Iqbal sedang mengerjakan tugas kampusnya, sudah berapa jam Iqbal berkutik dengan laptopnya. Syal tiba-tiba duduk di samping Iqbal, Iqbal hanya melirik sekilas setelah itu Iqbal melanjutkan lagi mengerjakan tugasnya. Syal mendengus, Iqbal kalo cuman dikasih kode gak bakalan peka, Syal seharusnya langsung keintinya aja.
"Bang, nanti malem kita diundang ke rumah Bang Zigas buat acara tujuh bulanan Ka Tiara."
"Ya," jawab Iqbal tanpa menatap kearah Syal. Ia masih fokus mengerjakan tugasnya.
Syal menggebrak mejanya, saking kesalnya dengan Iqbal. Iqbal hanya menatap sekilas kearah Syal, sedikit terkejut karna Syal tiba-tiba menggebrak meja.
"Kenapa?" tanya Iqbal.
"Gak papa, gue cuman pengin mukul meja dong. Kesel gue, tadi ada semut gendong gula. Pasti semutnya maling." Iqbal hanya terkekeh, Adik tirinya memang paling bisa mencairkan suasana. Berbeda dengan dirinya, yang mempunyai sifat kaku dan pendiam.
"Syal, gue minta maaf kalo selama ini gue cuek sama lo. Sifat gue emang gini, gue emang gak bisa humoris kaya elo. Gue kaku, gue juga belum bisa jadi Abang yang baik buat lo." Syal menepuk punggung Iqbal.
"Terharu gue Bal," ucap Syal sambil mengusap kedua matanya.
Iqbal menghela nafasnya, Syal memang tidak bisa diajak serius.
"Jangan panggil gue nama doang, kalo Bunda tau ntar lo kena ceramah lagi sama Bunda. Inget gue lebih tua dari pada lo."
"Iya, gak usah diperjelas juga kali. Tua aja bangga," ucap Syal sedikit kesal.
"Iya gue bangga, karna yang tua itu dihormati dan yang mudah menghormati."
"Iya deh."
"Syal, seandainya kita berpisah. Gue minta lo jangan pernah lupain gue sebagai Abang lo, walaupun gue sama lo gak sedarah. Tapi gue bener-bener sayang sama lo sebagai Adik."
"Kenapa lo ngomong gitu?" tanya Syal.
"Kita sebagai manusia gak ada yang tau takdir kita gimana."
"Iya, lo bener. Gue juga beruntung bisa kenal lo sebagai Abang tiri gue, sebelumnya gue minta maaf karna gue pernah gak nerima lo sebagai keluarga gue."
"Gak papa, itu kan dulu. Sekarang lo udah nerima kalo gue ini Abang lo, gara-gara lo jatuh cinta sama Nisa kan? Ternyata Nisa bisa bawa pengaruh baik buat elo ya."
"Udah deh gak usah bawa-bawa Nisa, gue jadi kangen nih."
"Ketemu siap hari juga, lo kan satu kampus."
"Kangen orang yang lagi jatuh cinta mah beda."
"Terserahlah, gue mau lanjut ngerjain tugas dulu."
"Iya, gue juga mau ke kamar." Syal kemudian pergi menuju kamarnya dan Iqbal melanjutkan mengerjakan tugas-tugasnya.
'^'
Rumah Zigas sudah sangat ramai karna acara tujuh bulanan Tiara. Sebenernya acaranya tadi siang, cuman kumpul-kumpul bersama teman-temannya sekarang. Mereka makan bersama-sama.
"Nih Bang, gue ambilin nasinya buat elo." Iqbal menerima pemberian Syal sambil mengucapkan terima kasih.
"Tumben," gumam Icung.
"Ngomong apa lo?" tanya Syal.
"Kalo denger gak usah nanya," sahut Zidan.
"Ara, lo udah USG belum. Dedeknya cewek apa cowok?" tanya Bulan.
"Bulan, kenapa sih lo panggil gue Ara doang. Sedangkan elo panggil suami gue pakai embel-embel Bang." Zigas terkekeh mendengar ucapan istrinya.
"Bener tuh, lo gak sopan banget jadi anak kecil," sahut Ziko.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Paradise Friend [Completed]
أدب المراهقينJika kamu ingin menjadi bintang, maka aku akan menjadi bulan. Jika kamu ingin menjadi matahari maka aku akan jadi awan. Saling melengkapi dan menemani! Ini bukan cerita Santri, ini juga bukan cerita badboy atau sejenisnya. Bukan juga cerita seorang...