihat jelas bahwa mereka tidak menyukai Anisa.
Salah satu cewek yang mengendarai mobil tersebut tiba-tiba menjalankan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata, mobilnya mengarah kearah Anisa. Nyaris saja mobil tersebut menabrak Anisa, untung saja ada seseorang yang menyelamatkan Anisa. Anisa sangat terkejut, tubuhnya terasa lemas. Orang yang menyelamatkan Anisa melepaskan pelukan dari pinggang Anisa, mereka berdua saling tatap hanya berapa detik saja.
"Sama-sama," ucapnya lalu pergi meninggalkan Anisa. Anisa masih diam, masih sedikit syok. Baru aja Anisa ingin mengucapkan terima kasih, tapi orang tersebut sudah bilang sama-sama. Orang itu sempat menghentikan langkahnya lagi lalu mengucap sesuatu sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan Anisa.
"Hati-hati." Hanya kata-kata itu yang terlontar darinya sebelum meninggalkan Anisa.
Anisa memijat pelan kepalanya, Anisa memutuskan untuk duduk di pinggir jalan sambil meminum air mineralnya.
"Tadi yang nolongin aku manusia bukan ya?" tanya Anisa kepada dirinya sendiri.
Anisa memasukan botol minumnya lagi ke dalam tasnya, Anisa memutuskan untuk pulang menggunakan angkutan umum. Ia tidak mau kejadian tadi terulang lagi.
Di dalam angkot Anisa melamun, memikirkan kejadian tadi. Tadi jelas saja Anisa jalan di pinggiran jalan, kenapa ada mobil yang mau menabrak dirinya? Apa mobil itu sengaja ingin menabraknya? Tapi menurutnya ia tidak mempunyai musuh.
Anisa menggelengkan kepalanya, ia berusaha berfikir positif. Mungkin aja yang mengendarai mobilnya itu lagi ngantuk atau gimana? Lagian dirinya juga selamat, cuman selamat gara-gara laki-laki bermuka datar. Mungkin kalo tidak ada laki-laki itu Anisa gak tahu apa yang akan terjadi.
Anisa sudah turun dari angkot, lalu berjalan menuju rumahnya. Anisa mengucapkan salam sebelum masuk ke dalam rumah, ternyata Zigas sudah pulang terlebih dahulu. Zigas menjawab salam Anisa sambil berjalan menghampiri Anisa.
"Pasti capek ya? Mau makan dulu?" tanya Zigas sambil mengusap kepala Anisa.
"Nisa gak laper Bang, nanti aja makannya."
"Ya udah Nisa mandi sama sholat dulu aja, nanti baru makan."
Anisa menganggukkan kepalanya, lalu ia pergi menuju kamarnya.
"Nisa, Abang mau kerumah temen bentar ya," ucap Zigas sedikit berteriak.
"Iya Bang, hati-hati."
Zigas melangkahkan kakinya pergi, baru setengah perjalanan Zigas melihat Tiara sedang berkelahi dengan anak SMK. Entah apa masalahnya? Sampai-sampai Tiara di keroyok. Tiara nampak sudah kewalahan, walaupun Tiara jago bela diri tapi kalo di keroyok Tiara bisa kalah, lawan Tiara tidak seimbang. Zigas berlari ikut membantu Tiara dan ternyata Ziko juga datang ikut membantu Tiara.
Anak SMK tersebut sudah banyak yang tumbang, banyak juga yang babak belur. Zigas yakin Tiara dan Ziko cukup untuk melawan mereka, Zigas memutuskan untuk pergi meninggalkan mereka. Dan benar Tiara dan Ziko berhasil membuat mereka kabur.
"Ti, lo gak papa? Gak ada yang luka?" tanya Ziko sambil memegang kedua pundak Tiara.
Tiara menggelengkan kepalanya. "Gue baik-baik aja Zik, makasih udah bantu gue tadi."
"Iya, sama-sama."
"Zik, lo ngerasa gak sih kalo ada cowok yang bantu kita tadi?" tanya Tiara.
"Enggak, perasaan gue doang yang bantu lo. Kalo emang ada, dia gak mungkin kabur gitu aja, lo tadi kehabisan tenaga Ti. Jadi gak bisa bedain mana musuh lo," ucap Ziko sambil terkekeh.
"Mungkin sih," gumam Tiara.
Zigas terkekeh sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan Ziko dan juga Tiara.
"Ti, lo mau pergi kemana? Biar gue anterin aja."
"Gue tadi mau ke supermarket, sialan banget mana mereka dateng gangguin gue. Buang-buang tenaga aja," geram Tiara.
"Udah jangan marah-marah mulu, gimana kalo gue anterin lo aja? Biar lo gak di gangguin lagi."
Tiara menganggukkan kepala sambil tersenyum kecil, Ziko mengacak-acak rambut Tiara karna terlalu gemas dengan Tiara. Mereka berdua pergi ke supermarket bersama.
Ziko juga membantu Tiara membawa keranjang belanjaan, mengisengi Tiara dengan meletakan makanan atau minuman yang tidak ingin Tiara beli.
Tiara menatap Ziko geram, sudah banyak sekali Ziko memasukan sesuatu yang tidak ingin di belinya.
"Ziko! Gue gak mau beli pembalut. Gue udah punya di rumah."
Ziko menggaruk kepalanya yang tak gagal, sambil terkekeh Ziko mengembalikan pembalut tersebut ketempat semula.
Tiara mendengus kesal. "Sini biar gue aja yang bawa."
Ziko menjauhkan keranjang belanjaannya, ia tidak mau Tiara yang membawa keranjangnya.
"Tubuh lo terlalu kecil buat bawa keranjang ini, ntar lo keberatan lagi." Ziko terkekeh seperti Tiara tidak terima dengan perkataannya.
"Gini-gini gue bisa bikin lo babak belur." Bukannya takut Ziko malah tertawa kencang. Bagi Ziko membuat Tiara kesal itu sudah menjadi hobi, apalagi kalo Tiara sudah emosi bukannya menyeramkan tapi malah menggemaskan.
Semua belanjaan yang Tiara butuhkan sudah dibelinya, Ziko juga mengantar Tiara pulang ke rumahnya.
'^'
Zigas sudah pulang ke rumahnya, setelah mengucap salam Zigas langsung duduk di sofa. Tubuhnya sangat lelah, baru saja ingin memejamkan matanya Anisa datang.
"Abang baru pulang?" tanya Anisa. Tadi Anisa sedang sholat Isya, ia tidak mendengar suara salam Abangnya.
Zigas menganggukkan kepalanya. "Nisa udah makan?" tanya Zigas.
"Belum, Nisa nungguin Abang pulang dulu."
"Ya udah sekarang kita makan, Abang juga udah laper banget." Zigas serta Anisa berjalan menuju ruang makan, Anisa mengambil nasi ke piring Zigas terlebih dahulu sebelum mengambil untuk dirinya.
Mereka berdua tampak menikmati makanannya, walaupun sederhana namun terasa sangat nikmat.
Selesai makan Anisa memutuskan untuk belajar, Zigas juga yang mengajari Anisa jika Anisa kurang paham dengan materinya. Zigas menyuruh Anisa untuk tidur, karna sudah terlalu malam. Anisa menuruti perintah Abangnya, ia membereskan buku-bukunya kemudian pergi menuju kamar. Anisa juga tidak lupa mempersiapkan jadwal pelajarannya terlebih dahulu sebelum tidur, sedangkan Zigas ia belajar setelah membantu Anisa belajar. Selalu seperti itu, Zigas selalu memprioritaskan Anisa terlebih dahulu, menurut dirinya Anisa jauh lebih penting dari pada dirinya sendiri.
Zigas sudah sangat mengantuk, tapi sebelum itu Zigas membersihkan dirinya dengan berwudhu. Lalu ia melaksanakan sholat sunah di malam hari, setelah sholat barulah Zigas tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Paradise Friend [Completed]
Teen FictionJika kamu ingin menjadi bintang, maka aku akan menjadi bulan. Jika kamu ingin menjadi matahari maka aku akan jadi awan. Saling melengkapi dan menemani! Ini bukan cerita Santri, ini juga bukan cerita badboy atau sejenisnya. Bukan juga cerita seorang...